RSS

JALAN JALAN KE CIREBON : SENSASI WISATA TELAGA, PANTAI, DAN HUTAN




Berlokasi di pesisir utara Pulau Jawa, Cirebon bisa ditempuh melalui jalan darat sepanjang 258 km dari Jakarta. Kota ini memiliki banyak destinasi wisata yang bisa menjadi tujuan bersama keluarga. Selain wisata religi, kota yang mendapat sebutan kota udang ini juga memiliki tujuan wisata alam yang tak kalah menarik. Selain menikmati hidangan khas seperti Nasi Jamblang dan Nasi Lengko, Cirebon juga menawarkan beragam wisata keluarga. Layaknya kota-kota lain di Indonesia, Cirebon pun dipenuhi dengan peninggalan sejarah, di antaranya dari masa kejayaan kerajaan Islam, kisah para wali, hingga bangunan peninggalan pemerintahan kolonial Belanda.

Satu keunikan Cirebon yang hanya berjarak 130 km dari Bandung ini terdapat dua keraton yakni Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Keduanya memiliki arsitektur bangunan yang sangat khas perpaduan dari berbagai elemen kebudayaan yang hidup pada masa itu, yakni kebudayaan Islam, Tiongkok, dan Belanda. Selain keraton, masjid-masjid tua yang tersebar di berbagai sudut kota juga menawarkan berbagai keunikan tersendiri. Satu di antaranya adalah Masjid Merah Panjunan, yang memiliki arsitektur unik hasil perpaduan budaya Hindu, Tiongkok, dan Islam. Berikut tiga lokasi wisata Cirebon yang bisa dikunjungi bersama keluarga :

TALAGA REMIS


Suasana sejuk dan deretan pepohonan pinus yang menghijau menjadi teman setia anda saat memasuki kawasan Talaga Remis. Danau alam yang berada di Desa Kaduela, Kecamatan Pasawahan ini selalu ramai dikunjungi warga setiap akhir pekan dan hari libur nasional. Luas danau sekitar 3,25 hektar, sementara lahan keseluruhan mencapai 13 hektar. Suasana asri yang sejuk membuat Talaga Remis sangat pas dijadikan tempat untuk sekedar melepas penat. Di telaga berair jernih ini, wisatawan dapat melakukan aktivitas air seperti mengayuh perahu yang disediakan pengelola. Pengunjung juga bisa menikmati telaga dengan berjalan menyusuri trek khusus bagi pejalan kaki yang dibuat memutar telaga. Bagi yang hobi memancing, telaga ini menyimpan aneka ikan yang bisa dibawa pulang.

Sesuai dengan namanya, Talaga Remis memang dihuni berbagai jenis ikan air tawar dan juga remis. Remis adalah bahasa setempat untuk sejenis kerang berwarna kuning yang banyak hidup di sekitar telaga. Kondisi air telaga yang masih bebas dari polusi dan bermata air dari gunung membuat remis atau kerang hidup dengan nyaman di danau ini. Ada pula yang mengunpulkan remis ini untuk dijual kepada pengunjung karena diyakini mampu membantu penyembuhan beberapa penyakit. Misalnya, yang memiliki sakit liver setelah meminum air rebusan remis diyakini bisa sembuh. Bukan hanya warga sekitar, ada juga pengunjung yang datang dari Jakarta khusus untuk membeli remis ini. Satu gayung remis dijual Rp 80.000

PANTAI KEJAWANAN


Cirebon juga memiliki lokasi wisata bahari, meski jumlahnya tak terlalu banyak. Salah satu lokasi yang hingga kini masih ramai dikunjungi adalah Pantai Kejawanan. Terletak di Jalan Raya Pegambiran, lokasi pantai ini berdekatan dengan Tempat Pelelangan Ikan dan Pelabuhan Cirebon. Tidak seperti di Bali atau Yogyakarta yang pantainya landai, hamparan pasir di pantai ini tidak terlalu luas dan berwarna kecoklatan. Di tempat ini, pengunjung bisa menghabiskan waktu dengan berjalan di sepanjang pantai, merasakan sensasi deburan ombak, atau sekedar menikmati hembusan angin dari warung dan rumah makan yang mudah ditemui di sekitar pantai. Pengunjung juga dapat menaiki perahu karet atau perahu nelayan yang akan membawa mereka berkeliling dengan harga yang cukup murah.

Mail, salah satu nelayan yang menyewakan perahu kayunya menjelaskan, sehari-hari perahunya memang digunakan untuk menangkap ikan. Hanya saja saat musim liburan, ia jarang menangkap ikan, karena merasa lebih baik membawa pengunjung pantai untuk berkeliling atau mengantar pengunjung yang ingin memancing. Dikatakannya, hasil dari menyewakan perahu ini cukup lumayan. Ternyata pengunjung yang datang ke Kejawanan tak hanya ingin menikmati suasana alam saja. Sudah beberapa tahun terakhir ini banyak pula yang datang justru ingin berobat. Konon, air di pantai Kejawanan bagus untuk mengobati beberapa penyakit seperti penyakit kulit dan stroke. Tapi benar tidaknya, tentu bisa diperdebatkan. Tak hanya warga Cirebon, banyak juga warga dari daerah lain seperti Jakarta atau Bandung, sering berkunjung ke pantai Kejawanan. Biasanya pantai ramai saat pagi hari. Tidak hanya pada saat hari libur, pada hari biasa banyak pula yang datang untuk sekedar mandi di pantai ini.

HUTAN MONYET PLANGON



Wisata alam unik yang juga patut dikunjungi di Cirebon adalah bukit bernama Plangon yang terletak di desa Babakan, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon. Lokasi wisata yang juga menjadi makam Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan ini dihuni ratusan monyet ekor panjang. Kata plangon berasal dari kata tegal klangenan yang berarti tempat atau bukit untuk menenangkan diri. Konon, sekitar 4 abad silam, dua pangeran, yakni Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan, mencari tempat yang tenang untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan. Akhirnya, keduanya menemukan sebuah bukit yang terletak di sebelah barat kota Cirebon yang dianggap cocok untuk melaksanakan niat mereka.

Selain hari libur, setiap tanggal 27 Rajab dan 2 Syawal, lokasi ini ramai dikunjungi keluarga Panjunan dan Kejaksan serta masyarakat yang berniat melakukan ziarah ke makam kedua pangeran tersebut. Di lokasi ini, terdapat tiga kelompok monyet yang masing-masing memiliki wilayah kekuasaan, layaknya sebuah kerajaan. Yakni wilayah atas, tengah, dan bawah. Menurut penuturan warga setempat, masing-masing kelompok monyet ini juga memiliki raja. Berbeda dengan kelompok tengah dan bawah, kelompok monyet bagian atas lebih banyak dikenal pengunjung dan warga. Tak heran karena di bagian atas inilah letak makam Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan. Akibatnya, banyak warga yang lebih sering berinteraksi dengan monyet kelompok atas ini.


Jangan kaget jika berada di lokasi ini beberapa ekor monyet akan mendekat untuk meminta sedikit makanan yang disediakan oleh warung-warung di sekitar lokasi makam. Untungnya, karena sering berinteraksi dengan manusia, monyet-monyet ini tidak agresif dan justru terkesan ramah. Kelompok monyet bagian atas dipimpin seekor monyer berukuran lebih besar bernama Robert yang selalu didampingi para ‘panglimanya’. Konon, monyet-monyet ekor panjang ini merupakan peliharaan Pangeran Panjunan yang kemudian beranak pinak di lokasi ini sampai sekarang. Jika anda menginginkan wisata dengan sensasi berbeda, Hutan Monyet Plangon bisa menjadi salah satu pilihan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

DIENG, KEINDAHAN ALAM DI NEGERI ATAS ANGIN




Bila anda datang ke Wonosobo, sempatkan waktu satu hari khusus untuk menikmati indahnya pemandangan Dieng. Ada empat tujuan wisata yang bisa anda kunjungi di Dieng. Pertama, Bukit Sikunir yang biasa disebut Bukit Sunrise. Bukit ini terletak di Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, yang bisa ditempuh dalam waktu 1,5 jam perjalanan dari kota Wonosobo. Dari ketinggian 2.350 meter, saat cuaca cerah anda bisa menyaksikan magisnya matahari terbit di antara balutan kabut dan gunung-gunung. Bulan-bulan saat musim kemarau merupakan saat terbaik untuk melihat matahari terbit. Setelah mendaki bukit selama sekitar 15-20 menit, anda akan sampai di puncaknya yang berupa tanah datar. Sambil duduk-duduk di batu besar atau batang pohon yang telah disulap menjadi bangku, anda bisa menunggu horison bersemburat merah yang menjadi penanda matahari akan terbit tak lama lagi. Menyaksikan matahari terbit sejak menyembul hingga bulat sempurna dengan warna merah menyala sungguh jadi pengalaman tak terlupakan.

Dingin menusuk tulang yang menerpa dan lelah yang dirasakan saat mendaki, terutama bagi yang jarang berolahraga hilang seketika setelah menyaksikan detik-detik kemunculan matahari. Sesaat setelah matahari terbit, tengoklah ke sekeliling bukit. Pemandangan hijau mendominasi sejauh mata memandang. Keindahan Gunung Prau dan Gunung Sindoro yang sebelumnya gelap pun akan jelas terlihat. Awan kecil-kecil seputih kapas yang menggantung jadi pemandangan yang sulit ditemukan di tempat lain. Tak heran, Dieng yang berasal dari kata “di” yang berarti tempat, dan “hyang” yang berarti dewa ini, mendapat julukan Negeri Di Atas Awan. Di sisi lain, hamparan Danau Cebong yang berair biru jernih dan bersih terlihat kontras di antara hijaunya pemandangan di sekitarnya. Puluhan tenda biasanya tampak berdiri di sisi kiri dan kanan danau yang ditumbuhi rumput.



Setelah bermain di samping danau, menjelang subuh para penghuni tenda mendaki Bukit Sunrise. Anda bisa sepuasnya memotret indahnya alam atau berfoto selfie bersama rombongan. Kebanyakan pengunjung Bukit Sunrises adalah anak muda, termasuk rombongan pelajar dan mahasiswa dari luar kota yang datang dengan bus. Namun, tak sedikit pula keluarga dengan anak seumuran TK yang ikut mendaki bukit untuk menikmati pemandangan langka ini. Bila ingin menikmati pemandangan dengan nyaman dan naik turun bukit tanpa berjejalan, pilih saja hari biasa. Saat malam libur terutama malam Minggu, Bukit Sunrise biasanya penuh oleh pengunjung. Kalau sedang ramai, mendaki anak tangga yang berupa pahatan tanah menuju puncak harus dilakukan pelan-pelan, bahkan tak jarang berhenti karena antrean yang mengular dari bawah sampai atas bukit. Begitupula saat turun bukit.

Sebaiknya, naik dan turun bukit dilakukan secara tertib dan tidak menyalip. Terpeleset sedikit saja bisa mengakibatkan pengunjung lain ikut celaka. Belum lagi, jurang dalam di sisi kanan saat kita turun sudah menanti. Sampai di bawah, anda bisa menghangatkan diri dengan makanan dan minuman yang tersedia di warung-warung. Di sana, anda juga bisa membeli rendang kentang dan buah carica yang hanya terdapat di Dieng. Sebaiknya persiapkan waktu dan stamina dengan baik bila memulai wisata ke Dieng dengan mengunjungi Bukit Sunrise. Datanglah ke Bukit Sunrise lebih awal agar lebih nyaman. Bila menginap di kota Wonosobo, sebaiknya pukul 03.00 anda sudah berangkat ke Bukit Sunrise. Untuk menuju ke sana, ikuti petunjuk jalan yang mengarah ke Dieng. Sampai di Dieng, ikuti petunjuk menuju Sikunir. Setelah membayar, anda bisa memarkir kendaraan di lapangan bola yang sangat luas dan dijadikan sebagai tempat parkir. Selain membawa jaket tebal untuk melawan dinginnya udara, jangan lupa membawa penutup wajah untuk menghindari debu. Pada musim kemarau, angin yang berhembus kencang membawa debu lapangan yang cukup tebal, sekalipun di pagi hari. Sediakan pula tisu basah atau air untuk membersihkan tangan.



Setelah puas menikmati keindahan alam di Bukit Sunrise, biasanya pengunjung meneruskan perjalanan ke Telaga Warna yang terletak di Desa Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar. Tiket masuk ke telaga yang berada di ketinggian lebih dari 2000 meter ini untuk wisatawan lokal Rp 5000 pada hari biasa dan Rp 7500 pada hari libur. Sementara, untuk wisatawan mancanegara Rp 100.000 pada hari biasa dan Rp 150.000 pada hari libur. Setelah masuk gerbangnya, anda akan disuguhi pemandangan telaga yang memiliki beberapa warna sekaligus. Yakni biru laut, hijau, dan kuning. Datanglah saat telaga penuh air sehingga keindahan dan keragaman warnanya terlihat jelas.

Pada saat kemarau panjang, telaga berkurang airnya sehingga terlihat kering. Setelah menikmati keindahan telaga, berjalanlah ke arah Gua Semar yang terletak di dalam kompleks Telaga Warna. Beberapa puluh meter dari telaga, anda akan menemukan padang ilalang tinggi berwarna kuning keemasan, tempat anda bisa berfoto selfie. Puas berfoto, teruskanlah berjalan di atas paving block. Anda akan menemukan Telaga Pengilon yang sebelumnya terhalang pandangan mata. Di dalam kompleks Telaga Warna memang terdapat beberapa destinasi lain yang bisa anda kunjungi, antara lain Telaga Pengilon, Gua Semar, Pesanggrahan Bumi Pertolo, Gua Sumur, Gua Jaran, dan Batu Tulis. Jangan khawatir tersesar karena ada pertunjuk arah di berbagai titik.



Turun dari Telaga Warna, anda bisa melanjutkan perjalanan ke kompleks Candi Arjuna yang terletak di dekat terminal Dieng. Di gerbang parkir kompleks candi yang wasuk wilayah Kabupaten Banjarnegara ini, anda bisa memarkir kendaraan dengan nyaman dan murah. Tiket ini sekaligus sebagai tiket terusan untuk ke Kawah Sikidang. Di kompleks candi ini juga terdapat Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Candi Arjuna terletak di deretan paling utara, berhadapan dengan Candi Semar. Candi yang berukuran 6x6 meter ini konon dibangun pada awal abad kedelapan. Kelima candi yang berukuran kecil dan pendek ini jaraknya saling berdekatan.



Dari kompleks Candi Arjuna, anda bisa meneruskan perjalanan menuju Kawah Sikidang. Untuk parkir, sebaiknya anda masuk ke kawasan kawah lewat pintu resmi, yaitu pintu masuk kawasan Candi Arjuna dekat terminal Dieng. Uniknya, kawah yang terletak di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara ini sering berpindah-pindah tempat. Sambil berjalan kaki menuju kawah, anda akan dikunjungi berbagai macam barang khas Dieng yang dijajakan warga sekitar. Antara lain belerang, kentang merah, dan tongkat pringgondani yang bentuknya mirip bambu tapi langsing dan beruas banyak. Tongkat yang biasanya dipotong sepanjang 120 cm dan berwarna hijau itu dipercaya sebagai tongkat yang dipakai Gatotkaca dan konon hanya terdapat di Dieng. Ada pula pot dan vas yang terbuat dari kayu galar. Uniknya, ketika kulit pohon yang konon anti rapuh dan busuk ini dikupas, akan tampak motif yang berulang di seluruh permukaannya, mirip batik. Menurut si penjual, satu pohon galar memiliki tiga macam motif. Namun, pohon ini sulit didapatkan karena karena hanya tumbuh di jurang di Dieng.



Kawah Sikidang sendiri bukan merupakan puncak gunung berapi. Konon, di bawah kawah ini dulu Pangeran Sikidang Garungan, yang bertubuh manusia tapi berkepala kijang, dikubur hidup-hidup oleh dayang-dayang atas perintah Putri Shinta Dewi. Putri cantik jelita ini panik karena terlanjur menerima lamaran sang pangeran yang kaya raya tanpa melihat wajahnya terlebih dulu. Pangeran Sikidang yang sakti lalu berusaha keluar dari tanah, sehingga timbunan tanah meledak dan menjadi kawah. Sang Pangeran akhirnya tetap tewas terkubur hidup-hidup, dan kawah yang kemudian diberi nama Kawah Sikidang ini kini menjadi lokasi wisata yang wajib dikunjungi. Dari pinggir kawah yang dipagari bambu, terlihat air belerang mendidih yang mengeluarkan asap putih tebal. Pengunjung bisa membeli telur ayam dan puyuh yang direbus penjualnya di air kawah. Dengan menggunakan kail, penjual mencelupkan plastik berisi telur untuk direbus. Setelah beberapa menit, telur yang telah matang diangkat. Bila tak kuat akan bau belerang yang menyengat, jangan lupa gunakan masker penutup hidung. Perhatikan pula tanah yang dilewati, karena genangan air belerang yang mendidih tersebar di banyak titik menuju kawah.



Untuk berwisata ke Dieng, tak perlu khawatir soal penginapan atau transportasi. Kini, banyak homestay di sekitar Dieng atau hotel di kota Wonosobo. Untuk menjelajahi Dieng, anda bisa menyewa mobil, motor, atau bahkan tukang ojek yang siap menjemput anda di pagi buta untuk mengantar ke Bukit Sikunir. Sungguh, keindahan alam negeri di atas awan ini menjadi destinasi wisata yang wajib anda agendakan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

GELIAT SENI LUKISAN KACA DI CIREBON



Selain batik, harta karun budaya Cirebon lainnya adalah lukisan kaca. Tak ada yang tahu pasti, kapan persisnya seni lukis ini hadir di Cirebon. Konon, seni melukis ini sudah dikenal sejak abad 17 Masehi, atau awal munculnya keraton Cirebon. Pada zaman itu, lukisan kaca digunakan sebagai media dakwah agama Islam, dan lebih banyak mengangkat pola batik seperti mega mendung, wayang dan kaligrafi. Seiring berjalannya waktu, kini seni lukis kaca Cirebon sudah berkembang seperti halnya seni lukis kontemporer lain. Lukisan kaca yang dilukis dengan teknik melukis terbalik ini, sangat kaya akan gradasi warna dan aspek dekoratif, serta ragam hias ornamen dan motif.


Perkembangan seni lukis dengan media kaca ini sempat mengalami pasang surut. Bahkan, lukisan kaca hasil karya para pelukis kaca di Cirebon ini pernah dijual dari pintu ke pintu, tidak seperti sekarang di mana galeri seni mulai menjamur di kota Cirebon. Lukisan kaca ini pun kini telah menjadi cinderamata khas Cirebon. Kantor-kantor pemerintahan di kota Cirebon tak jarang minta dibuatkan lukisan kaca untuk dipajang atau diberikan kepada tamu sebagai souvenir. Lukisan kaca Cirebon mulai menemukan kembali tempatnya pada tahun 80-an. Di masa itu, salah satu maestro lukis kaca, Toto Sunu, membuat lukisan kaca berukuran besar yang sangat indah. Hasilnya, apresiasi dari masyarakat pun bertebaran dan diberikan kepada seniman lukisan kaca. Salah satu bentuk apresiasi yang diterima datang dari istri Duta Besar Brazil masa itu.

Menurut salah seorang pelukis kaca ternama Cirebon, Bambang Sonjaya, perkembangan seni lukis kaca Cirebon kini bergerak semakin positif. Apresiasi tak hanya datang dari warga lokal, melainkan juga kalangan ekspatriat yang sudah sejak lama kepincut pada seni ini. Bambang, yang juga merupakan salah seorang putra budayawan dan maestro kesenian Cirebon, H. Abdul Adjib ini, bercerita justru awalnya tidak tertarik pada seni lukis kaca ini. Bahkan ia pernah meledek almarhum ayahnya yang nyaris setiap hari melukis di atas kaca. Ia baru tersadar untuk menekuni seni lukis kaca usai diwisuda dari Fakultas Administrasi Negara, Universitas Padjajaran, Bandung. Saat itu, almarhum ayahnya mengatakan bahwa dirinya bisa menyelesaikan kuliah berkat lukisan kaca. Saat mendengar itu, dadanya seakan sesak. Akhirnya, ia membulatkan tekad untuk belajar dan mendalami seni melukis kaca.



Tahun 1994, Bambang mulai belajar dari sang ayah. Ia mengakui, butuh keahlian khusus untuk menjadi seorang pelukis kaca. Belajarnya pun cukup lama, karena harus membuat lukisan atau gambar secara terbalik. Kesabaran dan keyakinan tangan saat membuat garis sangat penting. Dan di tahun 1996, ia mulai memasarkan lukisan kaca secara door to door. Beruntung saat itu ia bertemu dan berkenalan dengan orang pemerintahan daerah yang kemudian mengajaknya mengikuti beragam pameran. Sampai kemudian, ada seorang wartawan asing dari Australia yang datang ke rumahnya untuk mewawancarai Ayahnya sebagai seorang musisi tarling. Tarling adalah salah satu jenis musik yang populer di wilayah pesisir Pantai Utara (pantura) Jawa Barat, terutama wilayah Indramayu dan Cirebon. Nama tarling diidentikkan dengan nama instrumen itar (gitar) dan suling (seruling).

Kepada wartawan itu, almarhum ayahnya mengatakan bahwa putranya tersebut adalah seorang pelukis kaca. Akhirnya Bambang dan sang wartawan pun terlibat obrolan. Dan ternyata, pada bulan Desember 1997, liputan mengenai lukisan kacanya muncul di majalah Garuda Indonesia. Bahkan salah satu lukisannya menjadi cover. Sejak saat itu, banyak warga negara asing yang datang ke rumahnya dan mejadi pelanggan. Bahkan ada juga warga Amerika Serikat bernama Michael Hills yang kemudian memborong lukisannya untuk dijual lagi ke negaranya. Dan pada pesanan keduanya, sekitar tahun 1998, Bambang mendapat pesanan senilai 7000 USD. Dikatakan pembeli itu, lukisan Bambang ada juga yang dibeli oleh Arnold Schwarzenegger dan Madonna. Pesanan pun terus berlanjut sampai tahun 2013.



Bambang sama sekali tak menyangka, jalan hidup sebagai pelukis kaca yang ia pilih itu membuat namanya dikenal hingga ke mancanegara. Pembeli lukisannya pun terus berdatangan, baik yang datang secara langsung ke rumahnya di Cirebon maupun melalui dunia maya. Masa keemasan itu Bambang cicipi sampai tahun 2007 atau 2008. Setelah itu semakin banyak pelukis kaca lain yang bermunculan. Harga lukisan kacanya sendiri bervariasi, tergantung besar kecilnya lukisan serta tingkat kerumitan atau motifnya. Bisa ratusan ribu rupiah, bahkan pernah ada lukisan kacanya yang ditawar ratusan juta rupiah. Bambang sendiri sejak tahun 2014 hanya membuat dan menerima pesanan lukisan kaca yang sesuai syariah Islam. Saat ini ia sedang mengumpulkan modal untuk membuat galeri syariah.

Selain Bambang, banyak pelukis muda yang kini juga berkarya dan melestarikan kesenian warisan nenek moyang itu. Satu di antaranya adalah Aries Sutardi yang dapat ditemui di Cheribon Gallery di Jl. Raya Kedawung, Cirebon. Menurut Aries, menciptakan karya seni lukis kaca memiliki tantangan tersendiri. Itu sebabnya, ia sudah lebih dari 20 tahun tetap menekuni seni lukis kaca yang memiliki teknik cukup sulit itu. Teknik melukis kaca sangat berbeda dengan teknik melukis dengan memanfaatkan media seperti kanvas atau yang lain. Selain itu, cara melukisnya juga berbeda. Harus berpikir terbalik dan langsung jadi, karena kalau salah tidak bisa ditiban.



Berbeda dengan tema lukisan kaca yang sudah ada, Aries membuat beragam lukisan dengan motif yang lain, seperti karikatur, foto, natural atau realis. Meski begitu, ia juga masih membuat lukisan seperti wayang, wadasan, dan lain-lain. Tahun 1993 menjadi awal dirinya memulai menambahkan warna lain pada lukisan kacanya. Saat itu, ia membuat beragam lukisan dengan media kaca. Tahun 1998, ia membawa lukisan kacanya itu ke Jakarta. Ketika melikat lukisan kacanya, banyak orang yang tidak percaya kalau yang dibuat Aries itu benar-benar lukisan kaca. Bahkan ia sampai membuka frame-nya dan memperlihatkan lukisan setengah jadi kepada orang-orang itu.

Pada saat yang bersamaan memang sudah ada pelukis yang juga membuat hal serupa di Cirebon. Tapi jumlahnya masih sedikit, mungkin hanya sekitar empat orang. Tapi sekarang sudah banyak yang membuat hal serupa dan bagi Aries itu justru bagus karena bisa membuat lukisan kaca ini semakin berkembang. Hanya saja, berbeda dengan pelukis lain, mungkin cuma Aries yang tidak punya stok lukisan. Karena berapa pun lukisan yang ia buat, pasti habis terjual. Aries memang sengaja tidak menyediakan stok, karena mengaku dirinya butuh uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.



Menurut Aries, butuh kesabaran untuk menciptakan sebuah lukisan kaca. Apalagi kalau desainnya rumit dan dirinya sedang tidak mood. Sementara kalau mood-nya sedang datang, dalam sehari ia bisa membuat satu lukisan. Bahkan Aries mengaku pernah mampu memenuhi pesanan pelanggan hingga ratusan buah lukisan kaca untuk dibawa ke Australia. Ia justru malah senang jika harus memenuhi target dalam jumlah yang banyak, karena merasa tertantang. Tapi pernah juga, ia dilanda kebosanan karena harus melukis motif yang itu-itu saja. Aries menambahkan lukisan kaca memiliki banyak kelebihan dibandingkan lukisan biasa. Selain perawatannya lebih mudah ketimbang jenis lukisan lain, warna lukisan kaca dijamin mampu bertahan lebih lama. Bahkan bisa bertahan seumur hidup seperti lukisan-lukisan kaca yang ada di keraton Cirebon. Asalkan, jangan sampai jatuh saja.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS