RSS

MENIKMATI WISATA BAHARI DI RAJA AMPAT - PAPUA BARAT.


Sebagai destinasi wisata, nama Raja Ampat sudah sangat dikenal. Pesona alam, kecantikan biota laut hingga kekayaan adat budaya menjadi paket komplit yang bisa dinikmati wisatawan. Raja Ampat sebenarnya adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi Papua Barat. Wilayahnya terbagi menjadi dua bagian yaitu wilayah utara dan selatan. Ibukota kabupaten Raja Ampat adalah kota Waisai di pulau Waigeo di wilayah utara. Di kabupaten Raja Ampat ada empat pulau besar, yaitu Batanta, Salawati, Misool, dan Waigeo.

Kabupaten Raja Ampat memiliki sekitar 610 pulau dan diperkirakan hanya sekitar 35 pulau saja yang berpenghuni. Tak heran banyak yang masih menyalahartikan dan membayangkan bahwa Raja Ampat hanyalah sebuah pulau kecil yang terdiri dari hamparan batu karst yang indah. Padahal, masing-masing pulau di wilayah utara dan selatan memiliki keunikan dan keindahan yang tak sama. Tentu, butuh waktu panjang untuk bisa menikmati seluruh hamparan pulau indah tersebut. Namun, ada beberapa pulau yang sudah tersohor dan menjadi spot yang wajib dikunjungi, baik untuk bersantai, snorkeling ataupun menyelam. Pulau-pulau itu antara lain Waigeo, Pianemo, Pasir Timbul, Arborex, Sawingrai, Wayag, dan Misool.


Untuk bisa menikmati keindahan Raja Ampat, banyak yang harus dipersiapkan. Tak hanya biaya, tetapi juga stamina agar siap melakukan perjalanan yang cukup panjang. Pertama, anda harus tiba ke kota Sorong, gerbang kota memasuki tanah Papua Barat. Untuk mencapai kota ini, anda dapat menggunakan transportasi udara dengan waktu tempuh kurang lebih empat jam. Dengan catatan, rute pesawat dimulai dai Jakarta, tanpa transit. Namun, apabila anda ingin menikmati perjalanan yang lebih panjang, anda dapat memilih maskapai penerbangan yang menawarkan proses transit di beberapa kota seperti di Makassar atau Manado.

Tiba di bandara Edward Osok, Sorong, anda dapat memilih beristirahat terlebih dahulu atau langsung melanjutkan perjalanan menuju kabupaten Raja Ampat, tepatnya ke kota Waisai. Perjalanan menuju kota Waisai dari kota Sorong dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu perjalanan udara dan perjalanan laut. Apabila anda ingin menghemat waktu, maka perjalanan udara dengan pesawat perintis bisa menjadi pilihan. Dari bandar udara Edward Osok, anda bisa mencari maskapai penerbangan yang memberikan pelayanan terbang langsung ke kota Waisai dengan waktu tempuh sekitar 30 menit saja. Sayangnya, jadwal penerbangan Sorong ke Waisai biasanya hanya tersedia dua kali dalam seminggu.


Sedangkan jika memilih menggunakan jalur laut dengan kapal feri, anda bisa menuju ke Pelabuhan Usaha Mina. Setiap hari, ada jadwal kapal yang berangkat dari Sorong ke Waisai. Bahkan pelayanan kapal feri ini ditawarkan dengan jadwal dua kali dalam satu hari, khusus hari Senin, Rabu, dan Jumat. Jadwal waktu keberangkatan tetap yaitu pukul 09.00 dan pukul 14.00 waktu setempat. Untuk hari Selasa, Sabtu, dan Minggu, jadwal keberangkatan hanya dilayani pada pukul 14.00 waktu setempat. Ada dua kelas yang bisa anda pilih apabila menggunakan kapal feri, yaitu kelas ekonomi dan VIP. Tiket kapal feri ekonomi dibanderol dengan harga mulai dari Rp 130.000 dengan waktu perjalanan lebih lama yaitu sekitar 3 jam. Sedangkan dengan kapal feri cepat atau VIP, biaya yang dibutuhkan sekitar Rp 250.000 dengan lama perjalanan sekitar 2 jam.

Tiba di pelabuhan Waisai, anda dapat menggunakan ojek atau menyewa mobil untuk berkeliling kota Waisai. Pelabuhan Waisai menuju pusat kota dapat ditempuh dalam waktu 10 menit. Dalam perjalanan menuju pusat kota, anda akan melewati Tugu Selamat Datang Raja Ampat. Biasanya, wisatawan akan berhenti sejenak dan mengabadikan momen berfoto sambil menghirup udara segar dan menikmati awan biru kota Waisai. Tak perlu khawatir soal penginapan di Waisai. Banyak hotel dan guest house yang menawarkan pelayanan yang tak kalah bagus dari hotel bintang lima. Sebaiknya, pilih penginapan yang berada tak jauh dari pusat kota dan keramaian, seperti pasar dan pantai. Sehingga, anda pun bisa berjalan kaki untuk menjangkaunya.


Kebanyakan wisatawan yang sudah berada di kota Waisai tak akan ketinggalan menikmati momen matahari terbit di Pulau Waisai Torang Cinta yang berada di jantung kota. Sejak pukul 05.00, wisatawan yang menunggu terbitnya matahari sudah berkumpul, bahkan ada yang menyewa kapal dna memilih mengabadikan momen ini lebih dekat. Begitu matahari terbit dan menyapa dengan indahnya, semua takjub dan memuji keindahan momen sunrise ini. Usai menyaksikan matahari terbit, anda dapat memilih berjalan menuju pasar. Serunya, ada beragam menu sarapan yang bisa anda nikmati di pasar ini untuk mengisi perut. Hidangan nasi kuning dengan berbagai lauk, kue-kue tradisional dengan secangkir teh hangat ataupun kopi melengkapi istimewanya pagi di kota Waisai.

Salah satu aktivitas yang sangat dinantikan wisatawan saat mengunjungi Raja Ampat adalah mengeksplor pulau, yakni berkeliling pulau dan menikmati keindahan pantai serta kekayaan biota laut yang beraneka ragam. Ada beberapa yang perlu anda perhatikan apabila ingin mengeksplor pulau-pulau di sini. Pertama, anda bisa menggunakan jasa tour guide untuk mencari kapal sewaan. Kapal inilah yang akan digunakan untuk berkeliling pulau. Selain itu, guide juga akan mendampingi anda dan memberikan informasi lengkap, sekaligus membantu mencari spot terbaik snorkeling dan diving.


Kedua, untuk menghemat biaya sewa kapal, anda bisa mengajak teman atau bergabung dengan peserta lain. Dan yang ketiga, anda harus memastikan dan mendapatkan informasi apakah ombak sedang bersahabat, landai, atau tengah tinggi. Waktu terbaik untuk mengunjungi pulau adalah bulan Oktober hingga April. Namun tak perlu cemas, walaupun ketinggian ombak 2 meter lebih, para tour guide dan pengemudi kapal motor sudah lihai mengatasinya. Jangan lupa, sebelum berangkat mengeksplorasi pulau cantik dan indah, anda terlebih dahulu harus membayar retribusi Raja Ampat ke Tourist Information Center. Biaya retribusi yang dikenakan sebesar Rp 250.000 untuk wisatawan domestik dan Rp 500.000 untuk wisatawan mancanegara. Uniknya, retribusi diberikan dalam bentuk kartu akses yang berlaku setahun. Wisatawan tak perlu lagi membayar apabila kembali datang mengunjungi Raja Ampat di tahun yang sama. Selain itu, anda juga akan mendapatkan souvenir berupa gantungan kunci bergambar burung Cenderawasih.

Biaya sewa kapal per hari untuk mengelilingi pulau terhitung mahal, jadi anda harus benar-benar mempersiapkannya. Anggaran yang harus anda keluarkan mulai dari Rp 12 juta hingga Rp 18 juta untuk sewa kapal plus tour guide per hari. Anda bisa memilih sesuai kebutuhan, pilih kapal mesin kecil yang muat hingga 8 orang atau kapal mesin besar yang bisa memuat hingga 18 penumpang termasuk pengemudi dan awak kapal. Rute pulau yang akan dikunjungi biasanya tergantung kebutuhan dan permintaan dari wisatawan. Mereka yang punya waktu lebih panjang, biasanya akan memilih mendatangi pulau Wayag dengan waktu perjalanan sekitar lima jam. Beberapa wisatawan kebanyakan memulainya dengan memilih rute perjalanan yang singkat seperti mengunjungi Pianemo sebagai lokasi pertama.


Perjalanan dari pelabuhan Waisai menuju Pianemo memakan waktu hingga 2 jam. Setibanya di Pianemo, anda juga harus kembali menyiapkan energi untuk menaiki 320 buah anak tangga menuju ke puncak. Anda tak hanya akan melihat keindahan alam yang mempesona tetapi juga keramahan warga dan wisatawan yang tengah berkunjung. Walaupun tak saling kenal, biasanya mereka saling menyapa dan memberikan semangat agar anda bisa segera sampai puncak untuk menikmati hamparan bukit hijau karst yang cantik. Ada beberapa pos untuk beristirahat disediakan agar pengunjung bisa menghimpun kekuatan sampai puncak. Jadi tak perlu khawatir, karena tak terasa anda pasti akan sampai di puncak Pianemo dan takjub akan pesonanya. Kegiatan lain yang bisa anda lakukan di Pianemo adalah kayaking. Melintasi bukit hijau karst sambil mendayung kayak kebanyakan dipilih oleh wisatawan luar untuk menikmati harinya di Pianemo.

Pianemo ternyata bukan destinasi akhir perjalanan menyusuri Raja Ampat. Destinasi wisata Pasir Timbul pasti juga akan membuat pengunjung betah berlama-lama. Sesuai namanya, hamparan pasir putih timbul di tengah-tengah air laut yang berwarna jernih. Banyak yang mengabadikan momen untuk berjalan dan merasakan sensasi bermain pasir dikelilingi air laut. Destinasi selanjutnya yang tak kalah menarik adalah Kampung Wisata Arborex yang berjarak sekitar satu jam dari Pasir Timbul. Di tempat ini, kearifan lokal dan keramahan warga sangat terasa dan membawa pengalaman berbeda. Interaksi yang terjadi antara warga dan wisatawan tak hanya sebatas transaksi jual beli, tetapi lebih dari itu, sambutan hangat, cerita keseharian, hingga keseruan anak-anak yang ingin bermain bersama wisatawan terjadi begitu alami.


Anda pasti akan girang begitu melihat aneka ragam ikan hias berenang di air yang jernih tepat di depan mata. Bahkan anda pun bisa bermain atau memberikan makan ikan-ikan yang dilindungi ini. Belum lagi keramahan warga yang juga menawarkan cindera mata atau menyewakan alat snorkeling. Mereka juga bersedia menemani wisatawan dan menunjukkan tempat snorkeling terbaik. Apabila anda merasa tak puas dan ingin bermalam, ada beberapa rumah yang bisa disewa untuk menginap. Jadi, anda pun bisa menikmati Arborex dengan lebih maksimal. Masih ingin menghabiskan waktu melihat ragam biota laut yang indah ? Anda dapat mengunjungi Waigeo dan menyewa peralatan diving serta guide yang bersertifikat untuk menemani.

Kekayaan biota laut Raja Ampat sudah diakui dunia. Raja Ampat juga memiliki spot diving terbaik dan terindah. Tak heran, para penyelam profesional, dari mancanegara maupun domestik selalu kembali ke Raja Ampat untuk menikmatinya. Berjarak sekitar satu jam dari Waigeo, anda juga bisa melihat keindahan burung Cenderawasih di Desa Sawingrai. Anda wajib mengalokasikan waktu di pagi hari untuk melihat burung Cenderawasih yang menari. Beberapa pulau yang bisa dieksplor antara lain Misool, Wayag, dan pulau lain. Seakan tak ada habisnya cerita wisatawan yang datang ke Raja Ampat. Tak heran, biaya mahal yang harus dikeluarkan untuk menikmati surga di tanah ini tak lagi menjadi soal. Semua terbayar dengan pengalaman yang tak terlupakan.





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KEKAYAAN TARIAN MELAYU DI BUMI PERTIWI.


Tari serampang 12 seakan menjadi simbol yang paling terkenal di antara budaya dan kesenian Melayu lainnya. Tari ini murni ciptaan seniman asli Melayu Indonesia bernama Sauti pada 1934. Tepatnya berasal di wilayah Deli Serdang yang kala itu masuk dalam Provinsi Sumatra Timur (sekarang Sumatra Utara). Sauti sebenarnya bukan sosok luar biasa pada masa itu. Dia hanya seorang guru sekolah yang mencoba menciptakan tarian daerah yang mudah untuk para siswanya. Tarian ini disusun 12 ragam gerakan yang kemudian dilengkapi dengan ritme-ritme dari musik Melayu, yakni dari biola, akordion, dan gendang ronggeng.

Pada masa itu, Sauti tak memiliki niat menjadikan tari serampang 12 sebagai bagian nasional. Hingga akhirnya, presiden Indonesia pertama, Sukarno, memiliki sebuah kepentingan untuk meningkatkan nilai kebangsaan di Indonesia. Bung Karno mulai mencari kebudayaan dan kesenian Indonesia yang sekiranya dapat melawan gempuran pengaruh musik dari luar negeri. Pada 1958, tarian serampang 12 mulai diundang ke Istana Merdeka oleh Bung Karno. Para penari yang menarikan tarian itu amat menarik perhatian Bung Karno, sehingga dijadikanlah tarian serampang 12 sebagai tarian nasional.


Keindahan tari Melayu seperti serampang 12 ada pada gerakan kakinya yang memiliki tempo cepat. Meski demikian, unsur kelembutan tidak pernah lepas dari penari perempuan. Sementara, penari pria tentu harus mempertahankan sisi kegagahannya di setiap gerakan. Makna tari serampang 12 sendiri menceritakan pertemuan bujang dan gadis. Rangkaian kisahnya, mulai dari percintaan hingga pernikahan, masuk ke dalam 12 ragam gerakan itu.

Keberlangsungan tari Melayu seperti tari serampang 12 tentu mengalami perkembangan dan improvisasi. Improvisasi gerakan menjadi salah satu upaya agar generasi muda tidak bosan dan tertarik mempelajarinya. Namun, hal yang terpenting, pakem dasar tari Melayu tidak boleh dihilangkan. Dengan kata lain, hanya boleh mengolaborasikan dengan unsur lain agar lebih menarik. Salah satunya dengan memakai baskom atau penutup kepala. Mempelajari tari Melayu, termasuk serampang 12, sebenarnya susah-susah gampang. Belajar bisa dimulai dengan hal-hal yang mudah terlebih dahulu. Tak lupa juga untuk merasakan setiap gerakan dengan rasa dan hati sehingga hasilnya tidak seperti "robot yang menari".


Tari Melayu memang tidak hanya serampang 12. Beberapa tarian lainnya seperti zapin melayu, tarian makyong, mak inang, piring, dan sebagainya juga masih ada, walau sudah jarang yang menguasainya. Di antara tarian-tarian tersebut, zapin melayu bisa disebut sebagai yang cukup terkenal setelah serampang 12. Zapin pada dasarnya memiliki pengaruh dari Arab. Tarian ini identik dengan akademik Islam yang di setiap syairnya berisi dakwah. Zapin arab mulai memasuki nusantara melalui masyarakat Melayu pesisiran. Ketika itu, masyarakat tidak langsung mau menerima tarian Arab. Mereka lalu membuat versinya sendiri, zapin Melayu. Ini berkaitan dengan bahasa yang digunakan masyarakat sendiri.

Secara keseluruhan gerakannya hampir sama. Adapun yang membedakan justru hanya pada ucapannya, termasuk zapin-zapin yang berada di wilayah nusantara lainnya. Masyarakat Jambi dan Sumatera Selatan lebih mengenal sebutan tarian dana dibandingkan zapin. Hal ini kemungkinan besar diambil dari salah satu lirik lagu pengiring yang selalu didengarkan mereka. Di Jawa dan Bali sebutannya zaffin karena terpengaruh bahasa Arab. Lalu di Lampung disebut budana, sedangkan di Kalimantan, karena orang Bugis tidak bisa menyebut "n", jadinya disebut zeping, dari asal penyebutan zepin. Ini membuktikan betapa kayanya zapin di Indonesia meski banyak perbedaan.


Pada dasarnya, gerakan zapin dan serampang 12 juga hampir sama. Keduanya sama-sama menekankan pada gerakan kaki bertempo cepat dengan diiringi musik Melayu. Hanya makna yang terkandung di dalam tarian itu yang membedakannya. Serampang 12 bercerita tentang kisah cinta bujang dan gadis, sedangkan zapin lebih ke syiar Islam. Selain itu, zapin lebih sering dilengkapi dengan tikar permadani berukuran seperti sajadah. Para penari akan menggunakan ini sebagai properti menari mereka sekaligus wadah menyampaikan dakwah di dalamnya. Perkembangan awalnya, tarian ini lebih sering dilakukan para pria, tapi akhirnya mulai bergeser ke ranah perempuan juga.

Menyebarnya tari Melayu dengan berbagai versi membuktikan kuatnya unsur Melayu di Indonesia. Sayangnya, kemelayuan sering kali dikesampingkan dan dipersempit menjadi sekadar suku semata. Padahal, unsur Melayu itu seperti air di nusantara, di manapun ada. Tanpa kita sadari, unsur Melayu ada pada budaya Jawa, Bali, Betawi, dan sebagainya. Sebuah keterbukaan dan fleksibilitas itulah yang dimiliki Melayu.


Melayu memang sempat menjadi paling utama pada masa Bung Karno. Tak hanya menjadikan tari serampang 12 sebagai bagian nasional. Bahkan, bahasa Melayu pun dijadikan dasar lahirnya bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa. Sayangnya, Melayu kini sudah mulai surut dan tak terlalu dianggap penting oleh masyarakat luas, utamanya pemerintah pusat. Unsur Melayu saat ini justru lebih terasa kuat di negeri jiran, seperti Malaysia ataupun Singapura. Terdapat beberapa gerakan tari Melayu di Malaysia yang dipengaruhi oleh budaya Indonesia karena faktor lokasi yang berdekatan. Salah satunya tari lilin yang memiliki pengaruh kental dari Minangkabau. Sementara ihwal budaya, Sarawak bisa disebut sebagai wilayah Malaysia yang memiliki pengaruh besar dari Indonesia. Pengaruhnya sangat tampak jika merujuk pada budaya Orang Ulu, Iban, dan Bidayu Malanau. Bahkan, penelitian menyebutkan, bangsa Sarawak dipercayai berasal dari suku Minangkabau, Sumatra Barat. 



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MENGENAL CANDI-CANDI MARJINAL DI YOGYAKARTA.

Siapa yang tak kenal dengan Candi Prambanan di Yogyakarta atau Candi Borobudur di Magelang ? Semua masyarakat Indonesia pasti sudah mengetahuinya bahkan sering mengunjunginya. Namun, sebetulanya di kawasan perbatasan timur Yogyakarta dan Jawa Tengah, masih terdapat candi-candi lain yang namanya memang tidak terlampau populer. Candi-candi 'marginal' tersebut berada di antara perbukitan Gunung Sewu dan perpanjangan Gunungkidul di sisi timur Kota Yogyakarta. Untuk mengunjunginya pun tidak sulit, bisa dengan memakai kendaraan pribadi atau sewaan. Berikut enam candi-candi marginal yang bisa dikunjungi hanya dalam waktu setengah hari :

CANDI KEDULAN


Candi Kedulan terdapat di Dusun Kedulan, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman. Kompleks candi yang diperkirakan berasal dari kebudayaan Hindu pada zaman Kerajaan Mataram Kuno abad 8 dan 10 M itu tampak berserakan. Candi Kedulan berada di bawah tanah sedalam delapan meter. Kesan pertama ketika melihat candi ini seperti dibangun di dalam sebuah kolam. Candi Kedulan yang sudah tertimbun pasir lava Gunung Merapi selama berabad-abad itu ditemukan pada 1993 oleh penambang pasir dalam keadaan runtuh.

Dari hasil rekonstruksi, Candi Kedulan merupakan candi induk berbentuk bujur sangkar dengan tiga buah candi perwara di sisi timurnya. Di sini bisa dijumpai arca mahakala, arca nandiswara, dan sebuah arca sapi tanpa kepala. Meskipun tubuh dan atap candi ini belum seluruhnya selesai disusun, Candi Kedulan tetap menarik untuk dikunjungi. Di sini kita bisa temui banyak relief bermotif batik dengan ukiran yang sangat rumit, halus, dan indah. Berdasarkan prasasti Pananggaran dan Sumudul yang berangka 791 Saka atau tahun 869 Masehi yang ditulis dalam huruf Palawa berbahasa Sansekerta, Candi Kedulan dibangun pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Kedua prasasti tersebut yang berisi kisah mengenai pembebasan pajak tanah pembuatan bendungan dan irigasi serta pendirian bangunan suci Tiwahayyan pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Bangunan suci Tiwahayyan itulah yang kemudian diperkirakan sebagai Candi Kedulan.


CANDI PLAOSAN

Candi Plaosan adalah candi 'kembar' yang berada di reruntuhan batu-batu, berlokasi di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan. Candi Plaosan yang dipisah oleh sebuah jalan desa ini kemudian lebih dikenal sebagan Candi Plaosan Lor (utara) dan Candi Plaosan Kidul (selatan). Lokasi kedua kompleks candi tersebut berada di antara hamparan sawah dan perkampungan. Candi Buddha ini dibangun oleh seorang putri raja bernama Pramodhawardhani atau Sri Kahulunan dari Dinasti Sailendra yang didampingi suaminya dari dinasti Hindu bernama Rakai Pikatan pada abad ke-9 M.


Untuk memasuki kompleks candi yang luas ini kita perlu membayar tiket masuk sebesar Rp 3000. Relief-relief yang terpahat di dinding candi terlihat sangat detail dan rapi, mengingatkan relief-relief di Candi Borobudur. Candi Plaosan memiliki dua bangunan induk berupa candi kembar bertingkat dua menghadap ke arah barat yang dikelilingi enam buah stupa besar. Selain stupa, Candi Plaosan juga dikelilingi pagar batu dan candi perwara kecil berjumlah 174 buah. Pada beberapa perwara dijumpai tulisan-tulisan yang mewartakan bahwa candi ini merupakan bentuk sumbangan dari bawahan raja.


Di dalam dua candi induk itu terdapat enam lorong ruangan. Di ruang tengah terdapat dua arca Buddha duduk berderet di atas Padadmasana menghadap pintu. Jika matahari sedang bersinar dari arah barat, secara otomatis sinarnya akan masuk dan menyinari arca Buddha. Sungguh suatu pemandangan yang eksotis. Di sebelah utara, terdapat selasar panggung batu berbentuk umpak-umpak batu yang menyimpan 22 arca dengan kondisi sebagian sudah hancur.

CANDI BANYUNIBO

Lokasi Candi Banyunibo berada di Dusun Cepit, Kelurahan Bokoharjo, Kecamatan Prambanan. Banyunibo dalan bahasa Jawa yang berarti "air yang menetes" ini merupakan candi Buddha yang dibangun pada abad ke-9. Situs candi ini berada di sebuah lembah sempit yang dikelilingi dusun dan persawahan. Suasana di sekitar candi sangat tenteram dan sejuk karena dikelilingi pepohonan rindang dan sebuah sungai kecil mengalir di depan candi. Saking terpencilnya keberadaan candi ini, sebutan lain untuk Candi Banyunibo adalah "Si Sebatang Kara Candi Banyunibo".


Dengan harga tiket masuk Rp 2000 saja pengunjung akan dimanjakan oleh keindahan bangunan candi berbentuk tambun dengan atap melengkung dengan stupa bertengger di atapnya. Ketika candi ini ditemukan pada 1940, kondisinya dalam keadaan runtuh hingga pada 1973 dilakukanlah pemugaran. Candi Banyunibo sendiri terdiri dari sebuah bangunan induk dan enam buah candi perwara. Tiga buah berada di selatan dan tiga buah lainnya berada di sebelah timur. Di setiap sisinya terdapat dua buah jendela dan pada bagian dinding sebelah selatan dan utara terdapat relief.

CANDI SOJIWAN

Candi Sojiwan berada di Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan. Candi ini berada di pinggir jalan desa dengan lingkungan yang asri dan menenangkan. Tiket masuk candi ini sebesar Rp 2000. Candi Sojiwan yang tinggi menjulang menghadap barat ini berdiri di atas lahan seluas 100 meter, dengan sebuah stupa besar dan dikelilingi stupa-stupa kecil di bawahnya, memberi kesan bahwa candi ini merupakan candi Buddha.


Nama "Sojiwan" ditafsirkan ada hubungannya dengan Rakyan Sanjiwana yang disebut-sebut dalam prasasti Rukam yang berangka tahun 829 Saka atau 907 Masehi. Prasasti itu mengabarkan bahwa Sanjiwana adalah nenek Raja Balitung pada zaman Mataram Kuno yang memerintah pada 896-930 M dengan gelar Watukumara. Adapun yang menarik pada Candi Sojiwan ini adalah relief-relief fabel yang sarat pesan moral terpahat di bawah selasar candi yang mengisahkan Kambing dan Gajah, Buaya dan Kera, Perkelahian Banteng dan Singa, Seekor Burung dengan Dua Kepala, Gajah dan Sebatang Kayu Pada Belalainya, Lembu Jantan dan Seekor Serigala, Manusia Berkepala Singa, dan lain-lain.

CANDI BARONG

Dari kejauhan, Candi Barong ini tampak menyeruak di atas bukit Batur Agung di Dusun Candisari, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, atau sekitar 300 meter ke arah timur dari Situs Kraton Boko. Jalan menuju Candi Barong tidak semulus menuju candi-candi lainnya, jalannya sempit, menanjak, dan agak rusak. Jika dilihat sepintas, Candi Barong memiliki bentuk yang agak aneh dan janggal. Keanehan itu bisa ditemukan saat kita memasuki candi, karena kita akan dibuat kebingungan mencari anak tangga untuk menuju puncak candi setingga 9,05 meter yang menghadap arah barat itu.


Candi Barong yang bisa dimasuki tanpa biaya ini merupakan sepasang candi suci tempat pemujaan Dewa Wisnu dan Dewi Sri yang dibangun pada abad 9-10 M. Lokasi candi ini berada di atas sebuah punden berundak yang tersusun dari tiga teras. Barangkali karena hiasan kalamakara yang menyerupai barong bercorak Hindu pada gapuranya, maka candi ini dinamai Candi Barong.

CANDI IJO

Candi Ijo berada di Dukuh Nglengkong, Dusun Groyokan, Desa Sambirejo. Untuk menuju ke sana, kita perlu melewati ruas jalan yang tanjakannya sangat curam dan berkelok-kelok, melewati perkampungan dan tebing Breksi. Letak Candi Ijo berada di atas bukit kapur berwarna hijau atau gumuk ijo. Letaknya yang berada di atas ketinggian 410 mdpl, membuat Candi Ijo dikenal sebagai kompleks candi tertinggi di Yogyakarta. Berada di kompleks candi ini, pemandangan Kota Yogyakarta yang berada di bawah sana terlihat sangat indah. Keindahan itu kian bertambah ketika dipadukan dengan langit merah kesumba seiring tenggelamnya matahari. Terlihat pula landasan terbang Bandara Udara Adisucipto terhampar di bawahnya, lengkap dengan seluruh kegiatan di sana.


Untuk memasuki Candi Ijo tidak dipungut bayaran. Candi ini sudah mulai dikenal luas, terbukti dengan banyaknya wisatawan lokal di pelataran candi dan beberapa turis asing. Candi Ijo yang dibangun pada zaman Mataram Kuno abad ke-9 ini memiliki 17 struktur bangunan yang terbagi dalam sebelas teras berundak. Ada empat bangunan dalam kompleks ini, satu candi utama yang diapit tiga candi perwara sebagai simbol Hindu Trimurti, yaitu penghormatan kepada Dewa Brahma, Shiwa, dan Whisnu. Bangunan candi utama dan tertinggi merupakan candi yang sakral, yaitu dengan adanya bak tempat pembakaran. 





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS