RSS

Mempelajari Sejarah Perkebunan Nusantara di Museum Perkebunan Indonesia.


Gedung tua berwarna putih di Jalan Brigjen Katamso Nomor 53, Medan, Sumatra Utara ini tampak berdiri kokoh dan terawat. Gedung itu peninggalan Belanda. Salah satu gedung milik Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) itu sekarang berubah fungsi menjadi Museum Perkebunan Indonesia. Tadinya, bangunan peruntukan museum tersebut, sejak 1926 adalah "Administrateur huis" (rumah administratur) perkebunan. V Ris, pimpinan pertama "Algemenee vereniging van Rubberplanters ter Ooskust van Sumatera" atau Perhimpunan Pengusaha Perkebunan Karet di Pantai Timur Sumatera, bermukim di situ bersama keluarga dan para pembantunya.

Pemerintah Orde Lama kemudian menasionalisasi gedung dan perusahaan tersebut pada 1958. Namanya pun berganti menjadi Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Adapun, gagasan mendirikan museum perkebunan berawal dari perhelatan peringatan Hari Perkebunan ke-55 atau pada 2010 di Universitas Sumatera Utara. Gagasan muncul karena ketiadaan monumen perkebunan di Sumatera Utara yang menjadi sentra awal mula perkebunan komersial di Indonesia. Karena itu, peresmian Museum Perkebunan Indonesia pada 10 Desember 2016 menjadi pamungkas pendirian museum sekaligus menjadi awal penataan museum di masa yang akan datang.


Sumatra Timur (sekarang Sumatra Utara) adalah pusat perkebunan komersial pertama di Indonesia. Komersialisasi ini dirintis oleh seorang warga negara Belanda Nienhuijs sejak tanggal 17 Juli 1863. Pada perjalanannya, perkebunan tersebut terus berkembang dan mencakup hampir seluruh pesisir timur Sumatra Utara, mulai dari Langkat hingga Labuhanbatu.

Mengunjungi museum ini, pengunjung akan melihat bagaimana subur dan kayanya keragaman hayati bumi dan tanah Indonesia. Pengunjung juga bisa mempelajari kedatangan awal bangsa asing ke Nusantara yang berkaitan dengan perburuan hasil bumi. Perburuan ini dilanjutkan dengan penjajahan, penguasaan, dan pengembangan tanaman berbagai komoditas. Sampai dengan pengelolaan oleh bangsa Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan dan pengambil alihan di tahun 1959. Tata pameran tetap di museum ini terdiri atas di dalam gedung (indoor) dan di luar gedung (outdoor). Untuk pameran di dalam gedung, Museum Perkebunan Indonesia memiliki dua lantai.


Lantai pertama didesain dengan grafis konteks kekinian perkebunan, sementara lantai dua menyajikan koleksi berupa artefak perkebunan dari masa lampau hingga saat ini. Di museum ini pengunjung bisa membaca dan mempelajari sejarah perkembangan perkebunan kelapa sawit, kopi, teh, tembakau, karet, dan tebu yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Juga bisa membaca keberadaan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), serta Pusat Penelitian Karet (PPK).

Pengunjung juga bisa menikmati "trick eye", yaitu suatu fasilitas pelengkap museum yang bersifat edutainment dalam bentuk ilusi mata sensasi foto tiga dimensi. Sementara koleksi yang ditampilkan di luar gedung berupa pesawat terbang dan lokomotif. Pesawat terbang yang ditampilkan adalah Piper Pawnee produksi tahun 1958 milik PTPN II yang digunakan selama 49 tahun sebagai penyemprot hama tanaman tembakau sampai tahun 2007.


Juga ada lokomotif Ducro and Brauns buatan Belanda produksi tahun 1940 yang terakhir dioperasikan oleh PTPN IV pada Mei 1996. Lokomotif tersebut saat berfungsi bertugas mengangkut berbagai hasil perkebunan. Koleksi lain adalah montik atau kepala kereta buatan Scoma di Jerman. Lori itu digunakan untuk mengangkut sawit hingga kapasitas 50 ton yang digunakan oleh PT Socfin Indonesia untuk mengangkut buah kelapa sawit di perkebunan Aek Loba mulai 1982 hingga 2015.
(foto :medanwisata).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

INDAHNYA PANTAI DI BENGKULU.

Berada di barat daya Pulau Sumatera, jajaran pantai Bengkulu yang berhadapan dengan Samudera Indonesia menghadirkan keindahan yang tiada dua. Berikut beberapa pantai yang dapat dijadikan tujuan berlibur di Bengkulu.

PANTAI PANJANG.


Saat mencari referensi lokasi berlibur dari beberapa warga Bengkulu yang kita temui, nama pantai yang satu ini selalu disebut pertama kali hingga membuat penasaran. Informasi tambahan menyatakan bahwa waktu terbaik untuk mendatangi pantai ini adalah pada pukul 16.00 WIB atau menjelang matahari terbenam. Pantai berpasir putih ini terhampar sepanjang kurang lebih 7 kilometer. Dari panjangnya garis pantai itulah nama Pantai Panjang berasal. Semakin sore, warga Bengkulu dan sekitarnya mulai terlihat ramai berdatangan.

Selain keindahannya, lokasi pantai yang dekat dengan pusat kota ini menjadi tempat strategis berkumpulnya warga menutup hari. Berbeda dengan pantai lain yang pernah dikunjungi, Pantai Panjang ditumbuhi banyak pohon cemara sehingga menjadikan pantai ini terasa unik dan teduh. Di pantai ini, pengunjung tidak diperkenankan untuk berenang, karena ombak dan arus yang kurang bersahabat. Akibat kondisi alamnya, aktivitas air seperti jet ski atau banana boat yang biasa ditemukan di beberapa pantai wisata juga tidak dapat ditemukan. Meski begitu, hal ini tidak menyurutkan minat warga akan pantai ini. Karena, ada banyak aktivitas lain yang dapat dilakukan, di antaranya menikmati beragam makanan laut sambil ditemani alunan ombak dan angin yang menerpa dedaunan, joging, sepak bola, voli pantai atai memancing.


Hal yang menarik adalah, jika kita datang ke pantai ini bertepatan dengan hadirnya musim udang rebon. Tidak perlu jauh melaut, kita bisa melihat warga berbondong-bondong dengan alat seadanya menyaring ombak di tepi pantai untuk mengumpulkan udang berukuran kecil tersebut. Siapa kira, hanya dalam waktu beberapa menit, ember-ember plastik yang juga mereka bawa sudah penuh dengan udang rebon. Bagi warga sekitar, kegiatan ini dapat menambah pemasukan keluarga. Kadang mereka menjual udang rebon itu kepada pengunjung pantai. Kalau tidak ada yang membeli, bisa dibawa pulang untuk dijadikan lauk makan atau dibuat pempek. 


Dari pantai ini juga dapat terlihat sebuah pulau kecil di tengah laut yang dinamakan Pulau Tikus. Untuk mencapai pulau ini pengunjung perlu menyewa perahu dengan harga Rp 200.000-Rp 250.000. Tidak perlu bingung, di tempat ini penyedia jasa tur ke Pulau Tikus mudah ditemui. Di sana, sudah menunggu beberapa kegiatan menarik yang dapat dilakukan, seperti snorkeling. Pantai Panjang memiliki hamparan pasir yang luas. Seperti lokasi wisata lainnya, di tempat ini juga mudah ditemui penginapan dengan harga yang beragam sesuai dengan isi kantong. Pada waktu tertentu, pantai ini juga menjadi lokasi berdirinya panggung hiburan.

PANTAI SUNGAI SUCI.


Jangan terkecoh dengan namanya, Pantai Sungai Suci justru tidak memiliki pantai dan juga tidak memiliki sungai. Memasuki lokasi, yang terlihat justru tebing yang berdiri gagah menghadang ombak yang terkadang tingginya mencapai dua meter atau lebih. Jadi, ada baiknya untuk tidak berdiri terlalu dekat dengan tebing, agar tidak terpercik air laut dan membuat baju basah. Sebuah pulau kecil terlihat menjorok keluar tebing, dua jembatang gantung yang terbuat dari tambang menjadi satu-satunya penghubung pulau. Untuk menyeberangi jembatan ini dibutuhkan kesabaran. Pasalnya, selain harus antre, kebanyakan pengunjung sengaja berjalan pelan di atas jembatan. Alasannya, dari yang takut, karena di bawah jembatan terlihat jelas ombak yang datang, atau ingin mengabadikan momen dengan melakukan swafoto.

Sesampainya di pulau kecil itu, pengunjung disambut dedaunan cemara yang bergoyang tertiup angin. Bangku-bangku plastik dan kayu bercat biru langit menemani pengunjung menikmati keindahan alam Pantai Sungai Suci. Akibat ombak yang tinggi, tidak ada aktivitas air yang bisa dilakukan di pantai ini. Namun di sisi bangunan semi permanen yang menyediakan aneka makanan dan minuman terdapat arena sepeda motor trail. Sayangnya, arena ini hanya digunakan pada waktu tertentu. Jadi, jangan harap setiap hari ada tontonan penuh adrenalin yang mendebarkan di lokasi ini.

PANTAI JAKAT.


Pantai Jakat adalah salah satu pantai yang dapat dijadikan tujuan berlibur bersama keluarga. Di sini, ombak dan arus tidak terlalu kuat sehingga bisa dijadikan lokasi untuk berenang atau bermain air. Tersedia juga banana boat dan penyewaan pelampung berbentuk donat bercat warna-warni yang dibuat dari ban dalam kendaraan bermotor. Tenda-tenda sederhana beratap terpal dapat disewa pengunjung untuk berteduh dari sengatan matahari. Sambil menikmati alam dan waktu kebersamaan keluarga, beragam makanan dan minuman dapat dipesan dengan harga yang ramah di kantong. Sebagai contoh, satu buah kelapa segar cukup ditebus dengan harga Rp 10.000 saja.

Pantai Jakat cocok untuk dijadikan lokasi menikmati matahari terbenam. Agar anda mendapat tempat terbaik menyaksikan keindahan alam ini, datang beberapa jam sebelum matahari terbenam. Deburan ombak yang menghantam lembut bebatuan di sekitar pantai, tawa anak-anak yang berlarian mengejar ombak membuat suasana semakin syahdu dan romantis. Selain dapat memesan makanan dari warung sekitar, beberapa penjaja makanan pun hilir mudik menawarkan olahan hasil laut. Mereka membawa udang, kepiting, cumi, dan telur burung puyuh matang, siap dinikmati menemani sore.

PANTAI PARIWISATA PASAR BENGKULU.


Di tempat ini bisa ditemukan hasil laut berbagai jenis dan ukuran dengan kondisi yang terbaik. Pasalnya, di pasar ini ikan langsung dijual sesaat turun dari kapal nelayan. Bagi warga sekitar, ini menjadi satu keuntungan memiliki rumah yang tidak terlalu jauh dari pasar. Karena di tempat ini, setiap hari warga Bengkulu dapat membeli beragam hasil laut segar untuk keluarga. Selain untuk konsumsi pribadi, pasar ini juga menjadi tujuan pemilik restoran atau rumah makan di sekitar Bengkulu. Bila tak sabar untuk mencicipi sajian laut Bengkulu, di sekitar pantai juga ditemui restoran yang menyediakan makanan laut. Karena dibuat dari hasil laut segar, makanan yang mereka sediakan sungguh istimewa.


Pasar ini berdiri di tengah perkampungan nelayan, saat berkunjung ke tempat ini ada baiknya untuk coba berjalan kaki menyusuri pantai dan melihat perkampungan tersebut. Anda akan menemui beragam aktivitas yang dilakukan warga. Salah satunya, aktivitas membuat atau memperbaiki perahu kayu. Selain dapat dijadikan obyek foto yang menarik, melihat proses pembuatan perahu kayu tradisional ini juga menjadi pengalaman unik. Meski menggunakan mesin berpenggerak listrik untuk mengolah kayu, seluruh proses pengerjaannya masih sangat tradisional. Tanpa menggunakan alat ukur seperti penggaris, seorang pembuat perahu kayu berpengalaman mampu menyusun papan kayu dengan rapat dan presisi.

Saat menikmati keindahan pantai ini di pagi hari dan bila beruntung, anda dapat menemui nelayan yang baru saja pulang membawa berbagai hasil laut. Ini adalah kesempatan emas untuk mendapatkan harga terbaik dari hasil laut terbaik. Pasalnya, harga yang diberikan nelayan bisa jadi lebih murah dibanding membelinya di pasar, yang mungkin hanya berjarak beberapa ratus meter dari posisi anda berdiri.

PANTAI TAPAK PADERI.


Pantai Tapak Paderi menjadi lokasi berkumpulnya anak muda Bengkulu dan sekitarnya untuk melakukan swafoto atau selfie di depan dinding yang terbuat dari sandal. Sandal bekas dari berbagai ukuran dan warna ini dikumpulkan dari pantai oleh warga sekitar, sebagai bentuk kegiatan untuk menjaga kebersihan pantai. Sebelumnya, di pantai ini banyak sekali ditemukan sampah sandal dan lainnya. Dari situlah muncul ide untuk menjadikan sampah ini semacam penanda untuk mengingatkan pengunjung agar menjaga kebersihan pantai. Selain sandal, dibuat pula dinding dari botol plastik bekas dan karang.


Berlokasi tidak jauh dari Benteng Marlborough, Pantai Tapak Paderi awalnya tidak seramai saat ini. Pantai Tapak Paderi memiliki pasir yang berwarna gelap, pantainya luas, dan kadang berombak tinggi. Kondisi ombak yang justru cocok untuk dijadikan lokasi olahraga terbilang ekstrem yakni surfing. Pagi dan sore menjadi waktu yang tepat bagi surfer untuk bercengkerama dengan ombak. Aksi surfer yang berliuk-liuk bermain ombak menjadi salah satu daya tarik pengunjung pantai ini.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MENENGOK SEJARAH INDONESIA DI BENGKULU.


Setiap tanggal 17 Agustus, bangsa Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Banyak sudah cerita tentang perjuangan para pahlawan dalam upaya merebut kemerdekaan Indonesia. Namun, di balik cerita-cerita heroik berhiaskan pertumpahan darah, tak sedikit benda atau tempat yang menjadi saksi bisu perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah. Bengkulu, salah satunya. Wilayah yang sejak 18 November 1968 menjadi provinsi ke-26 ini merupakan salah satu saksi bisu lahirnya negara Republik Indonesia. Dan berikut adalah, tiga lokasi bersejarah di kota yang dulu disebut Bencoolen ini.

RUMAH PENGASINGAN BUNG KARNO.

Tepat di pinggir Jalan Soekarno - Hatta, Anggut Atas, Gading Cempaka, Bengkulu, sebuah rumah dengan desain khas era kolonial berdiri gagah. Sebuah penanda bangunan yang terbuat dari beton terpancang di halaman depan rumah bertuliskan informasi bangunan bersejarah tersebut. Halaman terlihat rapi tertata, pepohonan di sekitar rumah membuat suasana semakin terlihat asri. Menyusuri jalan setapak menuju pintu rumah, seakan membawa kita masuk ke kapsul waktu. Begitu jarak semakin dekat, kita akan disambut oleh juru pelihara rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu ini.


Sebelum masuk ke dalam bangunan, pengunjung wajib mengisi buku tamu yang telah disediakan. Demi menghormati dan menjaga kebersihan salah satu bangunan warisan Sang Proklamator, pengunjung juga diwajibkan untuk membuka alas kaki sebelum memasuki ruang demi ruang. Begitu telapak kaki menginjak lantai teras sederhana yang tidak berubin dan hanya dibuat dari semen itu, hawa dingin langsung merayap pelan dan memberi kesegaran di tengah udara siang Bengkulu yang panas. Sekilas, tidak ada yang istimewa dari bagian teras bangunan ini, selain kisi-kisi di atas pintu yang berornamen Tiongkok.

Menurut cerita sejarah, bangunan ini awalnya adalah milik seorang pedagang yang bernama Tjang Tjeng Kwat, sebelum akhirnya menjadi tempat tinggal Presiden Ir. Soekarno selama diasingkan di Bengkulu sejak 1938 sampai 1942. Ruangan pertama yang dilihat begitu memasuki rumah ini adalah sebuah ruang tamu kecil dengan perabotan kuno yang terbuat dari kayu. Berbelok ke kanan, adalah ruang kerja Presiden pertama Indonesia. Di ruang itu terdapat meja dan kursi kayu sederhana tanpa ukiran rumit dikelilingi rak buku yang menemani Ir. Soekarno di masa pengasingan. Sebagian buku beragam judul yang nyaris semuanya berbahasa Belanda itu terlihat usang dimakan waktu. Sebagian buku sudah diperbaiki, yang tentu saja prosesnya tidak mudah dan memerlukan tenaga ahli. Di ruangan ini juga kita bisa melihat beberapa gambar bangunan yang dibuat Ir. Soekarno selama di Bengkulu. Di antaranya desain rumah sahabat dan Masjid Jami yang hingga saat ini masih berdiri.


Tepat di sebelah ruang kerja, terdapat ruang penyimpanan kostum teater sandiwara bernama Monte Carlo asuhan Ir. Soekarno. Bersama Ibu Inggit Ganarsih dan sahabatnya kala menjalani pengasingan di Bengkulu, Ir. Soekarno rajin menggelar pementasan teater. Naskah yang dipentaskan Monte Carlo adalah karya Ir. Soekarno, di antaranya berjudul Dr. Syaitan, Rainbow (Poetri Kentjana Boelan), Chungking Djakarta, dan lain-lain. Drama Dr. Syaitan dan Rainbow menjadi drama favorit warga Bengkulu kala itu. Dari informasi yang tercetak di dekat lemari kostum, diketahui bahwa naskah Dr. Syaitan ditulis Ir. Soekarno karena diilhami oleh film Frankenstein. Sementara naskah bertajuk Rainbow bercerita mengenai kisah gadis yatim piatu dari keluarga bangsawan Sungai Lemau yang diangkat anak oleh seorang pembesar dari Inggris.

Rumah ini tetap terjaga keasliannya. Kalaupun ada perbaikan, semuanya diganti mendekati aslinya. Tak hanya bentuk, tapi juga bahannya. Misalnya, mengganti kayu pagar dan atap rumah yang sudah lapuk atau dimakan rayap. Engsel pintu rumah ini juga sebagian sudah diganti karena rusak. Cukup susah mencari engsel handle pintu dan kunci pengganti, karena sudah tidak ada yang memproduksi lagi. Beruntung, pengelola berhasil mendapatkannya dari sebuah rumah tua yang ada di Yogyakarta.

RUMAH KELUARGA IBU FATMAWATI.


Menelusuri sejarah Kota Bengkulu terasa kurang lengkap jika tidak melangkahkan kaki ke rumah Ibu Negara pertama Indonesia. Rumah yang terletak di Jalan Fatmawati, Kelurahan Penurunan ini berada tak jauh dari rumah pengasingan Ir. Soekarno. Berdasarkan cerita sejarah, di tahun 1943 Ibu Fatmawati menikah dengan Ir. Soekarno. Dari tangan perempuan kelahiran Bengkulu, 5 Februari 1923, putri pasangan Hassan Din dan Siti Chadijah ini, bendera pusaka Sang Saka Merah Putih hadir menjadi simbol kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 silam. Bendera yang dijahitnya dikibarkan untuk pertama kali usai Ir. Soekarno membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di rumahnya, Jalan Pegangsaan Timur (kini bernama Jalan Proklamasi) Nomor 56, Jakarta.

Dari pernikahannya dengan Ir. Soekarno, Ibu Fatmawati melahirkan Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnputri, dan Guruh Soekarnoputra. Beliau meninggal pada 14 Mei 1980 di Malaysia dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta.


Rumah kediaman Ibu Fatmawati ini terbuat dari kayu bercat cokelat dan terlihat sangat sederhana. Berbentuk panggung seperti rumah zaman dulu di kawasan Bengkulu, patung setengah badan Ibu Fatmawati menyambut di halaman. Dihiasi bendera merah putih, di halaman yang berukuran tidak terlalu besar itu berdiri sebuah panggung. Menjelang 17 Agustus ada banyak kegiatan yang dilaksanakan di sana. Salah satunya acara bertajuk Merajut Nusantara. Di acara ini, para pengunjung dapat menjahit duplikat bendera pusaka.

Berdiri di beranda, menghadap pintu masuk rumah berlantai kayu ini, pengunjung dapat melihat langsung ke bagian belakang. Tidak banyak ruangan di rumah ini. Kamar tidur pun jumlahnya hanya dua. Karena Ibu Fatmawati merupakan anak semata wayang. Di salah satu ruangan, terdapat mesin jahit berwarna merah yang terlihat usang termakan usia. Dari keterangan yang diberikan, mesin jahit inilah yang digunakan Ibu Fatmawati untuk menjahit bendera pusaka di Jakarta.  Mesin jahit inilah yang menjadi saksi bisu sejarah Indonesia. Waktu itu, dengan tangannya, Ibu Fatmawati menggunakan mesin jahit ini untuk menyatukan dua kain berwarna merah dan putih. Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan, berkutat menyempurnakan bentuk bendera. Dengan semangat kebangsaan dan jiwa patriot yang tinggi, lewat karyanya, Fatmawati mengantar negeri ini menuju kemerdekaan.


Hingga saat ini, kebanggaan warga Bengkulu terhadap Ibu Fatmawati tidak pernah pupus. Bahkan, demi menghormati namanya, 14 November 2001 silam, bandar udara di Bengkulu yang awalnya bernama Padang Kemiling berganti nama menjadi Bandar Udara Fatmawati.

BENTENG MARLBOROUGH.


Mengikuti jejak kehadiran Sang Proklamator di wilayah Bengkulu membawa kaki melangkah ke Benteng Marlborough. Di salah satu penjara dalam benteng ini, Ir. Soekarno pernah mendekam. Benteng peninggalan penjajahan Inggris yang hingga kini masih berdiri kokoh ini menjadi bukti bahwa kekayaan dan kecantikan Indonesia memang telah lama membius dunia. Dari daftar penguasa benteng pun dapat diketahui bahwa Bengkulu menjadi rebutan negeri penjajah. Benteng Marlborough didirikan oleh East India Company (EIC) sejak tahun 1713 hingga 1719 di bawah pimpinan Gubernur Joseph Callet. Benteng ini menjadi pusat pemerintahan Inggris di Bengkulu.

Marlborough jatuh ke tangan Hindia Belanda pada tahun 1825-1942, lalu dikuasai Jepang di tahun 1942-1945. Ketika Jepang terusir dari Bumi Pertiwi, benteng ini sempat menjadi markas Polri. Namun, tahun 1949-1950, Marlborough diduduki oleh Belanda. Hingga kemudian tahun 1950 sampai 1977, Marlborough digunakan sebagai markas TNI-AD. Tahun 1977, benteng diserahkan ke Depdikbud untuk dipugar dan berubah fungsi menjadi bangunan cagar budaya.


Mengunjungi Marlborough cukup menarik. Selain dapat melihat pemandangan kota dan laut Bengkulu yang indah, informasi yang didapat dari keberadaan benteng ini menambah wawasan dan pengetahuan akan sejarah Indonesia.




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

WISATA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON.


Taman Nasional Ujung Kulon berada di ujung barat Pulau Jawa, tepatnya di Kabupaten Pandeglang, Banten, merupakan taman nasional pertama yang diresmikan di Indonesia. Taman nasional ini juga masuk dalam warisan budaya dunia (UNESCO) pada 1991. Untuk bisa sampai ke Taman Nasional Ujung Kulon, pengunjung dari Jakarta bisa melewati jalan darat sekitar 6 jam menuju Desa Sumur atau Desa Taman Jaya. Dari desa ini, untuk menuju tempat wisata seperti hutan rimba dan lokasi selam/snorkeling, pengunjung bisa menyewa kapal dari pasar di desa Sumur. Agar keindahan wisata di Taman Nasional Ujung Kulon bisa lebih dinikmati, sebaiknya menginap satu atau dua malam.

Tak usah khawatir, desa ini memiliki beberapa penginapan yang disewakan. Yang cukup terkenal antara lain Honje Lodge, Ciputih, dan Sarang Badak. Tersedia pula penginapan di beberapa pulau. Harga penginapan berkisar dari Rp 250.000 - Rp 2,5 juta per malam. Atau kalau mau, bisa juga membawa tenda sendiri. Beberapa lokasi yang biasa dikunjungi di taman nasional ini antara lain :

PULAU PEUCANG.


Untuk sampai ke Pulau Peucang, dibutuhkan waktu perjalanan selama 3 jam menggunakan kapal dari Desa Sumur. Di pulau ini terdapat penginapan yang dikelola pihak swasta dan diawasi pihak Taman Nasional Ujung Kulon. Pulau Peucang memiliki pantai yang sangat indah dengan hamparan pasir putih, air laut yang bening, dengan biota laut penuh dengan ikan sarden bergerombol. Di daratan pulau ini, pengunjung juga akan menemukan rusa, babi hutan, monyet, dan biawak. Selain bisa menikmati matahari terbit, di pulau ini pengunjung juga bisa menjelajah hutan (hiking) ditemani seorang guide dengan jarak tempuh bisa ditentukan sesuai kemampuan.


Di dalam hutan, pengunjung akan menemukan pohon-pohon besar dan pohon seperti akar. Selama menjelajah hutan, kita akan menemukan beberapa satwa liar, tetapi tenang saja, karena satwanya tidak agresif. Meskipun demikian, pengunjung harus tetap waspada dan menjaga jarak aman. Sehabis menghirup udara pagi yang segar di dalam hutan, perjalanan bisa langsung dilanjutkan menuju pantai Pulau Peucang. Pemandangan laut dengan air yang bening menggoda untuk berenang atau sekedar berjemur. Rasanya seperti berada di pantai pribadi, karena pulau ini relatif tidak ramai.

TANJUNG LAYAR DAN CIDAUN.


Belum lengkap rasanya berwisata ke Taman Nasional Ujung Kulon tanpa berkunjung ke Tanjung Layar. Untuk menuju lokasi ini, pengunjung bisa melakukan hiking sekitar 45 menit dari Cibom. Tanjung Layar merupakan daratan yang letaknya paling ujung pulau Jawa. Terdapat hamparan padang rumput dan bibir pantai yang penuh batu karang besar di tempat ini. Biasanya, para pengunjung berfoto-foto untuk kenangan dan bukti bahwa mereka pernah menginjakkan kaki di ujung Pulau Jawa. Di sini juga ditemukan benteng tua peninggalan Belanda serta mercusuar.


Usai dari Tanjung Layar, pengunjung biasanya dibawa menuju Cidaun yang masih merupakan daratan yang terhubung dengan Pulau Jawa. Lokasinya tepat berada di seberang Pulau Peucang. Dengan menyeberang sekitar 20 menit dari Pulau Peucang, pengunjung akan sampai di dermaga Cidaun. Dari dermaga, pengunjung harus berjalan sekitar 15 menit menuju padang rumput untuk bisa melihat benteng liar dan burung merak. Waktu yang paling baik untuk mengunjungi Cidaun adalah sore hari, dan jika cuacanya cerah, pengunjung bisa menikmati matahari terbenam.

SUNGAI CIGENTER.


Mengamati keindahan alam di atas perahu kecil dengan ditemani seorang guide di setiap perahu, pengunjung akan terpesona dengan keindahan hutan bakau (mangrove) yang masih alami di Sungai Cigenter. Pengunjung dapat mengambil paket perjalanan setengah jam atau paket 2 jam untuk menyusuri Sungai Cigenter. Selama perjalanan, guide di perahu akan menjelaskan dan menunjukkan tanaman yang menjadi makanan badak. Jika beruntung, pengunjung bisa berjumpa dengan badak, meski sudah sangat jarang sekali.

PULAU BADUL DAN PULAU OAR.


Pulau Badul dan Oar letaknya tidak begitu jauh dari Desa Sumur. Kedua pulau ini termasuk dalam kawasan penyangga Taman Nasional Ujung Kulon. Di Pulau Oar, pengunjung bisa menikmati pantai yang indah, berenang atau mencoba beberapa permainan air, seperti banana boat dan jetski. Untuk menuju pulau ini, pengunjung cukup menempuh perjalanan kurang dari setengah jam dari dermaga Desa Sumur. 


Pulau lainnya adalah Pulau Badul. Di pulau yang sangat mungil ini pengunjung dijamin akan terpukau oleh hamparan pasir putih dan air laut yang berwarna hijau tosca. Kapal biasanya tidak bisa menepi ke pulau ini, sehingga untuk bisa sampai ke daratan, pengunjung harus berenang. Karena meupakan laut dangkal, pengunjung bisa melakukan diving atau snorkeling dan melihat terumbu karang beserta ikan-ikan di kedalaman sekitar tiga meter. Di perairan Pulau Badul, pengunjung bisa menjumpai beberapa terumbu karang yang baru ditanam yang merupakan program sosial dari beberapa perusahaan swasta untuk melindungi laut Indonesia.




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BLUSUKAN MENYUSURI PASAR ATAS DAN PASAR BAWAH BUKITTINGGI.


Bukittinggi identik dengan wisata kuliner. Banyak tempat yang menjajakan kuliner lezat sekaligus legendaris di kota yang sejuk ini. Bahkan di dalam pasar sekalipun. Contohnya anda bisa menjelajahi Pasar Ateh atau Pasar Atas dan Pasar Bawah yang terletak di jantung kota Bukittinggi. Pasar yang jaraknya hanya selemparan batu dari Menara Jam Gadang ini ternyata memiliki sejarah yang sangat panjang, bahkan sejak sebelum masa penjajahan Belanda di Bukittinggi.

Pasar Atas dan Pasar Bawah dipisahkan oleh anak tangga. Sementara di Pasar Atas lebih banyak ditemukan kios-kios baju, jilbab, kaus, suvenir Bukittinggi, peralatan rumah tangga, dan deretan kedai nasi kapau di bagian belakang pasar, Pasar Bawah lebih 'mendekati' suasana pasar yang sesungguhnya. Pedagang sayur, bumbu, makanan, camilan kering khas Minangkabau, sampai aroma khas pasar bisa ditemukan di sini. 


Di Pasar Atas kedai nasi kapau memiliki tempat tersendiri bagi para penggemarnya. Belasan kedai yang berderet ke samping dan ke belakang tampak tertata bersih, meski sederhana dan terbuka. Kedai Uni Lis bahkan terkenal sampai ke Jakarta. Tak sedikit artis ibukota yang rela blusukan untuk bersantap di sana. Tak heran, banyak wisatawan terutama dari Jakarta yang menjelajahi pasar ini. 

Di Pasar Atas pula, anda bisa menemukan kios-kios mukena bordir yang cantik dan halus, kain polos berbordir, bahkan songket yang harganya ratusan ribu rupiah. Sedangkan Pasar Bawah menghadirkan kepuasan tersendiri bagi yang gemar menjelajah di pasar tradisional. Beragam makanan dan herbal unik, serta suasana pasar yang sayang dilewatkan penggemar fotografi tersedia di sini.



























  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS