RSS

PESONA SINGKAWANG : Perayaan Cap Go Meh, Pantai Berpasir Putih, dan Kerajinan Gerabah.


Selain terkenal akan perayaan Cap Go Meh yang meriah, ternyata banyak wisata alam dan kuliner yang juga layak dikunjungi di kota yang berada di sebelah utara Pontianak, Kalimantan Barat, ini. Singkawang, kota pesisir berjarak 145 km atau 3,5 jam perjalanan darat dari Pontianak, memiliki magnet kuat yang sanggup menarik kedatangan wisatawan. Salah satu event tahunan yang menjadi kalender tak resmi pariwisata di Singkawang adalah perayaan Cap Go Meh. Pada event tersebut, Singkawang dibalut kemeriahan tiada henti. Biasanya, mulai hari ke-13 bahkan telah ada arakan barongsai disertai liong dan keramaian mulai terlihat di segenap penjuru kota. Hotel-hotel dipastikan fully booked pada periode tersebut. Umumnya, kamar-kamar hotel sudah dipesan jauh-jauh hari, bahkan ada yang sudah dipesan setengah tahun sebelumnya.

Tak heran jika pada saat-saat itu, penduduk yang di rumahnya mempunyai kamar berlebih, terutama yang rumahnya dilewati atau dekat dengan area arak-arakan, akan menyewakannya kepada wisatawan yang tak kebagian tempat dan dengan bujet lebih rendah. Sementara urusan transportasi dalam kota tak terlalu masalah, sebab selain rute Pontianak-Singkawang dilayani banyak perusahaan travel yang dapat dicari infonya melalui Google, jasa sewa kendaraan plus pengemudi dari Pontianak dengan anggaran mulai Rp 400.000 per hari juga mudah kita dapatkan. Namun, demi alasan keamanan dan kenyamanan, ada baiknya minta referensi dari orang yang pernah memakai jasa pelayanannya.


Tak hanya momen Cap Go Meh saja pesona Singkawang bisa kita nikmati. Pada hari-hari biasa pun wisatawan akan disuguhi beragam spot wisata alam dan kuliner yang mampu meninggalkan kesan mendalam. Anda bisa memilih hotel sesuai bujet dan lokasi yang anda inginkan. Terdapat hotel-hotel dengan pemandangan di balik jendela kamar yang indah. Perjalanan dari Pontianak ke Singkawang juga menyuguhkan pemandangan alam yang menakjubkan, setidaknya kita akan melewati Pantai Kijing, Pantai Batu Payung, Pantai Pasir Panjang, Pantai Kura-Kura, juga Pantai Samudera Indah. Sebagian pantai dihiasi keelokan pasir yang putih serta garis pantai yang panjang, sementara pantai-pantai lainnya mempesona lantaran formasi bebatuannya yang apik.

Pantai Kijing misalnya, termasuk salah satu obyek wisata primadona di Pontianak. Pantai ini menarik wisatawan lantaran pesisir pantainya yang penuh pohon kelapa dan pasir putih yang landai. Keindahan pantai ini makin lengkap dengan hiasan bukit serta pepohonan yang menyejukkan. Bukit yang menghadap ke pantai dan pepohonan kelapa yang berjajar rapi menjadi unggulannya. Nama Kijing sendiri berasal dari sejenis kerang berbentuk kecil dan memanjang yang banyak terdapat di tepi pantai. Meskipun warna airnya tak sejernih pantai di Jawa dan gelombangnya terlihat tenang, pantai-pantai di sini cukup menyegarkan mata dan menghadirkan damai di hati. Tak jarang kita akan menemukan bocah-bocah kecil berenang di tepian pantai, lantas melepas lelah di atas tumpukan batu besar. Jangan heran pula jika kaki anda jadi serasa ditarik-tarik untuk ikut menceburkan diri ke dalam air.


Singkawang juga layak dinobatkan sebagai surganya wisata kuliner. Bila menginap di hotel, umumnya anda bisa mencicipi menu sarapan ala buffet dengan cita rasa yang memanjakan lidah khas Singkawang yaitu Bubur Singkawang. Penampilan dari Bubur Singkawang ini cukup sederhana, dibalut taburan teri medan, kacang, daun seledri, kecap, potongan ayam atau daging, telur rebus, dan pangsit kering. Sambal nan pedas akan menyempurnakan cita rasa makanan favorit di Singkawang ini. Selain bubur Singkawang, kwe tiauw serta masakan khas Tiongkok lainnya akan memanjakan selera makan para wisatawan yang berkunjung. Di sore hari, anda bisa menyambangi kawasan pasar yang dinamakan Hongkong di waktu malam (entah mengapa disebut begitu, padahal sebenarnya tak serupa benar dengan Hongkong). Jalan-jalan di sini sangat mengasyikkan. Selain bisa menemukan aneka kue basah serta berbagai kudapan lain, anda juga bisa berbelanja pakaian dan pernak-perniknya yang dapat dijadikan alternatif oleh-oleh setelah membeli batik Tidayu dan cokelat isi lidah buaya.

Tak ketinggalan, sempatkan untuk singgah di Taman Bougenville, sungai Hang Moy, sebuah pabrik tahu serta mie, juga dua buah pabrik gerabah yang bisa menjadi tujuan berikutnya. Di Taman Bougenville, kita dapat melihat aneka bunga warna-warni dan hamparan rumput nan hijau. Sewaktu panas matahari kian menyengat, di sinilah kawasan super sejuk yang siap memberi keteduhan. Sementara pada saat berada di sungai Hang Moy, telinga dibuai suara aliran airnya. Bercakap dengan para pemilik dan pekerja usaha gerabah juga meninggalkan kesan tersendiri. Sangat menyenangkan. Dari mereka, kita bisa mendengar cerita-cerita seru pembuatan dan bisnis gerabah, selain juga memperhatikan proses pembuatannya. Ketekunan dan ketelitian mereka patut diacungi jempol.


Masih terdapat banyak tempat wisata lainnya yang dapat disinggahi selama berada di Singkawang. Cara paling tepat adalah mencari dan memfilter informasi sebanyak mungkin, kemudian menetapkan mana saja yang benar-benar ingin kita kunjungi. Yang terpenting adalah menikmati perjalanan itu dan mendapatkan pengalaman menarik.

WISATA KULINER KHAS SINGKAWANG.

Dari sejumlah tempat kuliner di Singkawang, setidaknya ada tiga spot kuliner yang pantang dilewatkan, yaitu :

1. Rumah Makan Vegetarian Maitreya.

Menunya beragam, rasanya enak, tempat bersih dan luas, ditambah lagi harga yang relatif terjangkau. Di sini, kita bisa memilih dan mengambil sendiri apa dan berapa banyak yang hendak dimakan, menyendokkan ke piring kemudian membayarnya di ujung meja. Jangan lewatkan sayur pakisnya yang sungguh menggoda dan mampu menggoyang lidah.

2. Warkop Athin.

Kopi di tempat ini sungguh dahsyat. Meski tak terlalu menonjol di antara deretan warkop lain, kedai kopi di pinggir jalan ini siap menggugah hati dan melakukan repeat order. Apalagi, kopi yang kita pesan bisa kita nikmati seraya ditemani pisang goreng khas Kalimantan yang hangat. Aroma kopi susunya sama mengejutkannya dengan rasanya. Paduan pas antara bubuk kopi dengan krim cair dan cara pengolahannya sama sekali tak mengubah tampilannya yang biasa saja. Takarannya tepat. Nge-blend, kalau meminjam istilah anak gaul.

3. Rumah Makan Di Atas Bukit.

Di sini, anda akan menikmati sensasi menyatap hidangan sambil memandang kerlap-kerlip lampu di bawah bukit. Rumah makan ini letaknya 5-7 menit berkendara dari Dangau Resort. Jika kebetulan anda menginap di resort ini, anda pasti akan menyerap nuansa berbeda saat sarapan pagi, makan siang hingga santap malam. Cocok untuk ber-quality time dengan kawan-kawan, pasangan ataupun keluarga. Suasana rumah makannya juga menyenangkan. Salah satu catatannya adalah, anda harus ekstra sabar menanti pesanan pada saat rumah makan sedang ramai.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MENJEJAKI SISA LETUSAN GUNUNG KRAKATAU.


Tanggal 27 Agustus 1883, hari itu masih pukul 10.00 ketika langit berubah gelap. Kala itu, geliat Gunung Krakatau telah mencapai puncaknya setelah pada 20 Mei 1883 gunung ini mulai menunjukkan keaktifannya melalui letusan Gunung Perbuwatan. Abu dari letusan dahsyat ini membuat pagi seketika menjadi 'malam'. Abu yang menyelimuti langit menyebabkan kegelapan hingga radius 200 km dalam waktu 22 jam. Dalam waktu 10-12 hari, hujan abu Krakatau telah bergulir hingga sejauh 6 ribu km, mencapai Semenanjung Afrika. Dan pada 30-31 Agustus 1883, hujan abu telah mencapai pantai barat Australia.

Letusan dahsyat itu membuat abu panas bersuhu tinggi mampu menerobos celah-celah lantai rumah warga yang bertingkat atau pun berbentuk panggung kala itu. Abu panas ini menerobos masuk bagaikan air mancur yang menyebabkan sekitar 2 ribu penduduk Desa Ketimbang menjadi korban dari panasnya abu dan kebakaran. Letusan yang diiringi dengan tsunami itu pun pada akhirnya menjatuhkan hampir 40 ribu korban jiwa. Kini, ratusan tahun telah berlalu. Letusan dahsyat itu telah menyebabkan Pulau Krakatau terpecah menjadi Pulau Sertung, Pulau Panjang, Pulau Rakata, dan juga yang terbaru Pulau Anak Krakatau. Pada Pulau Anak Krakatau terdapat gunung api yang tumbuh dari kaldera Krakatau purba. Meski 'kecil', Gunung Anak Krakatau yang berada dalam kawasan cagar alam ini memiliki aktivitas yang sangat aktif.


Untuk menuju Gunung Anak Krakatau, harus melakukan perjalanan laut dengan menggunakan kapal. Biasanya, orang-orang yang hendak menuju Gunung Anak Krakatau akan memulai perjalanan dari Dermaga Canti, menuju Pulau Sibesi terlebih dahulu. Dari Dermaga Canti, ada kapal-kapal reguler yang siap membawa penumpang dari dan menuju Pulau Sibesi dengan tarif Rp 25-35 ribu per orang. Kapal-kapal reguler ini memiliki jadwal pelayaran tetap. Pelayaran dengan rute Dermaga Canti-Pulau Sibesi terjadwal setiap pukul 13.00 waktu setempat, sedangkan rute Pulau Sibesi-Dermaga Canti terjadwal setiap pukul 07.00. Penjadwalan ini membuat orang-orang yang akan menuju Gunung Anak Krakatau umumnya akan memilih untuk menginap di Pulau Sibesi dengan tarif sekitar Rp 350-500 ribu per malam. Tak jarang pula, orang-orang memilih untuk menyewa kapal pribadi dengan merogoh kocek yang lumayan besar dibandingkan menunggu jadwal kapal reguler.

Perjalanan membelah laut menuju Gunung Anak Krakatau memang cukup lama. Namun, kita akan merasa terhibur dengan pemandangan langit yang cerah, hamparan laut biru sejauh mata memandang dan pemandangan beberapa biota laut yang berenang mendekati permukaan. Sayangnya, pemandangan indah di lautan lepas tersebut kadang diselingi dengan sampah yang terhanyut di tengah laut. Setelah melalui perjalanan laut yang cukup berombak selama lebih kurang empat jam, kita pun akhirnya bisa menginjakkan kaki di kawasan cagar alam Pulau Anak Krakatau. Pulau Anak Krakatau yang terletak di perairan Selat Sunda ini dikelilingi oleh hamparan pasir berwarna hitam yang unik. Sebelum melakukan pendakian Gunung Anak Krakatau, akan ada pengarahan terlebih dahulu yang diberikan oleh petugas BKSDA Lampung. Mengingat Gunung Anak Krakatau merupakan kawasan cagar alam, sangat dianjurkan untuk tidak menangkap, membunuh, atau membawa satwa masuk ataupun keluar dari kawasan. Selain itu, pengunjung yang akan mendaki juga tidak boleh membuat coretan, menempel sesuatu, membuang sampah sembarangan, menggali lubang yang dapat mengganggu satwa liar, serta tidak diperkenankan untuk melakukan pendakian di luar jalur dengan alasan keamanan.


Cukup hanya berbekal masker dan air mineral, pendakian pun bisa dimulai menuju batas aman yang diperbolehkan untuk didaki, yaitu puncak pertama yang menjulang setinggi 200 meter di atas permukaan laut. Pengunjung tidak diperkenankan mendaki hingga puncak kedua yang memiliki ketinggian nyaris dua kali lipat dari puncak pertama karena alasan keamanan. Perjalanan dimulai dengan memasuki kawasan hutan. Di sini mata kita akan disuguhkan pemandangan dengan warna-warna kontras yang berasal dari perpaduan pasir hitam, batang pohon mati, hingga hijaunya pepohonan yang tumbuh menjulang. Samar-samar, telinga kita juga akan mendengar kicauan burung dari kejauhan yang seakan sedang menyemangati kita untuk terus mendaki. Kicauan burung ini terdengar dari segala penjuru, karena Pulau Anak Krakatau memang memiliki 22 jenis burung menetap dan 20 jenis burung migran.

Setelah melewati hutan, kita pun mulai memasuki jalur pendakian yang ternyata menjadi semakin terjal, berpasir, dan juga dipenuhi batu-batu hasil dari muntahan Gunung Anak Krakatau. Oleh karena itu, perlu waktu paling cepat sekitar 30 menit bagi pendaki awam untuk bisa mencapai puncak pertama dari Gunung Anak Krakatau. Ketika kita telah berhasil menginjakkan kaki di puncak pertama Gunung Anak Krakatau, indra penglihatan kita yang semula hanya melihat hamparan pasir hitam, bebatuan, dan batang-batang pohon, seketika dimanjakan oleh pemandangan luar biasa indah yang terlihat dari puncak atau pos pertama Gunung Anak Krakatau. Kita akan bisa melihat birunya hamparan Selat Sunda yang seakan mengepung keberadaan kita. Warna perairan yang biru seakan saling beradu dengan warna biru langit yang terlihat cerah. Pemandangan ini pun semakin menawan dengan pemandangan Gunung Rakata, Pulau Sertung hingga Pulau Panjang yang menjulang kokoh mengelilingi Gunung Anak Krakatau,


Tentu, perjalanan singkat menjejakkan kaki di Gunung Anak Krakatau tak sekedar menjadi pengalaman yang mendebarkan hati. Lebih dari itu, perjalanan singkat ini juga berhasil membuka mata kita untuk menyadari bahwa ada banyak 'warisan' alam yang perlu kita jaga dan lindungi dengan saling bergandengan tangan. Sehingga pada masanya nanti, anak-cucu kita tidak akan hanya menikmati keindahan 'warisan' alam yang menakjubkan tersebut melalui penuturan cerita belaka.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MENIKMATI WISATA ALAM PULAU JAWA

Dengan luas total wilayah 5.193.250 kilometer persegi, Indonesia menawarkan beragam wisata alam yang tak ada habisnya. Seiring dengan meningkatnya semangat berwisata alam, kini kian banyak lokasi-lokasi menarik sebagai tujuan liburan keluarga. Berikut beberapa lokasi liburan outdoor di Pulau Jawa yang bisa dijadikan referensi keluarga.

JAWA BARAT.


Wisata alam di Provinsi Jawa Barat tidak akan pernah habis untuk diulas. Dua di antaranya adalah kawasan Bogor dan Bandung. Kedua wilayah ini lokasinya relatif dekat dengan Ibukota DKI Jakarta. Tak heran jika kedua wilayah ini menjadi lokasi berlibur singkat bagi banyak warga Jakarta. Itu sebabnya pada setiap akhir pekan, hampir dapat dipastikan kawasan ini dipenuhi kendaraan bermotor berplat "B". Masing-masing lokasi wisata alam  di kawasan ini memang memiliki keunggulan yang menjadi magnet pengunjung untuk terus datang. Wilayah pegunungan di Bogor dan Bandung menawarkan pengalaman berpetualang seru bersama keluarga. Ditambah kekayaan kulinernya yang mengundang selera, membuat suasana liburan bersama keluarga semakin berwarna.

Lokasi wisata alami dengan sensasi petualangan luar biasa alias outdoor di dua wilayah ini sungguh berlimpah. Di kawasan Bogor misalnya, terdapat Mandalawangi Camping Ground yang terletak di Kebun Raya Cibodas. Mandalawangi Camping Ground masih berada satu kompleks dengan Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Bagi yang tidak membawa perlengkapan berkemah, dapat menyewa di sini dan menikmati fasilitas lain seperti flying fox, perahu dayung, dan paint ball. Jika ingin merasakan petualangan dengan fasilitas glamor alias glamour camping atau gampling, anda bisa mencoba memesan kamar di Highland Park Resort - The Mongolian Camp atau Herman Lantang Camp yang berada di sekitar wilayah Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Herman Lantang adalah salah satu pendiri Mapala UI dan sahabat dari Soe Hoek Gie.


Highland Park Resort - The Mongolian Camp terletak di kaki gunug Salak. Resor seluas 10,8 ha itu memiliki beragam tenda ala Mongol dan Indian yang unik. Jangan bayangkan tenda seperti tempat kamping biasa, di sini lengkap dengan fasilitas kamar mandi modern. Tempat ini menyediakan beragam fasilitas seperti paintball, outbond, dan kolam renang. Bila ingin menikmati petualangan, tak ada salahnya berjalan kaki dari penginapa menuju sebuah air terjun bernama Curug Nangka. Di kelilingi hutan, bermain air di pegunungan nan jernih pasti membawa pengalaman baru bagi keluarga.

Beralih ke Bandung, penginapan dengan suasana alami sekaligus menjajal aktivitas outdoor dengan gaya glamping pun mudah ditemui. Beberapa tempat di antaranya adalah Lembang Jungle Discovery Bandung, Camping Land Grafika Cikole, Legok Kondang Lodge dan lain-lain. Berada di Ciwidey, Legok Kondang Lodge menawarkan penginapan dengan nuansa alami yang cukup kental. Suhu pada malam hari bisa menjadi sangat dingin, jadi jangan lupa membawa jaket jika hendak bermalam di tempat ini. Rimbunnya pepohonan yang mengelilingi penginapan mengundang burung liar untuk datang dan bersarang menjadi tontonan gratis dari teras. Legok Kondang Lodge juga menawarkan kegiatan luar ruang seperti outbond, memetik strawberri, hiking atau trecking di perbukitan di sekitar penginapan.


Tak jauh dari Legok Kondang Lodge terdapat sebuah lokasi wisata alam bernama Ranca Upas yang telah lebih dulu menjadi tempat favorit untuk kemping. Di tempat ini terdapat sebuah penangkaran kijang yang layak untuk dikunjungi. Sebagian dari kijang yang ada di penangkaran ini sangat ramah dengan pengunjung. Mereka bahkan tidak takut untuk mendekat dan mengambil wortel atau ubi.

JAWA TENGAH DAN DIY.


Propinsi Jawa Tengah dan DIY juga kaya akan kuliner dan wisata alam yang tersebar dari gunung hingga pantai. Selain keindahan Pulau Karimun Jawa yang sudah terkenal hingga mancanegara, masih ada beberapa tempat liburan bersama keluarga yang dapat dipilih, seperti Kampoeng Kopi Banaran, The Green Valley Bandungan, Desa Wisata Sidorejo, Bumi Perkemahan Nglimut Gonoharjo dan lain-lain. Jawa Tengah dan DI Yogyakarta juga memiliki banyak peninggalan budaya seperti candi yang masing-masing memiliki keanggunan dan keindahan tiada banding. Tak cukup satu hari untuk mengunjungi semua candi yang ada di tempat ini. Salah satu candi yang patut untuk dikunjungi adalah Candi Prambanan di DI Yogyakarta. Candi ini dibangun pada abad ke-9 Masehi dan masih kokoh berdiri hingga saat ini. Keistimewaan candi Hindu terbesar di Indonesia ini adalah sudah masuk daftar Situs Warisan Dunia UNESCO dan terdaftar sebagai salah satu candi terindah di Asia Tenggara.


Yogyakarta juga menyimpan banyak sudut wisata alam yang indah nan eksotis. Wisata alam di tempat ini sangat beragam, salah satunya adalah menyusuri sungai di Gua Pindul dengan menggunakan ban dalam. Ban dalam dari sebuah kendaraan bermotor itu memang menjadi alat transportasi pengunjung menikmati keindahan alam. Kegiatan yang disebut cave tubing di Gua Pindul ini aman untuk dilakukan oleh siapa pun, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Bagi anda yang ingin mendapat pengalaman dan petualangan indah seperti ini, ada baiknya menghubungi penyedia layanan wisata atau tur yang sudah berpengalaman. Salah satu di antaranya adalah Superfun Tur, penyedia jasa wisata alam dari Yogyakarta yang juga menawarkan beberapa lokasi wisata untuk keluarga yang nyaman dan aman di kawasan Jawa Tengah.

Menurut pemiliknya, Widyatmoko, banyak lokasi wisata alam yang ramah dengan keluarga dan dapat disesuaikan dengan keinginan. Mulai dari wisata budaya, wisata kuliner, sampai wisata alam. Bicara wisata alam, pria yang kerap disapa Wiwid ini memiliki daftar panjang. Salah satunya wisata mendaki Gunung Prau di kawasan Wonosobo. Didukung pengetahuan lokal dan pengalamannya, pengunjung dijamin dapat merasa aman dan nyaman. Meski begitu, keselamatan tetap adalah prioritas. Superfun Tur berhak membatalkan atau mengurangi atau menjadwal ulang trip apabila ada bukti kuat ada ancaman kesehatan dan atau keselamatan.


Terletak di daerah Dieng, perbatasan Kabupaten Wonosobo dan Batang. Gunung Prau memiliki ketinggian rata-rata 2000-2500 mdpl, suhu udara dingin terutama sore sampai pagi hari. Suhu terendah bisa mendekati 0 derajat Celcius pada saat musim kemarau. Pemandangannya yang luar biasa indah mengundang banyak orang datang melihatnya. Selain karena tidak terlalu tinggi juga akses jalan yang mudah. Cocok untuk pendaki pemula atau orang awam yang ingin berpetualang. Bagi penyuka fotografi, selain suasana alamnya yang masih asri, lokasi ini juga cocok untuk menjadi tempat mengabadikan gugusan bima sakti alias milky way. Namun, tidak setiap saat pengunjung dapat menikmati keindahan angkasa ini. Untuk itu, sebelum memulai perjalanan, ada baiknya berkonsultasi terlebih dahulu agar tidak kecewa. Karena untuk bisa melihat milky way, selain memperhitungkan posisi bulan dan kondisi langit, juga dipengaruhi kuantitas awan.

JAWA TIMUR.


Provinsi dengan ibukota Surabaya ini terletak di paling ujung timur di Pulau Jawa dan memiliki banyak lokasi wisata alam yang tidak kalah indahnya. Beberapa lokasi wisata alam di provinsi Jawa Timur di antaranya hutan mangrove Wonorejo, Pantai Kenjeran, Gunung Bromo, Pantai Pasir Putih, Pantai Klayar, Telaga Sarangan, dan lain-lain. Gunung Bromo merupakan ikon provinsi ini dan sangat menarik untuk dikunjungi. Nama Bromo yang sudah dikenal luas hingga mancanegara, sehingga layak rasanya dikenalkan ke putra dan putri anda. Namun, ada baiknya melakukan persiapan yang matang sebelum berkunjung ke tempat ini. Pasalnya, dibutuhkan beberapa peralatan pendukung untuk dapat menikmati suasana di sana. Satu di antaranya adalah membawa baju hangat, mengingat suhu udara di Gunung Bromo bisa mencapai di bawah 10 derajat Celcius.

Gunung Bromo berasal dari bahasa Sansekerta Brahma, salah seorang Dewa Utama dalam agama Hindu. Gunung ini adalah sebuah gunung berapi aktif di Jawa Timur yang memiliki ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut. Waktu terbaik untuk menikmati lukisan alam ini adalah saat matahari terbit. Untuk itu dibutuhkan stamina dan persiapan maksimal. Pasalnya, perjalanan menuju puncak kaldera raksasa di puncak Bromo akan dimulai dari jam 12 malam sehingga anda akan sampai di titik pandang sekitar pukul 2-3 pagi, dan beristirahat sambil menunggu matahari terbit. Setelah puas menikmati matahari terbit, perjalanan wisata dapat dilanjutkan dengan menikmati titik wisata terkenal lain seperti padang rumput yang juga dikenal sebagai bukit Teletubbies dan padang pasir yang pernah dijadikan lokasi syuting film Pasir Berbisik.


Bagi yang menyukai petualangan, satu lokasi yang tidak boleh dilewatkan saat berkunjung di provinsi ini adalah mendatangi Taman Nasional Baluran yang terletak di Banyuputih, Situbondo dan Wongsorejo, Banyuwangi. Taman nasional ini memiliki beragam wisata alam yang cukup lengkap karena terdiri dari sabana, hutang mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa, dan sebagainya. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 279/Kpts.-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997, kawasan Taman Nasional Baluran ditetapkan memiliki luas sebesar 25.000 Ha.

Karena kelestariannya yang terjaga, di Taman Nasional ini terdapat 26 jenis mamalia, di antaranya banteng (Bos javanicus javanicus), kerbau liar (Bubalus Bubalis), kijang (Muntiacus muntjak muntjak), macan tutul (Anthera pardus melas), dan lain-lain. Tidak seperti di kebun binatang, satwa yang ada di sini hidup liar. Jika anda mengajak buah hati anda, dibutuhkan guide dan pengawasan yang lebih. Jika sudah merasa aman dan nyaman, untuk sekedar duduk dan mengamati kehidupan satwa liar di tempat ini menjadi sebuah pengalaman unik yang tidak dapat ditemui di sembarang tempat. Tak heran jika kemudian ada yang menyebut Baluran sebagai Afrika di Indonesia.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

WISATA KAMPUNG TUA BANJARMASIN.


Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, kini tengah gencar menawarkan destinasi wisata baru, yakni Sungai Jingah. Sungai Jingah yang terletak di Kecamatan Banjarmasin Utara dikenal sebagai lokasi kampung tua. Di tempat itu terdapat sekitar 20 rumah tua yang masih utuh dan terpelihara dengan baik. Mereka yakin, jika lokasi ini dikembangkan pasti akan memperoleh respons dari kunjungan wisatawan, apalagi lokasi ini dipadukan dengan paket wisata susur sungai, yang kini juga tengah dijual oleh Pemkot Banjarmasin.

Di lokasi tersebut hampir semua bentuk rumah tua bernuansa budaya Banjar. Rumah Banjar dikenal antara lain sebagai bentuk gajah manyusu, gajah baliku, bubungan tinggi, pelimbangan, pelimasan, balai laki, dan balai bini. Begitu juga ornamen atau ukiran di beberapa sudut rumah dan pagar rumah yang mengandung banyak makna, menarik bagi pecinta sejarah dan seni. Kalangan masyarakat Banjar mengenal ornamen itu dengan sebutan, seperti sasirangan, air guci, penginangan, dan ranggaman.


Berdasarkan catatan, ornamen dalam arsitektur tradisional Banjar dikenal dengan istilah 'tatah' dalam bentuk tatah surut (ukiran berupa relief), tatah babuku (ukiran dalam bentuk tiga dimensi), dan tatah baluang (ukiran 'bakurawang'). Ornamen pada rumah Banjar dapat ditemui, antara lain pada beberapa tipe bangunan, seperti rumah bubungan tinggi (rumah baanjung), gajah baliku, gajah manyusu, palimasan, palimbangan, balai laki, balai bini, tadah alas, dan cacak burung/anjung surung.

Ornamen sebagai karya seni pahat dalam arsitektur Banjar memiliki kekhususan pada setiap tipe rumah Banjar. Karena itu, ragam hias yang terdapat pada tipe rumah bubungan tinggi tidak selalu sama ragam hiasnya dengan yang terdapat pada tipe rumah palimbangan. Begitu pula ornamen pada tipe rumah gajah baliku, juga memiliki perbedaan dengan ornamen yang ada pada rumah tipe cacak burung atau anjung surung. Ada pula ragam hias seni pahat itu yang bersifat netral. Artinya terdapat penempatan ornamen ragam hias tersebut yang bersamaan pada hampir semua tipe rumah tradisional Banjar. Terdapat 11 bagian bangunan yang biasa diberikan ukiran.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MENAPAKI JEJAK CHAIRIL ANWAR DI JAKARTA.


Chairil Anwar adalah sosok sastrawan pelopor Angkatan 45 yang membawa era puisi modern ke Indonesia. Lelaki kelahiran Medan pada 26 Juli 1922 ini mulai menginjakkan kaki di Jakarta pada 1942 saat ia sudah mulai aktif menulis sajak. Selama tujuh tahun tinggal di Jakarta, ia meninggalkan jejak-jejak di sejumlah tempat yang banyak berkaitan dengan sajak yang ia buat. Salah satu tempat yang tidak asing dengan keberadaan Chairil ada di lokasi Tugu Proklamasi kini. Bersama ibunya, Chairil sempat menumpang di rumah pamannya, Sutan Syahrir, di Jalan Pegangsaan Timur No 56. Rumah ini sempat ditempati Ir Sukarno dan istri ketiganya, Fatmawati, setelah dipulangkan dari tempat pengasingan di Bengkulu oleh Jepang.


Oleh Bung Karno dan Bung Hatta, rumah ini lalu dijadikan tempat memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 silam. Di sini juga Bung Karno sempat menulis naskah pidato perumusan Pancasila yang kemudian ia bacakan dalam sidang BPU-PK. Dan rumah inilah tempat Chairil membuat sebuah sajak bertema patriotisme kemerdekaan, berjudul 'Krawang-Bekasi'. Dalam sajaknya itu, ia mengabadikan nama tiga bapak bangsa yang sangat ia kagumi, Sukarno, Hatta, dan Syahrir. Di tahun 1949, Chairil kembali membuat sajak 'Persetujuan Dengan Bung Karno' setelah menyaksikan pidato Sukarno di Lapangan Ikada pada 9 September 1945. Meski sarat akan sejarah, rumah di jalan Pegangsaan Timur No 56 itu tidak terawat dengan baik. Pada peristiwa G30S/PKI, rumah tersebut bahkan dirobohkan dan diratakan dengan tanah. Baru pada 1980, Presiden Soeharto meresmikan Tugu Proklamasi yang dibangun tepat di Jalan Pegangsaan Timur No 56, yang saat ini berubah menjadi Jalan Proklamasi. Dalam Tugu Proklamasi terdapat patung Bung Karno dan Bung Hatta yang membacakan naskah proklamasi.


Setelah tak lagi dibiayai oleh ayahnya dari Medan, Chairil mulai keluar dari rumah Syahrir dan mencari pekerjaan. Berbagai pekerjaan serabutan ia lakukan untuk menyambung hidup, termasuk menjual barang-barang bekas hasil jarahan rumah orang-orang Belanda. Namun ia tetap memantapkan diri sebagai senimah. Hobi membaca buku dan menonton film membuat wawasannya terbuka dan kosakata bahasanya luas di usianya yang cukup muda. Kesenangannya menonton film bahkan dituangkan dalam sajak berjudul Aku Berkisar Antara Mereka.

Salah satu gedung bioskop bersejarah di Jakarta yang sering ia kunjungi adalah bioskop Metropole di Menteng, Jakarta Pusat. Gedung bioskop ini berdiri setelah Indonesia merdeka dan diresmikan langsung oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta. Saat ini Metropole masih menjadi gedung bioskop dengan nama Metropole XXI (dulu Megaria 21). Bangunan gedung bioskop ini masih terlihat asli dengan gaya bangunan khas Belanda, yang telah ditetapkan sebagai gedung Cagar Budaya Nasional.


Semasa hidupnya, Chairil pernah satu kali menikah dengan seorang wanita asal Karawang bernama Hapsah Wiradiredja. Mereka dikaruniai seorang anak perempuan bernama Evawani Alissa. Namun pernikahan tersebut hanya bertahan selama tiga tahun. Hapsah menceraikan Chairil karena penyair itu tidak memiliki pekerjaan tetap. Setelah bercerai, Chairil banyak menumpang tinggal di rumah sahabat-sahabat dekatnya. Hidupnya semakin tidak terurus, suka begadang, kuat merokok, dan juga sering ke rumah bordil. Hingga akhirnya ia terjangkit sejumlah penyakit, seperti infeksi paru-paru, infeksi usus, tifus, dan sifilis.

Pada 22 April 1949 ia dibawa rekan-rekannya ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Setelah berjuang melawan penyakit selama tujuh hari, ia menghembuskan nafas terakhir di usia 27 tahun. RSCM yang dulunya bernama Rumah Sakit Centrale Burgelijke Ziekenhuis (CBZ) menjadi saksi bisu pertemuan Hapsah dengan jenazah Chairil setelah sebelumnya mereka hilang kontak pasca perceraian. Kepada Hapsah, Chairil hanya mewariskan sepotong baju dan celana, sebuah dompet, dan setumpuk kertas berisi sajak-sajak yang ia tulis.


Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak menjadi tempat peristirahatan terakhir sang pelopor angkatan 45. Chairil sebelumnya telah meramalkan kematiannya dalam sajak yang berjudul 'Yang Terampas dan Yang Putus', yang ia tulis tiga bulan sebelum pergi. Dalam sajak tersebut ia menyebutkan lokasi Karet, sebagai tempat ia kembali. Di era Gubernur Wiyogo Atmodarminto, makam Chairil Anwar dipugar, dan dibuatkan tugu menyerupai pena.


Semasa hidup, Chairil hanya menulis 70 buah sajak. Sajak-sajak tersebut baru didokumentasikan dan dibukukan oleh HB Jassin, setelah Chairil meninggal dunia. Sajak yang dibuat dari tulisan tangan Chairil masih disimpan rapih dalam Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin. PDS HB Jassin yang didirikan pada 28 Juni 1976 ini berlokasi di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat. HB Jassin adalah sahabat dekat Chairil meski usianya lebih tua. Mereka pernah bertengkar karena tuduhan plagiarisme Jassin kepada Chairil. Namun Jassin yang berjasa mengenalkan sajak Chairil setelah meninggal. Jassin yang juga senang menulis sajak seperti Chairil, pada awalnya ingin mendokumentasikan karya-karya sastra agar tidak hilang. Jasanya yang besar pada kesusastraan Indonesia meluluhkan hati Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin, yang kemudian memberikannya tempat di TIM. PDS HB Jassin dibuka untuk umum. Pengunjung bisa melihat ribuan karya sastra dalam bentuk buku fiksi, nonfiksi, naskah, makalah, audio, dan video.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KISAH PENGRAJIN REOG PONOROGO



Reog merupakan salah satu seni yang menjadi ciri khas Jawa Timur, khususnya kota Ponorogo. Keindahan seni reog Ponorogo tidak sebatas kemampuan pelaku seninya, tetapi bentuk dan aksesori reog itu sendiri juga sangat menarik. Perpaduan kipas raksasa yang disebut dadag merak dengan ribuan bulu merak berwarna khas mengkilap indah, serta bagian kepala atau caplokan berupa topeng yang dilapisi kulit kepala harimau yang gagah adalah salah satu ciri khas reog Ponorogo. Hanya orang-orang dengan keterampilan khusus yang mampu membuat aksesori seharga puluhan juta rupiah tersebut.

Salah satu yang memiliki keahlian dalam membuat aksesori reog adalah Sarju. Sebagai seorang perajin reog, nama Sarju sudah cukup dikenal di Ponorogo, terutama oleh para seniman reog. Meski rumahnya yang terletak di Desa Sriti, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, berjarak sekitar 30 kilometer dari jantung kota Ponorogo, dan lima kilometer menjelang lokasi harus naik ke pegunungan, namun semua orang nyaris tahu. Tak hanya mencari nafkah dari reog, Sarju dan keluarganya  memang juga pecinta kesenian ini. Selain sebagai pengrajin, bapak seorang anak ini memang juga seorang seniman reog. Tiap kali pentas, dia bertindak sebagai pengrawit atau penabuh gendang. Maka tak heran bila reog begitu menyatu dalam nafas kehidupannya.

Sarju menjelaskan, untuk membuat reog dibutuhkan keterampilan tinggi. Karena itulah jarang sekali orang menekuni profesi sebagai pembuat reog. Ia sendiri sudah menekuni keterampilan membuat reog sejak kecil. Kemampuan itu ditularkan oleh sang ayah, Senun. Sang ayah mengajarinya mulai dari mengolah bahan baku sampai benar-benar jadi reog. Oleh ayahnya, Sarju memang sengaja dikader untuk menjadi pengrajin reog. Karena jumlah pengrajin reog dari dulu sampai sekarang masih bisa dihitung dengan jari. Bahkan dulu, kata Sarju, beberapa pengrajin reog banyak yang mengambil bahan dari ayahnya. 


Setelah ia beranjak dewasa, tepatnya di tahun 1999, ketika sudah merasa cakap dan fisik sang ayah tidak memungkinkan lagi membuat reog, Sarju mulai menggantikan perannya menjadi pengrajin dan menerima pesanan. Dan kini, pria tamatan SMP ini pun mulai turut melibatkan anak semata wayangnya, Dimas Wahyu Pratama, dalam mengerjakan pesanan reog sebagai upaya kaderisasi selanjutnya, Sarju menambahkan, sebenarnya ia tidak hanya menerima pesanan membuat reog baru. Tetapi juga menerima jasa perbaikan reog yang rusak atau mempercantik yang sudah kusam setelah sekian tahun digunakan.

Banyak bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan reog. Bahan dasarnya mulai dari bambu apus yang dibuat sebagai kipas raksasa, bulu merak, benang, rotan, paku, kayu dadap, mancung kelapa (tempatnya bunga kelapa), rambut ekor sapi, manik-manik sebagai hiasan. Proses pembuatannya pun tak gampang. Bambu apus yang sudah dibelah kemudian diserut menjadi batang lidi memanjang. Demikian pula dengan rotan. Bambu apus sengaja digunakan karena sifat bambu ini yang lentur namun kuat dan tidak mudah patah. Lidi berukuran panjang dan rotan tersebut kemudian dirangkai dengan membentuk seperti kipas setengah lingkaran oval dengan tinggi 2,2 meter dan lebar 1,5 meter. Kipas raksasa tersebut diayam rapi dengan benang sebagai pengikat. Mengerjakannya memang butuh ketelatenan. Kalau tidak hasilnya akan terlihat kasar dan kurang rapi.

Setelah terbentuk menjadi kipas raksasa utuh, pekerjaan berikutnya adalah menempelkan helai demi helai bulu merak dengan cara mengikat bagian batang bulu merak sampai bulu merak menutupi bagian kipas tersebut. Pekerjaan merajut ini juga harus terampil dan dianyam kuat-kuat supaya saat dipakai atraksi tidak rontok atau lepas. Sarju tidak mengerjakan semuanya sendirian. Sang istri, Rusmini pun turut membantu, setelah selesai mengerjakan tugas utama sebagai ibu rumah tangga. Sementara anaknya membantu sepulang sekolah, atau bila memang tidak ada tugas sekolah.

Salah satu komponen reog yang biayanya cukup tinggi adalah dadag merak. Dalam satu dadag merak dibutuhkan 1.500 helai bulu merak, yang satu helainya sekarang seharga Rp 8.700. Jadi, kalau satu dadag merak butuh 1.500 helai berarti biayanya mencapai Rp 13 jutaan. Untuk kebutuhan bulu merak ini, Sarju sudah memiliki pemasok. Para pemasok bulu merak tersebut biasanya mendapat bulu merak dari para pencari di hutan-hutan. Biasanya pada bulan April hingga Mei, burung merak rontok bulunya, dan sebagian orang memungutnya. Bulu merak juga diperoleh dari India yang memang diternakkan untuk diambil bulunya.


Selesai membuat dadag merak, langkah berikutnya adalah membuat caplokan atau topeng berbahan kayu dadap yang kuat tapi ringan. Bagian luarnya dilapisi kulit yang diambil dari bagian kepala kulit harimau. Kepala harimau memberi aura yang luar biasa. Selain gagah, juga garang dan berwibawa. Berat total reog yang sudah jadi bisa mencapai 40 kilogram. Namun, bukan pekerjaan mudah mendapatkan kulit harimau asli mengingat hewan tersebut saat ini termasuk yang dilindungi. Sebagai gantinya, Sarju mengganti kulit kepala harimau dengan kulit sapi yang dilukis mirip kepala harimau. Memang hasilnya tidak sebagus kulit kepala harimau asli, tetapi kalau tidak ada, mau tidak mau memang harus kreatif mencari penggantinya. Perbedaan harga reog dari kepala harimau asli dengan kulit sapi bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Melukis wajah harimau di atas lembaran kulit sapi juga bukan pekerjaan mudah. Dibutuhkan keterampilan tinggi. Jika tidak bagus, maka aura dari reog itu sendiri tak bakal tampak. Untuk melukis wajah harimau, digunakan semir sepatu, sedang mata harimau diganti dengan kelereng. Agar menambah kesan sangar, di bagian sekitar kepala harimau juga diberi rambut keperak-perakan yang diambil dari ekor sapi. Untuk membuat satu reog, Sarju membutuhkan waktu sekitar 15 hari. Sedang harga satu set reog sekitar Rp 30 juta, sudah termasuk gamelan yang terdiri dari kendang, gong, kenong, angklung, kempul, serta pakaian bagi para pemain dan pengrawit. Untuk gamelan dan pakian, Sarju memang tidak membuatnya sendiri, tetapi sudah ada langganan yang menjadi pemasok.

Sarju mengakui, belakangan ini jumlah pemesan reog makin banyak. Karena itulah dia tidak pernah berhenti memproduksi. Para pemesan reog datang dari berbagai kawasan di Indonesia. Bahkan dengan nada bangga, Sarju mengatakan pernah ada yang memesan dari kelompok reog asal Papua. Biasanya para pemesan adalah masyarakat Ponorogo yang ada di perantauan. Selain sebagai wadah untuk saling berkumpul sekaligus menunjukkan identitas kedaerahan, mereka biasanya membuat grup reog. Yang unik, menurut Sarju, ketika seni reog dihujat bahkan dibakar di kedutaan Davao, tahun 2015, atau diklaim oleh Malaysia, justru fanatisme masyarakat makin tinggi. Secara tidak langsung malah makin banyak orang yang memesan reog.

SUVENIR REOG



Reog sebagai identitas kota Ponorogo tidak hanya hadir dalam bentuk yang sesungguhnya, tetapi juga dalam bentuk suvenir. Belakangan ini cenderamata bernuansa kota warok tersebut juga laris di pasaran. Saat seni reog diklaim Malaysia sebagai seni budaya negara jiran tersebut, fanatisme masyarakat terhadap segala sesuatu yang bernuansa kota Ponorogo justru makin terpicu. Menurut Putut Hartanto, salah seorang pengrajin suvenir, permintaan pasokan dari toko suvenir makin meningkat, dan berimbas pada jumlah perajin suvenir khas Ponorogo yang juga naik dua kali lipat.

Putut yang membuka usaha sejak tahun 2008 menceritakan, bahwa semula usaha suvenir tersebut berjalan biasa-biasa saja. Sehari-hari dia memasok berbagai macam suvenir, mulai dari kuda lumping, miniatur kepala reog, miniatur reog, topeng bujang ganong, untuk keperluan suvenir dan pentas. Tapi setelah adanya klaim dari Malaysia, banyak toko suvenir di berbagai kota yang minta dikirimkan, termasuk beberapa pengusaha online shop.


Bapak seorang anak lulusan ekonomi manajemen ini memaparkan, bahwa pertama kali mendirikan usaha, setiap item barang ia buat sendiri. Kebetulan, Putut memang hobi membuat beragam kerajinan. Tetapi, dalam perjalanan waktu, Putut tak mampu lagi membuat sendiri. Ia harus melibatkan karyawan. Kendati demikian, ia harus tetap mengajari para karyawan dari nol sampai bisa. Dulu, Putut memang sempat memiliki workshop di rumah ibunya, tetapi sekarang sudah tidak lagi. Para karyawan ia minta mengerjakannya di rumah masing-masing.Begitu jadi, baru disetorkan kepadanya.

Untuk membuat suvenir khas Ponorogo, juga dibutuhkan ketelatenan. Apalagi kerajinan seperti reog mini yang bentuk maupun bahan dasarnya sama persis dengan reog asli, termasuk menggunakan bulu merak. Salah satu tingkat kesulitannya adalah bagaimana menggambar kepala harimau di atas kulit sapi. Kalau tidak presisi, hasilnya akan tidak karuan. Putut mengaku, sering kewalahan dalam menerima pesanan. Tak heran bila harga miniatur reog cukup mahal, mencapai Rp 300.000.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BERBURU OLEH-OLEH DI KOTA SORONG, PAPUA BARAT.

Kota Sorong terletak di Provinsi Papua Barat dan memiliki penduduk kurang lebih 255.100 jiwa pada tahun 2014. Sorong yang letaknya sangat strategis, juga merupakan kota industri, perdagangan dan jasa, karena dikelilingi oleh kabupaten lain yang mempunyai sumber daya alam yang sangat potensial, sehingga membuka peluang bagi investor dalam maupun luar negeri untuk menanamkan modalnya. Bila anda sempat berkunjung ke kota Sorong, jangan lupa membeli buah tangan. Ada berbagai oleh-oleh khas Sorong yang bisa menjadi pilihan, mulai makanan seperti abon gulung, sagu, sampai kain tenun Papua dan kerajinan kayu.



KAIN TENUN PAPUA 



Di Sorong ada beberapa toko oleh-oleh yang menyediakan kain tenun Papua. Namun, bagi yang ingin mendapatkan langsung dari perajin sekaligus melihat cara pembuatannya, bisa berkunjung ke Sanggar Pelatihan Industri Tenun Papua dan Souvenir Papua milik Yakomina Isir, Sp.D yang berada tak jauh dari kawasan Puncak Arfak. Sanggar milik Jocke, panggilan akrab Yakomina, ini berada di bilangan Jalan Gunung Merapi, Distrik Sorong Barat, Sorong. Jocke bercerita, bagi masyarakat Papua, fungsi kain tenun tradisional sangat berperan penting dalam adat kehidupan mereka. Misalnya menjadi alat pembayaran dan mas kawin, serta alat pendamai untuk sengketa dan penyambung hubungan sosial. Maka tak heran bila sejak dini, kaum perempuan di wilayah ini diharuskan belajar menenun.

Jocke sendiri mengaku belajar menenun dari seseorang yang biasa ia panggil Suster Misy selama enam bulan. Ternyata, setiap habis diproduksi, kain tenunnya langsung terjual. Kini, selain masih aktif menenun, Jocke juga mengajarkan keterampilan menganyam bagi masyarakat lokal, membuat sanggul Papua, dan aksesori lain untuk upacara adat. Tak heran, jika di toko oleh-oleh yang ia kelola, tak hanya menyediakan tenun Papua saja, tetapi juga hasil kerajinan dan aksesori lainnya. Sebelum membuka pelatihan membuat kerajinan dan menenun kepada perempuan Papua, di tahun 2004, perempuan asal Maybart ini bergabung dengan Bapak Samsudin Ajam asal Ternate yang merupakan pimpinan Kopersada dan mengajukan program mempromosilan budaya Papua lewat tenun. Program yang diajukannya pun lantas disetujui hingga pelatihan yang ia selenggarakan itu dibiayai sepenuhnya.

Dalam menenun, Jocke tidak bisa sembarangan memilih motif. Ia harus meminta izin kepada kepala suku dan menyepakati hanya satu jenis kain saja yang boleh dijual secara bebas, yaitu Bohirim. Sebetulnya ada lima belas nama kain yag ada, tetapi memang hanya Bohirimlah yang dipilih agar tidak menghilangkan nilai budaya untuk kain yang lain. Tahun 2006 saat ditugaskan di Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Jocke makin giat mempromosikan kerajinan tenun Papua dan kerajinan lainnya. Sampai akhirya ia mengurus badan hukumnya di tahun 2013 dan membuat lembaga pelatihan dengan nama Sanggar Pelatihan Industri Papua dan Suvenir Papua yang sekarang ia kelola.

Lewat sanggar miliknya, Jocke bisa menghasilkan tak kurang dari 500 hingga 600 kain dalam setahun untuk dijual. Kainnya ada yang berukuran 2,5 meter, bisa dibuat untuk baju, jas, atau rok. Ada juga kain seukuran taplak meja ataupun selendang. Harga kainnya bervariasi, mulai dari Rp 300.000 hingga jutaan rupiah. Para anggota pelatihan dari sanggar miliknya pun terus mempromosikan kain tenun asal Papua ini. Jocke memang memiliki banyak pengrajin. Ia menerapkan sistem, setiap produk yang dibawa pengrajinnya ada nilai perhitungannya. Misalnya apakah hanya tenaganya saja yang dibayar, karena bahannya Jocke yang menyediakan, atau memang tenaga dan bahan dari pengrajin sendiri, baru setelah diserahkan kepada Jocke, ditentuan nilai harganya. Tidak hanya untuk kain, tetapi berlaku juga utuk kerajinan lain seperti manik, anyaman, dan topi. Dan upah kerja yang diberikan Jocke sudah sesuai dengam standar negara.



ROTI ABON GULUNG



Selain kain tenun Papua, roti abon gulung merupakan penganan khas Tanah Papua. Ada berbagai merek dagang abon gulung yang bisa menjadi pilihan. Untuk menemukan roti abon gulung ini, wisatawan bisa mencarinya di beberapa lokasi, mulai dari ruas jalan besar seperti Jalan Ahmad Yani hingga Bandara Domine Eduard Osok. Roti abon gulung mempunyai cita rasa yang unik, ukurannya juga besar dan berdiameter tebal. Roti abon gulung yang tebal tadi diisi penuh oleh gulungan abon yang juga tak kalah banyak. Ada beberapa jenis roti abon gulung yang ditawarkan, mulai dari roti abon gulung original, roti abon gulung tuna, dan lain-lain. Beberapa merek bahkan menawarkan roti abon gulung dengan sosis dan tambahan bahan lainnya,

Untuk harga, roti abon gulung dihargai mulai dari Rp 125.000 hingga Rp 135.000 per kotak berisi 10 buah, Ada pula ukuran mini yang dijual dengan harga Rp 85.000 hingga Rp 95.000 per kotak berisi 10 buah. Para penggemar roti abon gulung tak akan melewatkan kesempatan untuk menikmati roti nan empuk dan gurih ini. Tak hanya para pendatang dan pelancong saja, tetapi masyarakat setempat juga menggemari penganan ini,

KERAJINAN KAYU KHAS PAPUA


Kerajinan khas Papua dikenal karena menggunakan bahan kayu ataupun serat kayu dan rumput-rumput kering. Sebut saja koteka, hiasan dinding, tas, hingga aksesori lain yang menarik untuk dijadikan oleh-oleh. Jika anda memilih ingin membeli kerajinan kayu sebagai oleh-oleh, sebuah toko kerajinan di kawasan Puncak Arfak menjadi pilihan tepat untuk disambangi. Toko kerajinan yang sudah berdiri sejak tahun 90-an ini, menjual berbagai kerajinan dari berbagai daerah di Papua, misalnya Wamena dan lain-lain. Walaupun toko ini tidak memiliki nama, toko ini dikenal memiliki pilihan yang beragam atau komplet. Sebut saja toko kerajinan di Puncak Arfak, semua orang pasti mengenalnya.

Tak heran, saat memasuki toko ini, banyak kerajinan khas yang unik dan menggoda mata untuk dijadikan oleh-oleh. Harga yang dipatok bervariasi, ada yang harganya Rp 20.000 seperti gelang, sampai yang harganya jutaan seperti hiasan dinding dari kerajinan kayu dan bulu Cendrawasih. Untuk koteka, dijual dengan harga Rp 100.000 hingga Rp 150.000. Beberapa wisatawan juga keram memburu tas noken atau tas anyaman dari kertas kayu. Harganya bervariasi dari Rp 150.000 sampai Rp 450.000. Salah satu jenis kerajinan kayu yang banyak dicari wisatawan adalah hiasan dinding terbuat dari kayu asal suku Dani. Hiasan dinding ini memang bisa menjadi oleh-oleh khas yang menarik, walaupun hiasan dinding yang terbuat dari busur panah yang dihiasi bulu-bulu Cendrawasih ini harganya cukup tinggi, karena selain ukurannya besar, pembuatannya pun cukup rumit. Begitu pula hiasan dinding dari kaki buaya yang dijual dengan harga mulai dari Rp 250.000. Ada pula pajangan kayu berupa ukiran-ukiran dengan harga mulai Rp 500.000. Biasanya, wisatawan mancanegara yang menyukai hiasan dinding atau patung ukiran ini.

SAGU DAN IKAN ASAP CAKALANG


Masih belum puas dan ingin membawakan oleh-oleh khas Sorong lainnya ?  Sebaiknya anda berkunjung ke Pasar Sentral. Pasar yang berada di pusat kota dan bisa dijangkau dengan mudah menggunakan transportasi umum ini menjadi salah satu pilihan untuk berburu oleh-oleh. Seperti pasar tradisional pada umumnya, banyak pedagang yang juga menjajakan bahan-bahan kebutuhan pokok. Tak heran, kondisi Pasar Sentral pun ramai dan penuh sesak. Pengunjung atau wisatawan akan menemukan buah tangan yang hanya bisa didapatkan di pasar ini, yaitu kue sagu dan ikan asap cakalang.

Di bagian belakang pasar, anda akan menemukan beberapa penjual camilan sagu yang terbuat dari berbagai bahan makanan seperti singkong dan ubi jalar. Harganya pun terhitung murah. Untuk satu bungkus camilan sagu, ditawarka mulai dari Rp 20.000. Biasanya pedagang akan menjelaskan keunikan masing-masing camilan ini. Sagu yang terbuat dari singkong memang lebih keras daripada sagu dari ubi jalar sehingga pedagang biasanya menyarankan mencelupkannya lebih lama dalam minuman hangat. Selain bisa menjadi camilan sehat, sagu yang terbuat dari ubi jalar juga bisa dijadikan bahan untuk membuat bubur yang lezat.







  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

POTRET : MAHOUT, Sang Pawang Gajah.


Mahout adalah istilah yang digunakan secara internasional untuk pawang gajah. Mahout sendiri diserap dari bahasa Hindi (mahaut) dan bahasa Sansekerta (mahamatra). India, Sri Lanka, Kamboja, Myanmar, Thailand, dan Indonesia juga menggunakan sebutan kata mahout untuk mengistilahkan profesi pawang gajah. Seorang mahout tidak hanya bertugas sebagai pengasuh dengan memberi makan, memandikan, dan melatih gajah. Seorang mahout juga bertugas melakukan pengamatan sehari-hari memantau kesehatan gajah. Pengamatan sehari-hari juga untuk mengidentifikasi 'bakat terpendam' yang dimiliki gajah. Apakah gajah tersebut berbakat di bidang patroli penghalauan gajah dan perlindungan lahan pertanian, gajah wisatawan, atau bahkan gajah yang berbakat di bidang hiburan di arena sirkus.


Untuk memenuhi kebutuhan pelatihan gajah, Pusat Latihan Gajah (PLG) Way Kambas mulai mendatangkan beberapa mahout dari Thailand, lengkap dengan gajah latih yang juga didatangkan dari sana. Materi pelajaran pelatihan gajah tersebut dibagi menjadi beberapa materi pokok, seperti penangkapan gajah liar, pengerungan atau penjinakan, pelatihan kemampuan sirkus, dan patroli. Mahout mempunyai tanggung jawab besar dalam merawat gajah. Satu gajah hanya bisa diperintah oleh satu atau dua mahout. Gajah ini harus dilatih oleh satu atau dua mahout sejak kecil. Pergantian mahout hanya dilakukan kalau sang mahout mengundurkan diri atau gajahnya mati.


Menjadi seorang mahout juga bukanlah tugas yang ringan. Mulai dari risiko gajah asuhannya yang mengamuk, hingga datangnya gajah liar ke permukiman yang mengancam setiap saat. Di sisi lain, mahout harus memperlakukan sang gajah layaknya anggota keluarganya sendiri. Mahout pun harus memperlakukan gajah-gajah yang ada di alam liar dengan kasih sayang. Ada hal yang menarik dari proses interaksi manusia dan gajah tersebut. Sebuah pemandangan yang unik saat mahout memperlakukan gajah seperti anaknya sendiri hingga menganggapnya seperti manusia, dengan mengajaknya berbicara dan bercerita tentang kehidupan sehari-hari.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

DESTINASI PETUALANGAN BARU DI LEMPUR KERINCI


Desa Wisata Lempur di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, baru saja diresmikan pada 20 Agustus 2016. Desa yang terletak di Kecamatan Lempur itu memiliki berbagai potensi wisata yang bisa dikunjungi wisatawan. Di antaranya wisata agro, wisata edukasi, wisata alam, dan wisata budaya. Masyarakat di desa wisata Lempur telah mendapat berbagai pelatihan dari Pemprov Jambi, salah satunya dalam menyambut wisatawan dengan ramah. Di Desa Wisata Lempur juga terdapat beberapa penginapan di rumah warga (home stay) bagi wisatawan yang akan melewati malam sejuk di desa ini.

Desa Wisata Lempur juga masih kental dengan adat budayanya yang sangat menarik dan unik. Di antaranya, masyarakat lokal yang masih menampilkan berbagai tarian tradisional serta upacara-upacara tertentu saat merayakan suatu peristiwa seperti panen atau perayaan lainnya. Selain itu, keunikan desa wisata ini karena memiliki lima danau sekaligus, yakni Danau Lingkat, Danau Nyalo, Danau Duo, Danau Kecik, dan Danau Kaco. Kelima danau tersebut mempunyai karakter yang berbeda dan 80 persen masuk dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan hutan adat yang meraih penghargaan lingkungan hidup Kalpataru 2015.


Kearifan budaya lokal di Desa Wisata Lempur juga masih terjaga. Masyarakatnya adalah melayu proto atau melayu tua yang masih mempertahankan budaya lokal dan juga ramah dalam melayani tamu. Desa Wisata Lempur saat ini telah menawarkan paket wisata "tour ecotourism" untuk ekspedisi lima danau dengan konsep ekowisata. Wisata ekspedisi lima danau ini, saat ini menjadi favorit dan banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Para wisatawan bisa ekspedisi ke lima danau itu dalam waktu sampai dengan lima hari. Destinasi wisata inilah yang memang sedang dicari oleh wisatawan yang memang menyukai petualangan.






  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PAHINGAN, Wujud Harmoni Dan Kerukunan Antar Umat Beragama Di Magelang,


Suasana Minggu pagi di alun-alun Kota Magelang menjadi ramai dengan lapak-lapak pedagang dan lalu lalang orang menuju Masjid Agung. Peristiwa itu tidak terjadi setiap pekan, tapi berulang setiap 35 hari sekali atau tepatnya setiap Minggu pahing dalam penanggalan Jawa. Pahingan, begitu orang Magelang menyebutnya, adalah tradisi yang mulai dilakukan sejak 1958. Asal mulanya, pemuka agama Islam seperti Kiai Khudori dari Pesantren Tegalrejo dan beberapa pemimpin pesantren dari daerah Muntilan, Sumbing, dan Merapi berkumpul dan menggagas pengajian rutin di Masjid Agung Magelang. Ulama-ulama karismatik tersebut lantas menyedot antusias jamaah. Masyarakat terutama dari wilayah bekas Karesidenan Kedu, seperti Temanggung, Kebumen, Purworejo, serta Magelang berbondong-bondong menghadiri pengajian tersebut.

Masjid Agung Magelang terletak di sebelah barat alun-alun bertetangga dengan Gereja Santo Ignatius dan Gereja Protestan di Indonesia Barat (GPIB) di Magelang. Ketika Pahingan digelar, umat Islam saling berpapasan dengan umat Katolik dan Protestan. Selain itu, di sekitar alun-alun juga terdapat klenteng Liong Hok Bio. Momen Pahingan ini berserta desain alun-alun mengesankan harmoni dan kerukunan antar umat beragama di Magelang. Rentetan pengajian Pahingan dimulai pada pukul 08.00 WIB dengan melakukan tadarus Al-Quran. Pukul 09.30 WIB, digelar pembacaan doa untuk orang tua dan para leluhur. Berselang satu jam, acara diakhiri dengan ceramah agama hingga menjelang shalat dzuhur. Saat ini pengajian Ahad (Minggu) Pahing dilestarikan oleh generasi penerus KH Ahmad Abdul Haq dari Pesantren Watucongol, Muntilan.

Pengajian yang semakin ramai, lantas dibarengi dengan kegiatan jual beli yang disebut dengan Pasar Tiban, Awalnya, Pasar Tiban digelar di sekitar halaman masjid. Karena keterbatasan tempat, Pasar Tiban pun menyebar hingga ke trotoar alun-alun. Pasar dadakan itu menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam tradisi Pahingan. Para pedagang Pasar Tiban sama seperti jamaah Pahingan berasal dari Magelang dan sekitarnya. Mereka umumnya berjualan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan jamaah mengikuti pengajian, Pada masa awal Pahingan, kebannyakan pedagang menjajakan kuliner tradisional. Namun, seiring berjalan waktu ada pula yang berjualan baju, buku, hingga mainan anak,

Pasar Tiban dan Pahingan menunjukkan jalinan sisi religius dan ekonomi masyarakat pedesaan. Pedagang Pasar Tiban tak sekedar mengejar keuntungan dalam berjualan. Kebanyakan pedagang, memiliki alasan spiritual untuk selalu menghadiri Pahingan, Istilahnya ngalap berkah, Bahkan, tak jarang ada pedagang yang mengobral atau justru membagikan gratis barang dagangannya di penghujung Pahingan. Ini semua karena motivasi mereka untuk meramaikan tradisi Pahingan.

Masyarakat kota yang mengunjungi Pahingan akan dibawa bernostalgia dengan hal-hal jadul di Pasar Tiban. Misalnya, pegunjung akan menemukan jajanan tradisional seperti kacang rebus, singkong, gethuk, dam kue jajan pasar lainnya. Komoditi daerah masing-masing pun sering kali dibawa oleh para pedagang. Misalnya, pedagang dari Temanggung menjajakan tembakau. Pedagang Pasar Tiban kebanyakan sudah berusia lanjut. Mereka sudah rutin mengikuti tradisi ini selama berpuluh-puluh tahun. Sembari lesehan di trotoar, para pedagang menjajakan barang dagangannya dengan mengenakan baju kebaya. Kesannya sangat antik terutama untuk orang kota zaman sekarang,

Pahingan sudah menjadi agenda yang turut melambungkan nama Magelang. Orang-orang sudah banyak yang tahu, bila ada keramaian di waktu Minggu pagi Pahing, itu hanya ada di Magelang. Meski begitu, terkait dengan isu ketertiban umum, Pemeritah Kota Magelang belakangan ini mengeluarkan larangan menggelar Pasar Tiban. Namun, para pegiat kebudayaan Magelang tetap berharap Pemkot justru bisa membimbing dan menata tradisi itu menjadi lebih baik, dengan mengatur kebersihannya. Tradisi Pahingan mulai dari kegiatan pengajian hingga jual beli di Pasar Tiban bisa digolongkan menjadi warisan budaya tak bendawi. Oleh karena itu, diharapkan tradisi ini bisa dilestarikan, dan bisa menjadi agenda wisata, juga menjadi sumber pemasukan bagi daerah melalui penarikan retribusi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MENIKMATI WISATA BAWAH AIR KALIMANTAN TIMUR



Provinsi dengan ibukota Samarinda ini ternyata tak hanya kaya akan hasil hutan dan tambang. Selain memiliki luas wilayah daratan 127.267,52 km2, wilayah laut seluas 25.656 km2, yang dimiliki Kalimantan Timur juga menyimpan keindahan bawah air yang patut disambangi. Dari banyak lokasi wisata yang ditawarkan Kalimantan Timur, keindahan bawah air di Pulau Derawan, Pulau Maratua, dan Pulau Kakaban sudah lama menjadi tujuan utama pelancong dalam dan luar negeri.

Perjalanan menuju wisata bawah air Kalimantan Timur dimulai setelah kita mendarat di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, yang dulu bernama Bandara Sepinggan di Balikpapan. Dari Balikpapan, perjalanan dilanjutkan melalui jalan darat melalui beberapa kota seperti Samarinda hingga Berau. Dari Berau, perjalanan menuju lokasi wisata dilanjutkan dengan menggunakan kapal laut menuju ke pulau-pulau tujuan. Namun jika ingin tiba di tujuan dengan cepat, anda bisa juga memilih perjalanan melalui udara menuju Berau dengan menggunakan pesawat perintis dari Balikpapan atau Tarakan. Sementara selain di Berau, kapal laut menuju lokasi wisata ini dapat pula ditemukan di dua lokasi lain yakni Tanjung Batu dan Tanjung Redeb. Biaya kapal laut sangat bervariasi tergantung jenis dan kapasitas.


Bulan April hingga Oktober merupakan waktu terbaik untuk berwisata di tempat ini. Salah satu alasannya adalah karena pada bulan-bulan tersebut ombak tidak terlalu besar sehingga perjalanan dapat berlangsung nyaman. Tubuh yang lelah akibat perjalanan panjang menuju lokasi wisata ini langsung segar kala pantai Pulau Maratua mulai terlihat dari kejauhan. Pasir putih dengan air laut berwarna kehijauan di dekat dermaga membuat tak sabar untuk segera menginjakkan kaki di salah satu pulau terluar di Indonesia itu. Pulau Maratua yang terletak di Laut Sulawesi dan berbatasan langsung dengan Malaysia merupakan salah satu dari 31 pulau di kawasan Kalimantan Timur yang sudah dikenal hingga mancanegara. Tak heran dengan segala keindahan ciptaan Tuhan yang ditawarkannya, pulau ini kerap disebut pulau surgawi.

Pantai di pulau yang jika dilihat dari udara seperti huruf U ini menawarkan wisata bawah air yang beragam. Terumbu karang warna-warni dan ikan cantik yang berenang bebas bahkan bisa dinikmati keindahannya dari permukaan air. Tak hanya menjadi tujuan pelancong, pantai pulau ini pun menjadi salah satu tujuan utama penyu hijau untuk bertelur. Berdasarkan informasi yang didapat dari salah satu pemandu wisata menyelam, di tempat ini terdapat 21 titik penyelaman. Warga di pulau ini kebanyakan berprofesi sebagai nelayan dan tersebar di empat kampung. Demi mendukung pengembangan potensi wisata bahari berbasis masyarakat, pada Juli 2012, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, menetapkan Pulau Derawan dan Maratua sebagai desa wisata. Diharapkan, masyarakat kedua pulau dapat terlibat aktif dalam pengembangan wisata, juga menjaga kelestarian alam.


Meski berpenghuni, menghabiskan hari di Maratua sungguh romantis dan semakin terasa betapa kita sungguh kecil di hadapan kebesaran Illahi. Menginap di Maratua Paradise Resort memberikan sensasi berbeda dari penginapan lain. Selain langsung berhadapan dengan laut, beberapa kamar memang didirikan tepat di atas laut dangkal pulau ini. Lokasi berenang atau snorkeling pun tidak terlalu jauh, pasalnya tepat di depan restoran terdapat titik snorkeling yang indah. Ditemani deburan ombak sambil menyaksikan ikan dari berbagai jenis dari dermaga, lokasi ini cocok untuk dijadikan lokasi bulan madu.

Puas bermain bersama ratusan bahkan mungkin ribuan ikan kecil beraneka warna dan jenis, kita bisa kembali melaut menuju Pulau Derawan. Pulau Derawan juga memiliki banyak aktivitas yang ditawarkan bagi para pelancong. Mulai dari berenang, snorkeling, diving, banana boat, dan berkeliling pulau menggunakan sepeda. Air laut yang mengelilingi pulau ini masih terjaga kebersihannya dan sangat bening. Bahkan hanya dari permukaan bisa terlihat beragam fauna laut, termasuk penyu berukuran besar yang sesekali menaikkan kepalanya ke atas permukaan air.


Sebelum perjalanan dari pulau ke pulau di wilayah Kalimantan Timur diakhiri, Pulau Kakaban menjadi tujuan berikutnya. Pulau asri dan tidak berpenghuni ini menyimpan rahasia yang menjadi magnet bagi pelancong mancanegara. Sepintas, pulau seluas 774,2 hektar ini terlihat tidak berbeda dengan pulau lain di sekitarnya. Siapa sangka jika ternyata di tengah pulau ini terdapat danau berair payau yang dihuni ribuan ubur-ubur. Tidak seperti saudaranya di laut lepas, ubur-ubur di danau ini tidak memiliki racun atau bisa, sehingga aman jika tersentuh. Sebelum tiba di danau, pengunjung harus berjalan kaki melalui jalan yang dibuat dari kayu. Jalan menuju danau yang kadang menanjak dan menurun itu cukup menyenangkan karena melewati hutan dengan pepohonan besar dan teduh. Sepanjang perjalanan terdapat tempat beristirahat disertai papan informasi berisi sejarah, tata cara berenang bersama ubur-ubur dan penjelasan mengenai jenis ubur-ubur yang ada di danau ini.

Menurut informasi yang diberikan di papan informasi dan penjaga danau, danau di Pulau Kakaban ini berisi air laut yang telah bercampur dengan air tanah dan air hujan. Ubur-ubur yang ada di danau ini telah melewati evolusi demi beradaptasi dengan lingkungan barunya yang telah berlangsung selama jutaan tahun. Danau endemik dengan luas sekitar 5 km2 ini menjadi tempat tinggal empat jenis ubur-ubur, antara lain ubur-ubur bulan (Aurelia Aurita), ubur-ubur totol (Mastigias Papua), ubur-ubur kotak (Tripedalia Cystophora), dan ubur-ubur terbalik (Cassiopea Ornata). Ada beberapa larangan yang harus diperhatikan sebelum berenang atau menyelam di danau pra sejarah ini. Dua di antaranya adalah tidak menggunakan fin atau kaki katak dan tidak menggunakan tabir surya atau sejenisnya.


Danau di Pulau Kakaban ini patut dikunjungi karena penghuninya yang luar biasa langka dan tidak dapat ditemui di sembarang tempat. Sayangnya, tidak semua pengunjung yang datang ke tempat ini memiliki semangat ramah lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya sampah yang ditemui sepanjang perjalanan menuju danau. Bahkan di dalam danau pun sampah yang ditinggalkan pengunjung akan sangat mudah ditemukan. Mulai dari kantong plastik, bungkus mi instan, botol, hingga popok sekali pakai yang dibuang begitu saja di danau. Kekayaan wisata alam di Pulau Kakaban juga dapat ditemui di pantai sekeliling pulau. Terumbu karang beserta ikan lucu beraneka warna berserakan di sekitar dermaga, seakan memamerkan diri kepada pengunjung untuk menikmati keindahannya. Nah, tunggu apa lagi, kini saatnya anda menikmati keindahan alam Kalimantan Timur…

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS