RSS

KEINDAHAN WISATA ALAM BLAMBANGAN



Jika ingin berwisata di Jawa Timur, Kabupaten Banyuwangi dan sekitarnya layak anda jadikan pilihan utama. Selain memiliki kekayaan budaya, kawasan wisata di tempat yang disebut Sunrise of Java ini terbilang lengkap. Pesona gunung berapi, keindahan pantai dan laut serta hutan liarnya mampu memuaskan hasrat petualang untuk menikmati kekayaan alam setempat.

INDAHNYA PULAU MERAH





Banyuwangi memiliki pantai Plengkung yang sangat eksotis dengan ombaknya. Pantai ini digemari para peselancar tingkat dunia. Namun, ada satu lagi kawasan pantai yang disebut dengan Pulau Merah atau Red Island. Pantai yang berada di Kecamatan Sanggaran, Banyuwangi ini berlokasi sekitar 45 kilometer arah selatan dari jantung kota gandrung tersebut. Pulau Merah sendiri sebenarnya adalah sebuah gugusan beberapa pulau. Selain Pulau Merah, ada pulau yang lainnya seperti Pulau Mustika, Pulau Mbedil, dan lainnya. Namun Pulau Merah lah yang paling dekat dengan daratan.

Apa sebabnya pulau ini dinamakan Pulau Merah ? Karena jika musim kemarau tiba dan dedaunan yang tumbuh di sana berguguran, maka tanahnya tampak memerah. Karena itu masyarakat kawasan ini memberi nama Pulau Merah. Memasuki kawasan wisata Pulau Merah, siapapun akan dibuat takjub. Keindahan yang dimiliki melebihi Pantai Kuta yang tersohor di Bali. Meski garis pantainya tidak seberapa panjang, namun dari sisi kebersihan, ombak, keindahan, dan suasana lainnya lebih menarik. Begitu memasuki lokasi pantai, mata pun langsung disuguhi hamparan pasir yang putih bersih.





Begitu pun ketika melihat suguhan ombak. Di tengah laut kita bisa melihat keindahan gugusan pulau yang berdiri tegak di antara deburan ombak pantai selatan. Di sisi lain, ombak pantai Pulau Merah sendiri sangat bagus untuk para peselancar. Saking kuatnya mampu mendorong papan surfing ke tengah lautan. Hal ini tentu membuat betah para peselancar. Oleh karena itu, di pantai ini pun mulai sering digelar surfing international competition yang diikuti peselancar dari 18 negara.

Wisatawan pun tak hanya bisa melihat keindahan pulau di kala matahari terbenam. Tapi, bisa naik perahu dari pantai Pulau Merah menuju Pulau Mbedhil. Di sana ada pemandangan yang tak kalah eksotis, seperti bebatuan karang di salah satu sudut pulau. Ketika ombak pantai menghantam dinding karang yang berlobang, air laut terempas ke atas disertai suara letusan mirip suara senapan. Karena itulah pulau tersebut diberi sebutan Pulau Mbedhil (mbedhil sama dengan menembak). Di sekitar Pulau Mbedhil juga terdapat beberapa spot yang cocok untuk diving karena terumbu karang dan biota lautnya yang indah. Namun, bila tak bisa diving, anda juga bisa menjajal snorkeling. Dengan air laut yang jernih dan ombaknya yang tenang aneka ikan berwarna-warni di antara karang terlihat jelas. Transportasi menuju ke Pulau Merah sendiri cukup mudah. Dari terminal Brawijaya Banyuwangi, anda bisa naik bus mini menuju Pesanggaran. Namun, karena tidak ada angkutan khusus, setibanya di Pesanggaran menuju Pulau Merah sejauh 5 kilometer, sebaiknya anda menggunakan ojek untuk menempuh rute tersebut.   

HEWAN LIAR DI TAMAN NASIONAL BALURAN





Taman Nasional Baluran adalah salah satu dari 50 taman nasional yang ada di Indonesia. Taman Nasional seluas 25 ribu hektar ini terletak di Desa Wonorejo, Kecamatan Banyu Putih, Kabupaten Situbondo, yang berbatasan dengan Banyuwangi. Untuk menuju ke sana sangat mudah, mengingat lokasinya berada di pinggir jalan antara Situbondo-Banyuwangi. Taman Nasional Baluran ini dideklarasikan sebagai taman nasional dunia pada tahun 1982. Saat ini, Taman Nasional Baluran menjadi andalan untuk habitat banteng Jawa yang angka populasinya sekitar 25 ribu ekor. Yang membedakan antara banteng di Baluran dengan yang ada di taman nasional lain adalah bentuk badannya yang lebih besar. Karena berada di lokasi yang strategis dan mudah dijangkau, banyak masyarakat menjadikan Taman Nasional Baluran sebagai lokasi wisata keluarga.





Di dalam taman nasional ini terdapat ribuan spesies flora dan fauna yang bisa menjadi sarana edukasi untuk keluarga, terutama anak-anak. Dengan mengenal lebih dalam flora fauna berarti telah menanamkan rasa cinta anak kepada alam. Sesuai dengan fungsi dari taman nasional sendiri, selain sebagai sarana wisata juga sebagai sarana perlindungan flora dan fauna yang ada di dalamnya. Taman Nasional Baluran pun membuka akses seluas-luasnya bagi masyarakat yang ingin menikmati keindahan alamnya.

Ketika memasuki Taman Nasional Baluran nuansa alam liar begitu terasa. Di sepanjang kanan-kiri jalan banyak ditemui ayam hutan dan monyet. Begitu sampai di padang savana alami terdapat kerbau hutan berkoloni usai mandi di kubangan. Pun demikian puluhan menjangan sedang merumput. Yang paling eksotis adalah ketika melihat burung merak bergerombol. Bulu ekor dan lehernya makin terlihat indah ketika tersapu sinar matahari senja. Namun, segerombolan burung indah itu segera berlari ketika berusaha didekati. Dan jika beruntung anda akan melihat kepak gagah elang brontok berwarna hitam dan putih yang populasinya saat ini sangat kecil. Pilihan lainnya, jika anda ingin melihat hamparan luas padang savana, bisa melihatnya dari gardu pandang. Dari ketinggian 25 meter, terhampar pemandangan aneka binatang yang ada di sekelilingnya. Bahkan belakangan ini kalau sudah senja tiba biasanya leopard atau macan tutul muncul di antara semak-semak belukar.

PESONA KAWAH IJEN





Salah satu kawasan wisata yang sangat eksotis di Banyuwangi adalah Gunung Ijen. Gunung yang berada di ketinggian 2.368 meter dpl (di atas permukaan laut) ini di bagian puncaknya memiliki kawah Ijen dengan luas 960 meter x 600 meter. Letaknya berada di tengah kaldera seluas 20 kilometer. Sementara, kawah Ijen sendiri kedalamannya mencapai 200 meter dengan lautan asap belerang di atasnya. Kawah Ijen adalah kawah terluas di antara gunung berapi yang ada di Jawa. Kawah ini terlihat indah dengan permukaan hijau kebiruan yang menjadi daya tarik wisatawan domestik maupun manca negara. Sampai saat ini turis asing yang paling banyak berasal dari Prancis, karena mereka rata-rata menyukai wisata vulkanologi atau gunung api.

Dinding bebatuan kaldera pun semakin terlihat menarik karena membentuk garis-garis simetris berwarna kelabu yang indah. Sementara kawah asap beraroma belerang yang menyengat kuat. Karena itu ada baiknya membawa masker penutup hidung. Sebab bagi yang tak biasa menghirup bau belerang dalam waktu lama bisa pusing. Tapi, jika ingin melihat kawah Ijen tampak lebih eksotis coba datang di malam hari. Di gelapnya malam, di atas permukaan kawah dengan temperatur 200 derajat Celcius itu akan muncul api warna biru menyala atau yang biasa disebut dengan istilah blue fire. Menjelang dini hari biasanya banyak wisatawan yang datang untuk melihat fenomena alam yang luar biasa indah tersebut.





Kawasan Ijen masuk di wilayah Kecamatan Licin, Banyuwangi, serta sebagian wilayah masuk Kabupaten Bondowoso. Selain bisa menyaksikan keelokannya, wisatawan biasanya juga takjub dengan keperkasaan para penambang belerang tradisional. Dengan beban puluhan kilo bakan satu kuintal lebih yang diambil dari dapur belerang di dekat kawah, mereka memikulnya dengan berjalan tegak sampai ke bibir kaldera setinggi 300 meter. Bongkahan belerang itu selanjutnya dipikul turun ke lereng gunung sejauh 3,5 kilometer.

Untuk menuju ke kawah Ijen, setiba di terminal Brawijaya Banyuwangi atau stasiun Karangasem Banyuwagi bisa naik ojek atau angkot ke Sasak Perot. Dari terminal Sasak Perot menuju ke kecamatan Licin juga tetap bisa menggunakan jasa ojek.  Setiba di Kecamatan Licin, karena jalan menuju Paltuding yang ada di lereng Gunung Ijen sejauh 17 km berupa tanjakan, jadi bisa menggunakan jasa sewa mobil jenis 4 wheel drive yang banyak tersedia di sana. Dari Paltuding, setelah melapor ke petugas, anda harus berjalan kaki menyusuri bukit sejauh 3,5 kilometer demi mencapai puncak. Meski tidak terlalu curam, tapi untuk menuju ke sana tetap dibutuhkan stamina yang prima supaya ketika di atas puncak bisa menikmati pesona Ijen tanpa kelelahan.   

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KIPRAH MARANDUS SIRAIT, MEMBANGUN " TAMAN EDEN 100" SEBAGAI LOKASI WISATA UNGGULAN BARU DI SUMATERA UTARA




Tak jauh dari Danau Toba, Parapat (Sumatera Utara), terdapat sebuah taman indah sebagai alternatif tempat wisata. Di balik rimbunnya pepohonan, terlihat spirit perjuangan lingkungan sang pengelola. Tempat ini cocok untuk melepas penat sekaligus membuat pengunjung semakin mencintai lingkungan.

Di tengah rimbun pepohonan di Desa Sionggang Utara, Kabupaten Toba Samosir, sekitar 17 km dari Parapat (Sumatera Utara), kita seperti menemukan surga kecil. Betapa tidak, di sana tumbuh subur aneka pohon buah maupun kayu-kayuan. Terdapat pula air terjun yang beningnya mampu meneduhkan mata. Udara pun terasa segar.




Di lahan seluas 40 hektar itulah, Marandus Sirait berjibaku membuat sebuah hutan yang sekaligus untuk menunjukkan kepeduliannya buat lingkungan. Ia juga menjadikannya sebagai alternatif tempat wisata yang nyaman untuk dikunjungi. Ia lalu memberi nama tempat itu Taman Eden 100. Eden merujuk pada sebuah taman yang ditempati Nabi Adam, sedangkan 100 mengacu pada jumlah  jenis pohon buah dan kayu-kayuan yang ia tanam berdampingan.

Memang tak mudah bagi Marandus untuk mewujudkan tempat ini. Butuh perjuangan yang sangat keras. Sekarang, Taman Eden 100 telah menjadi salah satu tempat wisata alternatif di Sumatera Utara. Jaraknya tak begitu jauh dari Danau Toba. Jadi, untuk wisatawan yang mengunjungi Danau Toba, bisa sekalian satu paket dengan mengunjungi Taman Eden 100. Beberapa pengelola tur wisata  memang sudah menjadikan Taman Eden sebagai salah satu paket tempat wisata yang wajib dikunjungi. Kunjungan akan lebih ramai lagi pada hari Sabtu, Minggu, dan musim liburan. Walaupun yang terbanyak masih turis lokal, namun banyak pula turis asing yang datang ke Taman Eden. Di sini, pengunjung bisa menikmati keteduhan alam. Bisa berjalan-jalan mengelilingi hutan. Tempatnya yang menyerupai bukit juga sangat cocok bagi yang menyukai olahraga.




Secara alamiah Taman Eden memang sudah komplet sebagai paket wisata yang menarik. Misalnya saja terdapat air terjun dan goa kelelawar. Banyak pengunjung yang betah sekali mandi di air terjun karena airnya yang sangat jernih. Banyak pula rombongan yang datang untuk melakukan kemah, retreat, atau kegiatan pecinta alam.

Saat ini Taman Eden memang telah menunjukkan keindahannya. Namun siapa sangka, dulunya kawasan ini hanya ditumbuhi ilalang. Di sana juga hampir tidak ada pepohonan. Jalanan setapak yang merupakan rute perjalanan menikmati hutan, juga tidak ada. Butuh perjuangan keras bagi Marandus untuk menghutankan kawasan ini menjadi tempat yang nyaman dikunjungi. Dikisahkan Marandus, spirit pelestarian alam secara tak langsung diwarisi dari sang Ayah, Leas Sirait, yang merupakan seorang pensiunan guru.  Tahun 80-an, ketika dirinya masih kanak-kanak, ia beserta kakak-adiknya sebenarnya butuh biaya untuk sekolah. Pada saat itu, ada yang ingin mengontrak semua lahan milik ayahnya dalam jangka waktu 20-25 tahun senilai Rp 1 Miliar. Jumlah yang tentu saja sangat besar untuk saat itu. Namun Ayahnya menolak tanpa memberi alasan.

Penolakan ini sempat membuat Marandus dan saudara-saudaranya kesal. Sebab, mereka sebenarnya butuh dana untuk sekolah. Ketiadaan biaya membuat Marandus akhirnya hanya bisa menyelesaikan pendidikan di sekolah musik. Anak ke 3 dari 10 bersaudara ini sebetulnya ingin bisa kuliah, tapi sayangnya orangtuanya tidak mempunyai uang. Lalu Marandus pun akhirnya pergi merantau ke Medan untuk menekuni bidang musik. Di tahun 90-an, ia sempat bergabung dengan grup musik lokal. Bersama kawan-kawan satu grup, ia sering diundang pentas di mana-mana. Bahkan sampai Aceh dan Pekanbaru.

Selama dalam perjalanan menuju tempat pentas di berbagai provinsi itulah, Marandus kerap menyaksikan banyak tempat wisata alam buatan yang ramai dikunjungi wisatawan. Ia pun jadi teringat kembali tanah keluarganya yang dibiarkan tak terawat. Ia juga ingat prinsip ayahnya yang tak mau menjual tanah itu. Dalam pikiran Marandus, kalau tanah itu tidak ingin dijual, berarti harus bisa dikelola dengan baik. Toh, di sana secara alami tempatnya sebenarnya sangat bagus bila bisa dikelola dengan baik. Tanahnya bergunung, sudah ada air, hanya tinggal pengelolaannya saja. Dari situlah Marandus berpikir, bila dikampungnya sudah tersedia ‘dolar’, kenapa pula ia harus pergi merantau. Marandus pun segera berniat pulang kampung untuk membuat tempat wisata yang terkait dengan lingkungan.

Marandus juga sadar, perlu banyak tangan untuk merawat hutan dan pohon. Apalagi ia melihat pula, perusakan hutan banyak terjadi di kawasan sekitar Danau Toba. Pemerintah memang pernah mencanangkan gerakan 1 miliar pohon dan program go green. Tapi, apalah artinya bila hutan-hutan dibiarkan untuk ditebangi. Walaupun aturannya setiap hutan yang ditebang, harus ditanami lagi dengan pohon yang baru, tapi perlu waktu sekian tahun untuk melihat pohon-pohon itu tumbuh besar. 

Niatan Marandus ini dipertegas pula dari bacaan ayat di Kitab Suci. Menurut Marandus, banyak ayat yang menugaskan manusia untuk merawat lingkungan. Dari sini niatnya pun semakin menggelora untuk pulang kampung. Tapi, ketika niat itu disampaikan ke keluarganya, rencananya itu tidak mendapat dukungan. Bagi keluarganya, perantau yang pulang kampung dianggap gagal. Marandus pun baru bisa pulang kampung ketika terjadi krisis ekonomi, karena ia memiliki alasan bahwa kepulangannya karena diPHK.   

Ketika mendapat sinyal dari orangtuanya untuk pulang kampung, Marandus menyambutnya dengan suka cita. Mantap sudah keinginannya untuk mengelola tanah keluarga yang terbengkalai. Meski dengan berat hati, keluarganya akhirnya mengizinkan niat Marandus itu. Dibantu beberapa kawannya, Marandus melakukan sejumlah riset. Salah satunya memetakan keadaan. Ternyata, banyak sekali masalah yang perlu dipikirkan. Salah satunya, kawasan tanah keluarganya ini meski sudah memiliki goa dan air terjun yang bisa menjadi daya pikat, namun tidak ada akses jalan menuju ke sana. Marandus pun berpikir untuk segera membuat jalan setapak, semacam rute untuk menuju tempat-tempat yang menarik dilihat. Tapi, tentu butuh biaya yang besar untuk membuat jalan itu. Oleh karena itu, sebagai langkah awal, Marandus melakukan pekerjaan yang masih mungkin dilakukan.

Marandus dan kawan-kawannya memutuskan untuk terlebih dulu menhutankan kawasan itu. Mereka bersepakat untuk melestarikan alam. Semula, kawasan itu tidak ada tanaman kayu-kayuan. Bersama kawan-kawannya itu pula Marandus ingin menanam jenis tanaman kayu. Persoalannya, ia buta soal pertanian, karena hanya mengerti soal musik. Oleh karena itu ia perlu waktu untuk belajar dengan cara membeli buku-buku tentang pertanian. Mulai dari jenis pohon, cara bercocok tanam, hingga perawatan tanaman.

Ia lalu memulainya dengan megolah tanah dan menggemburkannya. Kemudian menyiapkan tanaman yang akan ditanam. Itu pun tidak langsung membuahkan hasil. Belajar dari kesalahan, akhirnya ia mulai paham soal pertanian, termasuk jenis-jenis pohon yang cocok ditanam. Tahun 1999, ia mulai melakukan pembibitan. Dan di tahun itu pula ia mencanangkan diri belajar di universitas alam. Marandus mengaku, awalnya pilihannya untuk bertani sempat ditentang masyarakat. Masyarakat di sekitar tempat tinggalnya memang telah didoktrin bahwa petani bukanlah pekerjaan yang bagus. Bahkan, sampai tiga tahun, Ibunya Tiasa Sitorus tetap tidak mau menerima dirinya yang pulang kampung. Menurut ibunya, apa yang ia lakukan di kampungnya tidak masuk akal.

Lingkungan pun melecehkan usahanya. Banyak yang mencibir bahwa pilihannya untuk pulang kampung karena tidak memiliki kegiatan di kota. Walaupun begitu, Marandus tetap teguh dengan kata hatinya. Ia tetap melangkah dan berjuang. Sampai akhirnya, ia bisa tersenyum ketika pohon yang ditanamnya mulai tumbuh. Ia juga berhasil membuat rute jalan untuk mengelilingi kawasan hutan. Karena di kawasan itu terdapat air terjun yang indah, ia pun berpikir akan bisa menjadi daya tarik bagi pengunjung. Lalu dibantu kawan-kawannya ia lalu mulai membersihkan kawasan air terjun yang semula tempatnya gelap dan dianggap angker.

Beberapa tahun kemudian, kawasan Hutan Eden pun menghijau. Berbagai pohon tumbuh rindang, termasuk jenis pohon khas tanah Batak seperti andaliman, sandodo, dan andalehat. Jenis pohon ini memang sudah semakin jarang ditemui. Selain itu, Marandus juga terus melengkapi tamannya dengan berbagai sarana yang menarik. Ia juga membuat jalan setapak di lokasi lahan yang berbukit. Di beberapa bagian ia buatkan tempat untuk istirahat. Di situ pengunjung bisa menyaksikan indahnya pemandangan. Bakan di salah satu bagian ia juga buatkan rumah pohon.

Marandus pun giat mempromosikan tamannya itu ke berbagai kalangan. Mulai dari kelompok pecinta lingkungan, kelompok doa, dan masyarakat lain. Hingga lama-kelamaan semakin banyak pecinta alam yang datang. Mereka mendaki bukit, bahkan mengadakan acara di tempat ini. Tempat yang dibuatnya ini memang sangat cocok untuk berkemah atau kemping. Selain itu beberapa gereja juga kerap mengadakan acara retreat di sini.

Kendati demikian, ujian yang menimpa Marandus belum juga usai. Di akhir tahun 2004, Marandus sempat sakit serius yang harus membuatnya sering keluar masuk rumah sakit. Ia mengira mungkin itu karena dirinya yang terlalu capek dan banyak pikiran. Tubuhnya menderita gejala tifus. Kejadian itu sempat membuatnya mulai menyerah dan tidak ingin melanjutkan usahanya. Ia merasa apa yang dilakukannya belum banyak membuahkan hasil. Ia seperti mengalami depresi. Pernah ia berkonsultasi pada seorang teman yang berprofesi dokter, ternyata obat yang paling baik untuk menyembuhkan penyakitnya itu adalah dengan mencoba bermain musik kembali.

Setelah tubuhnya kembali sehat, bersama kawan-kawan termasuk yang berada dalam lingkungan doa, Marandus pun semakin bersemangat untuk meneruskan mengelola Taman Eden. Apalagi, ternyata banyak lembaga yang mengapresiasi langkahnya. Sampai akhirnya, di tahun 2005 ia menerima penghargaan Kalpataru yang diserahkan oleh Presiden SBY. Setelah sekian lama kuliah di universitas alam, Marandus akhirnya berhasil lulus dan diwisuda di Istana Negara.

Hadiah Kalpataru itu telah membuka matanya bahwa yang dilakukannya selama ini tidak sia-sia. Keluarga dan masyarakat sekitar pun mulai mendukung langkahnya. Bahkan, dinas terkait juga ikut membantu, misalnya saja membantu dalam proses pembibitan. Dinas Pariwisata juga membantu dalam membuatkan jalan setapak yang lebih bagus. Selain itu ada pula komunitas dokter yang membantunya membuat kebun anggrek. Hutan wisatanya ini pun semakin komplit.

Kini, Taman Eden telah menjadi tempat yang nyaman dikunjungi. Taman Eden juga telah menjadi sarana pendidikan dan pelestarian ekosistem. Marandus pun turut melibatkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi. Salah satunya dengan cara mencantumkan nama mereka yang menanam pohon di tempat ini. Kini jumlah yang telah ikut menanam pohon sudah ribuan. Marandus juga menyediakan tempat untuk berjualan souvenir.

Ke depannya, masih banyak langkah yang ingin dilakukan penerima UGM Award 2013 di bidang lingkungan hidup ini. Ia ingin semakin melengkapi sarana yang ada di hutan wisatanya ini. Nantinya ia akan membuat payung-payung dan tempat duduk agar pengunjung lebih nyaman. Marandus menegaskan, yang dilakukannya hanyalah langkah kecil di tengah perusakan alam yang masih terus berlangsung. Namun ia sudah membuktikan sanggup berbuat demi kelestarian alam. Ya, Marandus sudah menemukan surga kecil di sebuah taman yang kini selalu ramai dikunjungi.

MENUJU TAMAN EDEN 100




Tak sulit untuk mencapai Taman Eden 100 yang berlokasi di Desa Sionggang Utara, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara ini. Jaraknya dari Medan sekitar 192 km. Bila tidak menggunakan mobil pribadi, banyak kendaraan umum seperti bus yang melewati daerah ini. Lokasinya tak begitu jauh dari Parapat. Wisatawan bisa memasukkan kunjungan ke Taman Eden 1o0 dengan Danau Toba dalam satu paket.

Dari arah Parapat, Taman Eden 100 berada persis di pinggir jalan sisi sebelah kiri. Dari jalan raya, tertulis petunjuk plang Taman Eden 100. Di sana belum ada penginapan. Bagi para petualang yang ingin menginap, siapkan saja tenda dan alat masak sendiri. Selamat menikmati taman yang eksotis ini.



          

 


 

____________________________
advetorial :

MENERIMA LAYANAN JASA KURIR, ANTAR BARANG, PAKET MAKANAN, DOKUMEN, DAN LAIN-LAIN UNTUK WILAYAH JAKARTA DAN SEKITARNYA KLIK DI SINI

BOLU KUKUS KETAN ITEM, Oleh-Oleh Jakarta, Cemilan Nikmat dan Lezat, Teman Ngeteh Paling Istimewa, Bikin Ketagihan !! Pesan sekarang di 085695138867 atau  KLIK DI SINI

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PESONA INDONESIA TIMUR



Mari kita tengok surga tersembunyi di Indonesia Timur yang tak kalah menarik dibandingkan destinasi wisata mancanegara

LABUAN BAJO
 




Penjelajahan anda di Labuan Bajo yang terletak di ujung barat Pulau Flores, tak akan berakhir sia-sia. Pasalnya, tak hanya memiliki pemandangan yang indah, padang savana, pasir putih, pantai yang jernih, dan wisata biota laut yang memikat, Labuan Bajo merupakan pintu menuju Taman Nasional Komodo. Terdiri dari Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar, taman nasional ini merupakan satu-satunya tempat di dunia yang memungkinkan pelancong melihat kadal raksasa secara langsung.

Tak heran, pemandangan yang indah dan keistimewaannya di tingkat dunia membuat taman nasional ini menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO, bahkan menyabet gelar New 7 Wonders of Nature di tahun 2012 lalu. Tak perlu khawatir terhadap keamanannya, karena setiap pendatang akan ditemani jagawana alias pawang ketika melihat hewan predator ini. Saat mengunjungi Labuan Bajo, jangan lupa pula mencicipi keindahan alam bawah lautnya karena area ini disebut-sebut sebagai salah satu spot menyelam terbaik di dunia.

DESA ADAT BENA
 




Perjalanan ke wilayah yang kental dengan nilai sejarah pun tak boleh dilewatkan saat anda mengunjungi Flores. Sekitar 7-8 jam dari Labuan Bajo, tepatnya di kaki Gunung Inerie, terdapat sekumpulan dusun yang dijuluki sebagai Desa Megalitikum. Penamaan ini tentu bukan tanpa alasan. Pasalnya, di sana terdapat banyak barang-barang peninggalan sejarah zaman Megalitikum seperti meja batu dan menhir. Bisa dibayangkan, bagaimana serunya saat melihat langsung barang kuno yang pernah dipelajari di sekolah. Pasti akan menarik sekali.

Kebudayaan megalitikum kemudian berpadu dengan sekumpulan masyarakat lokal yang masih mengedepankan sisi tradisional. Bangunan rumah di desa adat ini memiliki atap dari ijuk serta dinding kayu. Masing-masing rumah juga memiliki ciri khas berbeda yang menunjukkan garis keturunan. Rumah-rumah tersebut disusun berdampingan dengan posisi berundak hingga menyerupai huruf ‘U’. Di tengahnya terdapat bebatuan yang disusun sedemikian rupa membuat desa ini sangat kental dengan kesan kuno.

DANAU KELIMUTU
 




Terletak di puncak Gunung Kelimutu, anda tak perlu mendaki dari kaki gunung untuk menikmati pesona danau tiga warnanya. Toh, anda dapat menggunakan mobil untuk mencapai pos penjagaan, dilanjut menaiki jalan setapak berupa anak tangga selama kurang lebih 30 menit. Pemberangkatan menuju Danau Kelimutu dapat dimulai dari Kampung Moni yang berjarak 18 m dari pos penjagaan danau. Selama di perjalanan menuju danau, pengunjung akan disuguhi keindahan aneka flora khas pegunungan mulai dari cemara, bunga edelweiss, serta kontur gunung yang eksotis. Sesampainya di puncak Gunung Kelimutu, akan terlihat tiga buah danau berbeda warna.

Orang lokal percaya bahwa masing-masing danau memiliki kekuatan mistis tersendiri, yaitu Tiwu Ata Mbuou sebagai tempat berkumpulnya orang tua yang telah meninggal, Tiwi Ata Polo tempat berkumpulnya arwah yang selama hidupnya melakukan kejahatan, dan Tiwu Nuwa Muri Koo Fai tempat berkumpulnya arwah yang meninggal dalam usia muda. Setiap waktu, ketiga danau tersebut pun selalu mengalami perubahan warna, di antaranya hijau, biru, merah, dan hitam.

RAJA AMPAT
 




Ibarat surga kecil di bumi, Raja Ampat kini menjadi destinasi idola untuk turis lokal maupun mancanegara. Namun memang, untuk mengunjungi destinasi satu ini tak bisa sembarangan. Faktor akses transportasi yang masih terhitung sulit, membuat setiap orang harus merogoh dompet cukup dalam untuk sampai di bagian barat kepala burung Pulau Papua ini. Akan tetapi, semua dana yang dikeluarkan akan segera terbayar saat pemandangan mata menangkap kondisi alam Raja Ampat.

Pasalnya, Raja Ampat memiliki banyak sekali keistimewaan yang sulit ditemukan tempat lain. Gugusan pulau-pulau kecil yang tersebar menjadikan pengalaman yang tak ternilai saat anda berlayar di antara pulau-pulaunya. Ditambah, air laut yang begitu jernih dan biru hingga kekayaan biota dasar laut dapat terlihat jelas dari permukaan air. Saking jernihnya, sampai-sampai kapal yang menyeberangi perairan ini seolah melayang jauh di atas terumbu karang.

Kekayaan biota lautnya, membuar Raja Ampat menjadi surga untuk para pecinta diving atau snorkeling. Alhasil, para pengerjar keindahan bawah laut dari dalam hingga luar negeri, rela mengeluarkan uang cukup banyak untuk menikmati keindahan Raja Ampat yang tak ada duanya.

DANAU SENTANI
 




Menginjakkan kaki di tanah Papua, rasanya belum lengkap jika tidak mampir ke Danau Sentani yang mengelilingi Pegunungan Cycloop. Pasalnya, ada keunikan yang langka ditemnukan di danau-danau lain, yaitu memiliki dua puluh satu pulau yang berada di tengah danau. Kondisi yang demikian membuat Danau Sentani ini layaknya laut yang memiliki pulau di tengahnya. Selain itu, hadirnya rumah-rumah panggung tempat masyarakat Sentani tinggal membuat danau tampak lebih indah dipandang.

Mengingat masyarakat Sentani sangat ramah dan merupakan pengrajin ulung, coba menyewa perahu dan hampiri desa-desa yang berada di sekitarnya. Anda pun bisa membeli suvenir di Pasar Hamadi yang berada tak jauh dari danau.


 ____________________________
advetorial :

MENERIMA LAYANAN JASA KURIR, ANTAR BARANG, PAKET MAKANAN, DOKUMEN, DAN LAIN-LAIN UNTUK WILAYAH JAKARTA DAN SEKITARNYA KLIK DI SINI

BOLU KUKUS KETAN ITEM, Oleh-Oleh Jakarta, Cemilan Nikmat dan Lezat, Teman Ngeteh Paling Istimewa, Bikin Ketagihan !! Pesan sekarang di 085695138867 atau  KLIK DI SINI


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS