RSS

OLD CITY 3D TRICK ART MUSEUM - SEMARANG : Berimajinasi Dengan Wahana Tiga Dimensi.


Bergaya di balkon gedung dengan latar hiruk pikuk salah satu sudut kota di Amsterdam, atau mejeng di kawasan menara Big Ben, kini tak perlu jauh-jauh datang ke Belanda atau Inggris. Sebab, momen tersebut bisa diabadikan hanya di kawasan Kota Lama, Semarang. Ini bukan lantaran di kawasan Kota Lama Semarang telah di-setting sedemikian rupa atau dibuat replika ikon kota besar di Eropa tersebut. Sejatinya, ini hanyalah sebuah 'muslihat' dari citra 3 dimensi (3D). Sehingga benar-benar mampu memberikan kesan layaknya berada di 'benua biru'. Bagi mereka yang gemar 'berburu' tempat-tempat menarik dan mengabadikan aktivitasnya, ini bakal menghadirkan pengalaman yang seru.

Semua itu akan dapat dinikmati di Old City 3D Trick Art Museum Semarang. Museum trik 3D yang resmi dibuka pada 1 Juni 2016 ini memiliki ratusan koleksi gambar 3D yang siap memanjakan para pengunjung dengan beragam trik. Selain di Semarang, museum 3D juga telah ada di beberapa kota besar di Tanah Air, seperti di Malang, Yogyakarta, dan Bandung. Old City 3D Trick Art Museum Semarang yang berlokasi di Jalan Letjen Suprapto No 26, kawasan Kota Lama Semarang, dan memiliki luas bangunan 1000 meter persegi ini menyimpan koleksi beragam gambar trik 3D reality (nyata) serta gambar fantasi (animasi).

Untuk gambar nyata jamak mengambil ikon dunia, misalnya lanskap Kota Amsterdam, patung Liberty, Big Ben di Istana Westminster, London,  Cristiano Ronaldo, pentolan The Rolling Stones Mick Jagger, Justin Beiber, dan lainnya, termasuk beberapa ikon lokal. Untuk gambar fantasi, cenderung lebih pada gambar animasi. Sesuai karakter 3D, koleksi museum ini jamak bermain pada kekuatan desain grafis. Konsekuensinya, tingkat kesulitan untuk tiap-tiap display gambar cukup kompleks. Sebab, gambar reality ini menuntut komposisi dan proporsi yang tepat. Misalnya, ukuran dari objek gambar harus disesuaikan seproporsional mungkin dengan postur serta anatomi pengunjung.


Secara keseluruhan, museum ini terdiri atas empat kelompok wahana, yakni wahana photo booth, display, serta hall berukuran 5 x 12 meter yang bisa digunakan untuk pengambilan gambar orang lebih banyak. Yang teranyar, museum ini juga melengkapi wahana baru dengan sebutan 'Omah Kuwalik' ( rumah terbalik). Wahana yang baru diluncurkan pada akhir tahun 2016 ini disebut sebagai wahana 4D. Yang membedakan dengan wahana display 3D, ada pada penggunaan berbagai properti yang sesungguhnya. Misalnya, mesin cuci, tempat tidur, lemari, dan lain-lainnya. Wahana baru ini memiliki empat spot. Masing-masing meliputi Kamar Mumet, Kamar Fitness, Kamar Tidur, serta dapur. Meski kehadirannya paling baru, di luar dugaan wahana ini kini menjadi salah satu ikon yang sangat diminati pengunjung.

Old City 3D Trick Art Museum Semarang memang bukan yang pertama hadir di tengah-tengah masyarakat. Namun, dalam urusan trik seni 3D, museum ini diklaim memiliki perbedaan dengan yang lainnya. Seperti ketersediaan dinding serta kombinasi ruang gambar yang lebih beragam. Selain itu, juga memiliki keunggulan dalam hal penataan lighting (pencahayaan) pada tiap-tiap display gambar. Misalnya, di mana saja posisi pencahayaan harus ditempatkan. Pencahayaan ini penting untuk menghilangkan bayangan yang dapat mengurangi estetika gambar. Pencahayaan ini juga akan menentukan agar trik 3D yang dihasilkan lebih natural.

Meski begitu, untuk beberapa display gambar memiliki tingkat kesulitan tertentu agar bisa mendapatkan hasil foto yang terbaik. Khususnya untuk jenis gambar berkarakter optical illusion, seperti objek dengan trik memegang objek yang ukurannya lebih mini. Karakter gambar ini membutuhkan ketepatan dalam memilih sudut pengambilan gambar. Jika sudut pengambilan gambar ini tidak tepat, trik 3D pada foto yang diinginkan juga tidak akan dapat. Jadi, agar trik 3D-nya dapat, memang tidak asal memotret.


Untuk bisa mendapatkan hasil yang baik, ada beberapa tips yang harus dipenuhi pengunjung. Misalnya, tidak disarankan pengambilan gambar dengan lampu flash. Selama pengambilan gambar hindari bayangan objek, termasuk pemilihan sudut pengambilan gambar yang tepat. Agar tidak membosankan, pihak museum juga selalu melakukan pembaruan gambar satu hingga dua bulan sekali. Untuk ini, tim kreatif telah menyiapkan lebih dari 1000 gambar dengan tema yang beragam. 

Selain itu, di beberapa spot juga disiapkan sejumlah properti, seperti baju, topi, jas, tas, dan aksesori lainnya, yang selaras dengan tema gambar. Misalnya, di area photo booth kota tua ala western wild west, juga disiapkan topi serta rompi khas koboi. Dengan begitu, pengunjung bisa lebih betah untuk berlama-lama dan tidak akan 'kekeringan' ide untuk bergaya dengan menikmati wahana yang ada. Bahkan, tak sedikit pengunjung yang betah berlama-lama demi memburu hasil foto yang menarik.

Untuk bisa berfoto di berbagai wahana ini, para pengunjung harus merogoh kocek untuk harga tanda masuk (HTM) sebesar Rp 50 ribu per orang. Dengan HTM ini pengunjung bisa menikmati sepuasnya wahana serta koleksi gambar 3D yang ada, tanpa dibatasi waktu. Guna memudahkan pengunjung, pihak museum juga menyiapkan staf yang bisa memandu dan memberikan petunjuk untuk mendapatkan sudut pengambilan gambar. Bahkan, para staf ini juga bisa diminta jasanya untuk mengambilkan gambar. Setiap hari, Old City 3D Trick Art Museum Semarang buka mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB. Khusus hari Minggu, berbagai wahana ini dapat dinikmati mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB.


Sejak dibukanya museum ini, sambutan masyarakat Kota Semarang dan kota-kota lain di sekitarnya sangat positif hingga mampu menjadi alternatif destinasi kunjungan ke kota lumpia ini. Pada hari biasa, justru banyak pengunjung yang datang dari berbagai daerah di Jawa Tengah, seperti Kudus, Jepara, Kota Salatiga, Kendal, dan lainnya. Sementara saat liburan panjang seperti akhir tahun, pengunjung datang dari berbagai daerah di luar Jawa Tengah.

Keberadaan Old City 3D Trick Art Museum Semarang, tak lepas dari semangat untuk menghidupkan kembali kawasan Kota Lama Semarang. Sebagai salah satu unggulan untuk ditawarkan kepada pelancong yang datang ke ibu kota Provinsi Jawa Tengah, pemangku kebijakan setempat terus melakukan berbagai penataan guna menghidupkan kembali kawasan ini. Terkait dengan penataan ini, pihak pemerintah setempat melihat Kota Lama butuh sesuatu yang baru agar para wisatawan tak sekedar menghabiskan waktu menikmati suasana tempo dulu berikut keunikan yang dimilikinya, tetapi juga bisa mendapatkan sesuatu yang baru selama mengunjungi Kawasan Kota Lama ini.

Akhirnya, diwujudkanlah Old City 3D Trick Art Museum Semarang, dengan memberdayakan potensi bidang desain dan cetak. Kebetulan, orang yang berada di balik museum ini merupakan salah satu pelaku bisnis di bidang printing advertising, yang jamak berkecimpung di dunai desain dan cetak. Lokasi pun dipilih yang tak jauh dari Gereja Blenduk, bangunan yang menjadi landmark kawasan Kota Lama Semarang. Kehadiran museum ini memang dimaksudkan untuk lebih menghidupkan kawasan Kota Lama Semarang ini. 


Kini, selain kawasan Taman Srigunting dan Gereja Blenduk, museum 3D ini juga mulai menjadi ikon bagi kunjungan wisata ke kawasan Kota Lama Semarang. Bahkan, jamak dijadikan objek untuk berbagai program acara televisi. Pemilik dan pengelola museum ini pun memiliki keinginan untuk memperluas museum 3D ini. Selain dengan menambah spot display, juga ingin memperbanyak spot di wahana Omah Kuwalik. Termasuk penataan area parkir yang memang masih sangat terbatas, dan menjadi kendala saat kunjungan sedang melonjak.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BERNOSTALGIA DENGAN MAINAN MASA KECIL DI MUSEUM KOLONG TANGGA - YOGYAKARTA


Dari luar, Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga tak tampak seperti museum. Sebuah penanda papan berwarna hijau baru membuat pelintas di sekitar Gedung Taman Budaya, Yogyakarta, paham jika ada museum. Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga memang masih menumpang dan menyatu dengan bangunan Taman Budaya Yogyakarta. Setelah menapaki lantai dua gedung, pengunjung baru disambut beberapa lukisan dan benda-benda koleksi anak-anak.

Di depan pintu masuk museum ada sebuah gerobak dari bambu sebagai etalase berbagai macam permainan tradisional, seperti othok-othok dan gangsingan dari bambu. Permen dan jajanan tempo dulu yang biasa dikonsumsi anak-anak tak ketinggalan terpampang di sana. Di samping itu, dekat pintu masuk dan pintu keluar ada tiga boneka tinggi besar yang diberi nama Hom, Pim, Pa. Memasuki ruangan, aneka macam mainan anak-anak dari Indonesia dan mancanegara akan memanjakan pengunjung. Aneka macam boneka bisa dicari, termasuk boneka tangan, boneka kayu, boneka robot, dan boneka panggung dari seluruh dunia pun ada. Perlengkapan ibadah anak-anak sesuai dengan agama masing-masing, seperti pakaian dan aksesorinya juga tersedia. Mau mencari miniatur aneka macam alat transportasi juga ada. Permainan olahraga, seperti sepatu roda dari Inggris yang masih terbuat dari besi, pemukul pingpong yang terbuat tahun 1950, sepeda kayu untuk anak-anak yang ditemukan di suatu desa pada tahun 1992, juga lengkap disajikan.


Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga adalah museum anak pertama dan satu-satunya di Indonesia. Museum ini merupakan wadah untuk mempromosikan pendidikan alternatif melalui mainan dan permainan alternatif, termasuk permainan tempo dulu dari seluruh Indonesia maupun 15 negara. Misi museum adalah mengangkat dan mengenalkan permainan tempo dulu di Indonesia dan dunia dalam beberapa program kerja, seperti workshop, keterampilan dan pengembangan kreativitas, kegiatan kunjungan ke sekolah-sekolah di pedalaman, pameran pendidikan, dan lain-lain.

Museum ini diberi nama "Kolong Tangga" karena letaknya betul-betul di bawah tangga yang berada di lantai dua menuju Gedung Konser Taman Budaya Yogyakarta. Alamat persisnya di Jalan Sriwedari Nomor 1, Kota Yogyakarta, sebelah selatan Pasar Beringharjo. Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga buka setiap hari kecuali Senin, yakni pukul 09.00-16.00 WIB. Biaya masuk untuk anak di bawah usia 15 tahun gratis. Tetapi, kalau usia 15 tahun ke atas  hanya dikenakan biaya tiket masuk Rp 5000 per orang.


Museum yang dikelola Yayasan Dunia Damai ini berdiri pada 2008 atas inisiatif seorang seniman asal Belgia, Rudi Corens, yang juga seorang kolektor mainan dan permainan dari berbagai negara. Jumlah koleksi Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga sebenarnya mencapai 18.000 objek. Rudi Corens memulai membangun museum ini dengan 3000 koleksi. Namun, yang dipamerkan di museum ini kurang dari 10 persen dari total koleksi. Mainan yang lainnya tersimpan di gudang yang ada di Jalan Tirtodipuran 28. Terbatasnya koleksi yang dipamerkan disebabkan ruangan yang tak memadai. Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga menempati ruangan berukuran 30 x 7 meter. Agar masyarakat tidak bosan, isi museum biasanya diganti setahun sekali. Koleksi yang dipamerkan disesuaikan dengan temanya.

Koleksi museum berasal dari koleksi yayasan, donatur, maupun pembelian. Selama ini untuk biaya perawatan maupun untuk menambah koleksi museum hanya berasal dari donatur, penjualan tiket, dan penjualan barang serta penyelenggaraan workshop. Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga memang tidak mendapatkan dana dari pemerintah. Alasannya, belum memenuhi kriteria sebagai museum. Kriteria museum antara lain, harus mempunyai gedung sendiri. Sedangkan, Museum Pendidikan dan Mainan Anak Kolong Tangga gedungnya masih menyatu dengan Taman Budaya.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

WISATA DI KOTA PONTIANAK : Mengunjungi Tugu Khatulistiwa Hingga Menikmati Pesona Senja di Sungai Kapuas.



Mengunjungi kota Pontianak, Kalimantan Barat, terasa kurang lengkap jika tidak mengunjungi Tugu Khatulistiwa. Lokasinya di Jalan Khatulistiwa, Kelurahan Siantan, Kecamatan Pontianak Utara, atau sekitar 3 kilometer dari pusat kota Pontianak ke arah Mempawah. Apalagi, jika anda berkunjung pada 21-23 September. Bisa dipastikan tugu kebanggaan warga Pontianak ini akan ramai oleh para wisatawan yang ingin menjadi saksi fenomena alam, yaitu saat matahari kembali ke siklus nol derajat atau lazin disebut titik kulminasi. Peristiwa titik kulminasi merupakan fenomena alam yang langka. Langka, karena garis khayal khatulistiwa hanya melintasi lima negara di Afrika, yakni Gabon, Zaire, Uganda, Kenya, dan Somalia. Dan empat negara di Amerika Selatan yaitu Brazil, Equador, Kolombia, dan Peru. Namun, dari semua negara yang disebut tadi, hanya di Indonesia, persisnya di kota Pontianak yang benar-benar dilintasi oleh matahari.

Posisi ini memberi nilai lebih bagi Pontianak, sekaligus mendasari dibangunnya Tugu Khatulistiwa yang kemudian dijadikan ikon kota Pontianak. Itulah sebabnya, peristiwa titik kulminasi menjadi momen yang menakjubkan dan langka di bumi, di mana posisi matahari berada tepat di atas tugu. Posisi matahari yang demikian akan membuat bayangan tugu dan benda-benda di sekitarnya menghilang selama beberapa detik. Yang ajaib, pada saat itu bila anda meletakkan sebutir telur ayam di lantai pada posisi berdiri, dijamin telur tidak akan terguling. Peristiwa titik kulminasi juga membuat gaya gravitasi ikut berubah, yang bisa dibuktikan dengan berdirinya telur ayam tersebut pada porosnya.


Peristiwa seperti ini berlangsung dua kali dalam setahun. Pada tanggal 21-23 September disebut titik pertemuan kedua saat matahari bergerak ke arah selatan, sementara pada tanggal 21-23 Maret sering disebut titik pertemuan pertama saat matahari bergerak ke utara. Untuk merayakan dua momen tersebut, biasanya Pemda Kalimantan Barat menggelar Festival Kulminasi Matahari di halaman tugu. Selama tiga hari, berbagai atraksi kesenian tradisional digelar, pameran lukisan, kerajinan, dan kuliner. Guna menambah daya tarik pengunjung, pengelola museum memberi sehelai sertifikat bagi pengunjung, sebagai kenang-kenangan bahwa pernah mengunjungi Tugu Khatulistiwa. Event tahunan khas kota Pontianak ini tentu saja akan menarik kedatangan wisatawan untuk merasakan sensasi berdiri tanpa bayangan di bawah terik matahari. Posisi tugu yang berada di titik nol lintang utara sekaligus di titik nol lintang selatan, juga memberi sensasi langka lainnya. Artinya, kita berada di dua belahan bumi sekaligus, utara dan selatan, pada waktu bersamaan.

Bangunan Tugu Khatulistiwa terdiri dari empat buah tonggak kayu ulin (kayu besi), masing-masing berdiameter 0,30 meter, dengan ketinggian tonggak bagian depan setinggi 3,05 meter, serta tonggak bagian belakang tempat lingkaran dan anak panah penunjuk arah setinggi 4,40 meter. Pada diameter lingkaran di bagian tengah terdapat tulisan evenaar (bahasa Belanda yang berarti ekuator) sepanjang 2,11 meter. Panjang penunjuk arah 2,15 meter. Tulisan di bawah plat pada bagian bawah anak panah tertera 1090 20' OLvGr menujukkan posisi berdirinya Tugu Khatulistiwa pada garis bujur timur. 


Bentuk Tugu Khatulistiwa telah mengalami perubahan sebanyak empat kali. Tugu yang pertama dibangun pada tahun 1928 berbentuk tonggak dengan anak panah. Pada tahun 1930 dilakukan penyempurnaan, berbentuk tonggak dengan lingkaran dan anak panah. Tahun 1938, tugu kembali dibangun dengan penyempurnaan oleh arsitek Silaban. Pada tahun 1990, Tugu Khatulistiwa direnovasi total dengan dibuatkan kubah untuk melindungi tugu aslinya. Di atas kubah dibuatkan tugu yang sama dengan ukuran lima kali dari tugu asli. Pada bulan Maret tahun 2005, sebuah tim dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengoreksi lokasi titik nol garis khatulistiwa dan menyimpulkan bahwa posisi 0 derajat, 0 menit, dan 0 detiknya ternyata berada sekitar 117 meter ke arah Sungai Kapuas dari lokasi tugu yang sekarang ini.

Sebagai penanda bahwa tempat ini spesial, di dinding dalam kubah diabadikan belasan foto, sejak tugu berdiri pertama kali sampai renovasi. Berdasar foto-foto tersebut, terlihat bahwa sejak masa penjajahan, tempat ini sudah menjadi tempat rekreasi yang menarik. Tidak jauh berbeda dengan situasi saat ini, di mana wisatawan terlihat hilir mudik memasuki museum. Selain foto-foto, terdapat pula artikel dan berbagai gambar tentang tata surya. Hal ini dimanfaatkan pengunjung untuk menambah pengetahuan. Hanya saja koleksi edukasi ini terlalu sedikit. Mungkin karena ukuran kubah yang tidak begitu luas, dengan diameter sekitar 10 meter. Alhasil, bisa dibayangkan bagaimana sesaknya pengunjung di dalam kubah pada saat festival titik kulminasi digelar. Di luar hari libur, pengunjung masih bisa leluasa berfoto sambil menikmati semua koleksi di dalam kubah rata-rata selama 25 menit.


Pihak pengelola juga menyediakan aneka suvenir, di antaranya miniatur Tugu Khatulistiwa dalam berbagai ukuran dengan harga terjangkau. Semua sajian di dalam kubah dapat dinikmati secara gratis. Sebagai ikon kebanggaan, pemerintah setempat terus melengkapi tempat wisata ini. Salah satunya, dengan membangun wahana wisata tepat di depan Tugu Khatulistiwa.

Selain Tugu Khatulistiwa, pastikan anda juga mengunjungi Taman Alun Kapuas Pontianak. Di sini anda bisa menyusuri sungai Kapuas yang melintasi kota Pontianak sambil menikmati sunset pada sore hari. Pemandangan yang terlihat sangat indah. Nikmati juga suasana air mancur menari di taman keluarga yang berada di tengah kota Pontianak ini. Ketika matahari perlahan terbenam, Taman Alun Kapuas semakin ramai didatangi warga Pontianak. Mulai dari gerbang depan terlihat beragam aktivitas warga sambil menikmati suasana teduh dan tenang di areal taman seluas 3 hektare, yang terletak di Jalan Rahasi Usman, Pontianak ini. Banyak pula kalangan remaja yang saling berfoto bergantian menggunakan ponsel, dengan latar belakang bundaran yang dipenuhi aneka jenis tanaman. Semakin ke dalam, terlihat beberapa kursi taman dan batu buatan. Sebuah repilika Tugu Khatulistiwa juga terlihat menjadi pemanis, bersaing dengan taman yang ditata asri, sehingga membuat betah pengunjung untuk berlama-lama menghabiskan sore di tempat ini.


Melangkah ke sisi kanan, sayup-sayup terdengar suara merdu penyanyi Victor Hutabarat menyanyikan lagu melayu berjudul Di Ambang Sore. Semakin menarik karena alunan lagu itu diiringi oleh tarian air mancur di kolam berbentuk setengah lingkaran. Cukup banyak pengunjung yang duduk di taman menikmati sajian air mancur bermusik tersebut. Setelah lagu lawas milik Victor Hutabarat tersebut selesai, alunan suara berganti dengan lagu dari penyanyi lain. Seiring lagu yang berganti, gerakan air mancur pun ikut berubah untuk semakin menyemarakkan suasana.

Taman yang dikelola pemerintah kota Pontianak ini memang didesain senyaman mungkin sebagai alternatif wisata keluarga. Terlihat rapi dan ditata asri dan nyaman, bebas dari pedagang kaki lima (PKL) di dalam taman. Lokasinya strategis, bersebelahan dengan pelabuhan penyeberangan kapal ferry ke Pontianak Utara. Namun, meski telah dilarang, sebagian PKL tidak kehilangan akal, mereka kemudian menjajakan dagangannya di atas sampan motor mengapung di sungai Kapuas yang ditambatkan di luar taman. Para PKL tersebut siap meladeni permintaan pengunjung, mulai makanan dan minuman cepat saji, sate, dan sebagainya. Alhasil, tidak sekedar duduk bersantai di kursi taman, pengunjung pun juga bisa menikmati kuliner sambil memandang keindahan Sungai Kapuas di sore hari.


Tidak jauh dari tempat pedagang ini, terdapat sebuah kapal hias bermotor berukuran lebih besar yang bisa dinaiki pengunjung. Hanya dengan membayar Rp 15.000 per orang kita bisa menikmati pelayaran melewati jembatan Kapuas hingga Serasan dan kembali ke Taman Alun dengan lama perjalanan 40 menit. Sedikitnya, ada 4 kapal hias bermotor yang saban hari hilir mudik menyusuri sungai terpanjang di Indonesia ini. Kapal sengaja dicat aneka warna dan berhias lampu. Selama perjalanan penumpang dapat menikmati sajian kuliner ringan, berupa minuman sachet dan mi instan. Bila hari libur, satu buah kapal bisa melakukan perjalanan 4-5 rit dalam sehari dengan minimal 10 penumpang. Sementara pada hari kerja, hanya sebanyak 2 kali, kecuali ada rombongan yang sengaja menyewa untuk menyusuri sungai Kapuas.

Dengan ditemani secangkir kopi panas, dijamin membuat anda betah duduk berlama-lama di atas kapal hias ini. Apalagi diiringi terpaan angin senja yang berhembus lembut, pikiran pun terasa damai. Ketika malam mulai menjelang, Taman Alun mulai disirami cahaya dari aneka warna lampu yang tersebar di sudut taman. Sebagian lampu sengaja ditempatkan sedemikian rupa, sehingga suasana taman terasa menenangkan mata. Seiring dengan datangnya malam, lambat laun para pengunjung pun mulai berangsur berkurang. Petugas satuan polisi pamong praja mulai berkeliling mengingatkan pengunjung bahwa pintu pagar yang mengelilingi taman ini pun akan ditutup hingga keesokan harinya. Sementara kapal hias juga mulai siap berputar haluan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BERKUNJUNG KE KAWASAN KAMPUNG CINA BENGKULU.


Hampir pada beberapa kota di Indonesia ada yang namanya "kampung Cina". Salah satunya ada di Kota Bengkulu. Di ibu kota provinsi dengan julukan Bumi Rafflesia itu juga ada sebuah kawasan yang disebut Kampung Cina yang terletak di Kelurahan Malabero. Disebut Kampung Cina karena memang di kawasan yang terletak sepanjang Jalan DI Panjaitan dan Jalan Pendakian ini sejak dulu menjadi tempat bermukim masyarakat Cina. Mereka sudah turun temurun tinggal di kawasan yang masuk dalam wilayah Kecamatan Teluk Segara, Bengkulu.

Di sepanjang Jalan DI Panjaitan dan Jalan Pendakian masih terlihat sisa bangunan rumah atau toko yang menjadi ciri khas kebanyakan kampung Cina. Namun, bangunan-bangunan tersebut mulai tergerus usia. Banyak juga bangunan yang sudah berubah bentuk dan sentuhan arsitektur Tiongkok sudah berganti gaya seperti kebanyakan pertokoan modern di berbagai kota di negeri ini. Namun, di Jalan DI Panjaitan masih ada tersisa satu vihara tempat ibadah masyarakat Cina di daerah itu.


Kawasan kampung Cina pada masa tahun 1950-an merupakan pusat perniagaan Bengkulu, yang waktu itu masih menjadi salah satu keresidenan dari Provinsi Sumatera bagian Selatan (Sumbagsel). Penduduk Bengkulu pada waktu itu diperkirakan sekitar 30 ribu jiwa. Jumlah kendaraan beroda empat pun masih bisa dihitung dengan jari. Kawasan Kampung Cina menjadi ramai karena tidak jauh dari situ ada pelabuhan samudera tempat bersandar kapal yang datang membawa barang dari luar Bengkulu.

Layaknya kampung sejenis pada beberapa daerah lainnya, Kampung Cina yang terletak tidak jauh dari pantai Samudra Hindia tersebut pada masa lalu merupakan kawasan pecinan di Kota Bengkulu. Letaknya juga tak jauh dari Benteng Marlborough yang dibangun pemerintah kolonial Inggris. Untuk mencapai Kampung Cina dari Benteng Marlborough bisa dengan berjalan kaki. Sebagai pusat perniagaan Bengkulu pada masa lalu, Kampung Cina juga tidak jauh dari pelabuhan di Pantai Tapak Paderi. Pelabuhan tersebut kini sudah tidak ada, pindah ke pelabuhan Pulau Baai. Sebagai kawasan yang dekat dengan pelabuhan yang sibuk dan ramai, Kampung Cina juga selalu ramai setiap harinya.


Di sudut jalan menuju Kampung Cina dulu berdiri bangunan kantor pelabuhan yang kini berubah menjadi sebuah kafetaria. Dari pelabuhan dan Kampung Cina dulu terjadi transaksi penjualan hasil bumi dari Bengkulu, seperti kopi, cengkeh, sahang atau lada, dan karet yang dibawa oleh kapal-kapal yang berlayar antar pulau.

Berdasarkan sejarah, warga keturunan Tionghoa mulai bermukim di Bengkulu sejak 1689. Yakni setelah diizinkan oleh kongsi dagang Kerajaan Inggris, East India Company (EIC), yang menjalin kerja sama perdagangan lada dengan sejumlah kerajaan di Bengkulu. Pada 1714, telah banyak bangsa keturunan Cina yang menetap di Ujung Karang (Kota Bengkulu sekarang). Mereka umumnya bekerja sebagai buruh perkebunan dan sebagian kecil ada juga yang berdagang. Mereka diberi kedudukan istimewa oleh Wakil Gubernur Joseph Collet saat itu. Warga keturunan Cina tersebut dipimpin oleh seorang kapitan.


Masa itu di pelabuhan Ujung Karang merupakan jantung perekonomian Bengkulu. Sebagai pusat perekonomian, kawasan yang disebut Kampung Cina tersebut menjadi magnet bagi banyak orang untuk datang mengadu nasib, layaknya penduduk daerah yang datang ke Jakarta mencoba peruntungan. Seiring berputarnya waktu, Keresidenan Bengkulu yang kemudian menjadi provinsi Bengkulu lalu memacu pembangunan Kota Bengkulu. Pada masa Orde Baru sekitar tahun 1980-an, Kota Bengkulu pun diperluas. Bersamaan dengan itu pusat bisnis berkembang dan terpencar tidak lagi terpusat di Kampung Cina.

Kawasan Pecinan yang dulu ramai perlahan mulai sepi. Pedagang dan pembeli berpindah ke tempat bisnis yang baru. Dulu di kawasan Kampung Cina ada toko sentra penjualan hasil bumi dan sekarang sudah tutup. Begitu pula toko emas atau toko onderdil kendaraan yang sekarang juga sudah pindah. Namun, pasca pergantian gubernur Bengkulu, Ridwan Mukti, ada rencana untuk menghidupkan kembali Kampung Cina menjadi tempat berniaga. Rencananya, mantan Bupatu Kabupaten Musi Rawasa tersebut ingin menjadikan Kampung Cina sebagai pusat kawasan kuliner Bengkulu. Ridwan Mukti pun mencanangkan Visit to Bengkulu 2020 dengan mempersiapkan sejumlah destinasi wisata, salah satunya dengan melakukan revitalisasi kawasan Kampung Cina. Juga direncanakan mengadakan Festival Cina Town 2020.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

WISATA MENGAJI DI TENGAH SAWAH DI PULAU LOMBOK


Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), terus memikat pelancong. Mereka berdatangan untuk menikmati keanekaragaman potensi wisata yang terus berkembang. Lombok dikenal dengan julukan Pulau Seribu Masjid, karena nuansa religinya begitu terasa di pulau itu. Siapa pun yang menjejakkan kaki di Lombok akan langsung merasakan kehidupan spiritual di sana yang penuh kesantunan.

Tak jauh dari Bandara Internasional Lombok di Praya, Lombok Tengah, ada sebuah desa wisata yang harus dikunjungi. Namanya Desa Wisata Setanggor. Letaknya di Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah. Ini hanya berjarak sekitar lima kilometer dari Bandara Internasional Lombok. Ada 14 titik wisata yang ditawarkan bagi pegunjung di sini, mulai dari wisata budaya, pendidikan, agrobisnis, kuliner, dan tentunya wisata alam yang begitu mempesona. Namun yang menarik ialah wisata religi. Pengunjung bisa mengaji di tengah hamparan sawah yang begitu hijau di Dusun Setanggor Barat I.


Wisata mengaji di tengah sawah memberikan pengalaman baru bagi setiap wisatawan yang datang. Hal ini juga selaras dengan program 'Magrib Mengaji' yang digagas Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi. Mengaji di tengah sawah dilakukan usai shalat Ashar sampai Maghrib dengan didampingi ustaz, dan ditemani nyala api obor. Suasana mengaji di tengah sawah tentu semakin menambah keimanan. Membaca kalam Ilahi semakin nikmat, karena semakin menikmati keindahan ciptaan Allah. Pengunjung tidak hanya bahagia menikmati keindahan alam, tapi juga bersyukur, karena dapat melihat kebesaran Allah dalam bentuk keindahan alam.

Setanggor memang dikonsep sebagai desa wisata halal. Dulunya daerah ini dikenal dengan sebutan Texas, karena banyak yang menjual tuak. Namun, sekarang sudah tidak ada lagi yang menjual minuman keras. Masyarakat di sana mencari uang dengan cara yang halal. Perlahan, Setanggor pun berubah menjadi desa wisata yang berbasis halal dan ramah bagi setiap wisatawan yang datang. Penggagas Desa Wisata Setanggor, Ida Wahyuni, tak menampik jika usahanya mengubah wajah Setanggor kerap menemui hambatan. Namun, itikad baik dalam membangun masyarakat di desa asal ayahnya itu membuat ia optimistis untuk terus maju.


Komitmen membangun desa wisata yang berbasis religi ditunjukkan dengan tidak ada riba dalam setiap pembangunan desa wisata ini. Modal awal Rp 20 juta ia keluarkan dari kas pribadinya. Perempuan asli Lombok ini mulai merintis Desa Wisata Halal Setanggor pada September 2016. Masyarakat kemudian membantu perjuangannya membangun desa itu. Mereka mengubah cara hidup. Yang semula kerap mabuk-mabukan berubah menjadi mengikuti pengajian. Masyarakat juga fokus bercocok tanam. Mereka menyadari, lingkungan sekitar harus dibentuk dengan tatanan nilai untuk membentuk akhlak mulia. Tujuannya agar generasi penerus dapat berperangai terpuji. Akhlak terpuji adalah kunci untuk menjaga etika masyarakat dari keterpurukan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS