RSS

PESONA SINGKAWANG : Perayaan Cap Go Meh, Pantai Berpasir Putih, dan Kerajinan Gerabah.


Selain terkenal akan perayaan Cap Go Meh yang meriah, ternyata banyak wisata alam dan kuliner yang juga layak dikunjungi di kota yang berada di sebelah utara Pontianak, Kalimantan Barat, ini. Singkawang, kota pesisir berjarak 145 km atau 3,5 jam perjalanan darat dari Pontianak, memiliki magnet kuat yang sanggup menarik kedatangan wisatawan. Salah satu event tahunan yang menjadi kalender tak resmi pariwisata di Singkawang adalah perayaan Cap Go Meh. Pada event tersebut, Singkawang dibalut kemeriahan tiada henti. Biasanya, mulai hari ke-13 bahkan telah ada arakan barongsai disertai liong dan keramaian mulai terlihat di segenap penjuru kota. Hotel-hotel dipastikan fully booked pada periode tersebut. Umumnya, kamar-kamar hotel sudah dipesan jauh-jauh hari, bahkan ada yang sudah dipesan setengah tahun sebelumnya.

Tak heran jika pada saat-saat itu, penduduk yang di rumahnya mempunyai kamar berlebih, terutama yang rumahnya dilewati atau dekat dengan area arak-arakan, akan menyewakannya kepada wisatawan yang tak kebagian tempat dan dengan bujet lebih rendah. Sementara urusan transportasi dalam kota tak terlalu masalah, sebab selain rute Pontianak-Singkawang dilayani banyak perusahaan travel yang dapat dicari infonya melalui Google, jasa sewa kendaraan plus pengemudi dari Pontianak dengan anggaran mulai Rp 400.000 per hari juga mudah kita dapatkan. Namun, demi alasan keamanan dan kenyamanan, ada baiknya minta referensi dari orang yang pernah memakai jasa pelayanannya.


Tak hanya momen Cap Go Meh saja pesona Singkawang bisa kita nikmati. Pada hari-hari biasa pun wisatawan akan disuguhi beragam spot wisata alam dan kuliner yang mampu meninggalkan kesan mendalam. Anda bisa memilih hotel sesuai bujet dan lokasi yang anda inginkan. Terdapat hotel-hotel dengan pemandangan di balik jendela kamar yang indah. Perjalanan dari Pontianak ke Singkawang juga menyuguhkan pemandangan alam yang menakjubkan, setidaknya kita akan melewati Pantai Kijing, Pantai Batu Payung, Pantai Pasir Panjang, Pantai Kura-Kura, juga Pantai Samudera Indah. Sebagian pantai dihiasi keelokan pasir yang putih serta garis pantai yang panjang, sementara pantai-pantai lainnya mempesona lantaran formasi bebatuannya yang apik.

Pantai Kijing misalnya, termasuk salah satu obyek wisata primadona di Pontianak. Pantai ini menarik wisatawan lantaran pesisir pantainya yang penuh pohon kelapa dan pasir putih yang landai. Keindahan pantai ini makin lengkap dengan hiasan bukit serta pepohonan yang menyejukkan. Bukit yang menghadap ke pantai dan pepohonan kelapa yang berjajar rapi menjadi unggulannya. Nama Kijing sendiri berasal dari sejenis kerang berbentuk kecil dan memanjang yang banyak terdapat di tepi pantai. Meskipun warna airnya tak sejernih pantai di Jawa dan gelombangnya terlihat tenang, pantai-pantai di sini cukup menyegarkan mata dan menghadirkan damai di hati. Tak jarang kita akan menemukan bocah-bocah kecil berenang di tepian pantai, lantas melepas lelah di atas tumpukan batu besar. Jangan heran pula jika kaki anda jadi serasa ditarik-tarik untuk ikut menceburkan diri ke dalam air.


Singkawang juga layak dinobatkan sebagai surganya wisata kuliner. Bila menginap di hotel, umumnya anda bisa mencicipi menu sarapan ala buffet dengan cita rasa yang memanjakan lidah khas Singkawang yaitu Bubur Singkawang. Penampilan dari Bubur Singkawang ini cukup sederhana, dibalut taburan teri medan, kacang, daun seledri, kecap, potongan ayam atau daging, telur rebus, dan pangsit kering. Sambal nan pedas akan menyempurnakan cita rasa makanan favorit di Singkawang ini. Selain bubur Singkawang, kwe tiauw serta masakan khas Tiongkok lainnya akan memanjakan selera makan para wisatawan yang berkunjung. Di sore hari, anda bisa menyambangi kawasan pasar yang dinamakan Hongkong di waktu malam (entah mengapa disebut begitu, padahal sebenarnya tak serupa benar dengan Hongkong). Jalan-jalan di sini sangat mengasyikkan. Selain bisa menemukan aneka kue basah serta berbagai kudapan lain, anda juga bisa berbelanja pakaian dan pernak-perniknya yang dapat dijadikan alternatif oleh-oleh setelah membeli batik Tidayu dan cokelat isi lidah buaya.

Tak ketinggalan, sempatkan untuk singgah di Taman Bougenville, sungai Hang Moy, sebuah pabrik tahu serta mie, juga dua buah pabrik gerabah yang bisa menjadi tujuan berikutnya. Di Taman Bougenville, kita dapat melihat aneka bunga warna-warni dan hamparan rumput nan hijau. Sewaktu panas matahari kian menyengat, di sinilah kawasan super sejuk yang siap memberi keteduhan. Sementara pada saat berada di sungai Hang Moy, telinga dibuai suara aliran airnya. Bercakap dengan para pemilik dan pekerja usaha gerabah juga meninggalkan kesan tersendiri. Sangat menyenangkan. Dari mereka, kita bisa mendengar cerita-cerita seru pembuatan dan bisnis gerabah, selain juga memperhatikan proses pembuatannya. Ketekunan dan ketelitian mereka patut diacungi jempol.


Masih terdapat banyak tempat wisata lainnya yang dapat disinggahi selama berada di Singkawang. Cara paling tepat adalah mencari dan memfilter informasi sebanyak mungkin, kemudian menetapkan mana saja yang benar-benar ingin kita kunjungi. Yang terpenting adalah menikmati perjalanan itu dan mendapatkan pengalaman menarik.

WISATA KULINER KHAS SINGKAWANG.

Dari sejumlah tempat kuliner di Singkawang, setidaknya ada tiga spot kuliner yang pantang dilewatkan, yaitu :

1. Rumah Makan Vegetarian Maitreya.

Menunya beragam, rasanya enak, tempat bersih dan luas, ditambah lagi harga yang relatif terjangkau. Di sini, kita bisa memilih dan mengambil sendiri apa dan berapa banyak yang hendak dimakan, menyendokkan ke piring kemudian membayarnya di ujung meja. Jangan lewatkan sayur pakisnya yang sungguh menggoda dan mampu menggoyang lidah.

2. Warkop Athin.

Kopi di tempat ini sungguh dahsyat. Meski tak terlalu menonjol di antara deretan warkop lain, kedai kopi di pinggir jalan ini siap menggugah hati dan melakukan repeat order. Apalagi, kopi yang kita pesan bisa kita nikmati seraya ditemani pisang goreng khas Kalimantan yang hangat. Aroma kopi susunya sama mengejutkannya dengan rasanya. Paduan pas antara bubuk kopi dengan krim cair dan cara pengolahannya sama sekali tak mengubah tampilannya yang biasa saja. Takarannya tepat. Nge-blend, kalau meminjam istilah anak gaul.

3. Rumah Makan Di Atas Bukit.

Di sini, anda akan menikmati sensasi menyatap hidangan sambil memandang kerlap-kerlip lampu di bawah bukit. Rumah makan ini letaknya 5-7 menit berkendara dari Dangau Resort. Jika kebetulan anda menginap di resort ini, anda pasti akan menyerap nuansa berbeda saat sarapan pagi, makan siang hingga santap malam. Cocok untuk ber-quality time dengan kawan-kawan, pasangan ataupun keluarga. Suasana rumah makannya juga menyenangkan. Salah satu catatannya adalah, anda harus ekstra sabar menanti pesanan pada saat rumah makan sedang ramai.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MENJEJAKI SISA LETUSAN GUNUNG KRAKATAU.


Tanggal 27 Agustus 1883, hari itu masih pukul 10.00 ketika langit berubah gelap. Kala itu, geliat Gunung Krakatau telah mencapai puncaknya setelah pada 20 Mei 1883 gunung ini mulai menunjukkan keaktifannya melalui letusan Gunung Perbuwatan. Abu dari letusan dahsyat ini membuat pagi seketika menjadi 'malam'. Abu yang menyelimuti langit menyebabkan kegelapan hingga radius 200 km dalam waktu 22 jam. Dalam waktu 10-12 hari, hujan abu Krakatau telah bergulir hingga sejauh 6 ribu km, mencapai Semenanjung Afrika. Dan pada 30-31 Agustus 1883, hujan abu telah mencapai pantai barat Australia.

Letusan dahsyat itu membuat abu panas bersuhu tinggi mampu menerobos celah-celah lantai rumah warga yang bertingkat atau pun berbentuk panggung kala itu. Abu panas ini menerobos masuk bagaikan air mancur yang menyebabkan sekitar 2 ribu penduduk Desa Ketimbang menjadi korban dari panasnya abu dan kebakaran. Letusan yang diiringi dengan tsunami itu pun pada akhirnya menjatuhkan hampir 40 ribu korban jiwa. Kini, ratusan tahun telah berlalu. Letusan dahsyat itu telah menyebabkan Pulau Krakatau terpecah menjadi Pulau Sertung, Pulau Panjang, Pulau Rakata, dan juga yang terbaru Pulau Anak Krakatau. Pada Pulau Anak Krakatau terdapat gunung api yang tumbuh dari kaldera Krakatau purba. Meski 'kecil', Gunung Anak Krakatau yang berada dalam kawasan cagar alam ini memiliki aktivitas yang sangat aktif.


Untuk menuju Gunung Anak Krakatau, harus melakukan perjalanan laut dengan menggunakan kapal. Biasanya, orang-orang yang hendak menuju Gunung Anak Krakatau akan memulai perjalanan dari Dermaga Canti, menuju Pulau Sibesi terlebih dahulu. Dari Dermaga Canti, ada kapal-kapal reguler yang siap membawa penumpang dari dan menuju Pulau Sibesi dengan tarif Rp 25-35 ribu per orang. Kapal-kapal reguler ini memiliki jadwal pelayaran tetap. Pelayaran dengan rute Dermaga Canti-Pulau Sibesi terjadwal setiap pukul 13.00 waktu setempat, sedangkan rute Pulau Sibesi-Dermaga Canti terjadwal setiap pukul 07.00. Penjadwalan ini membuat orang-orang yang akan menuju Gunung Anak Krakatau umumnya akan memilih untuk menginap di Pulau Sibesi dengan tarif sekitar Rp 350-500 ribu per malam. Tak jarang pula, orang-orang memilih untuk menyewa kapal pribadi dengan merogoh kocek yang lumayan besar dibandingkan menunggu jadwal kapal reguler.

Perjalanan membelah laut menuju Gunung Anak Krakatau memang cukup lama. Namun, kita akan merasa terhibur dengan pemandangan langit yang cerah, hamparan laut biru sejauh mata memandang dan pemandangan beberapa biota laut yang berenang mendekati permukaan. Sayangnya, pemandangan indah di lautan lepas tersebut kadang diselingi dengan sampah yang terhanyut di tengah laut. Setelah melalui perjalanan laut yang cukup berombak selama lebih kurang empat jam, kita pun akhirnya bisa menginjakkan kaki di kawasan cagar alam Pulau Anak Krakatau. Pulau Anak Krakatau yang terletak di perairan Selat Sunda ini dikelilingi oleh hamparan pasir berwarna hitam yang unik. Sebelum melakukan pendakian Gunung Anak Krakatau, akan ada pengarahan terlebih dahulu yang diberikan oleh petugas BKSDA Lampung. Mengingat Gunung Anak Krakatau merupakan kawasan cagar alam, sangat dianjurkan untuk tidak menangkap, membunuh, atau membawa satwa masuk ataupun keluar dari kawasan. Selain itu, pengunjung yang akan mendaki juga tidak boleh membuat coretan, menempel sesuatu, membuang sampah sembarangan, menggali lubang yang dapat mengganggu satwa liar, serta tidak diperkenankan untuk melakukan pendakian di luar jalur dengan alasan keamanan.


Cukup hanya berbekal masker dan air mineral, pendakian pun bisa dimulai menuju batas aman yang diperbolehkan untuk didaki, yaitu puncak pertama yang menjulang setinggi 200 meter di atas permukaan laut. Pengunjung tidak diperkenankan mendaki hingga puncak kedua yang memiliki ketinggian nyaris dua kali lipat dari puncak pertama karena alasan keamanan. Perjalanan dimulai dengan memasuki kawasan hutan. Di sini mata kita akan disuguhkan pemandangan dengan warna-warna kontras yang berasal dari perpaduan pasir hitam, batang pohon mati, hingga hijaunya pepohonan yang tumbuh menjulang. Samar-samar, telinga kita juga akan mendengar kicauan burung dari kejauhan yang seakan sedang menyemangati kita untuk terus mendaki. Kicauan burung ini terdengar dari segala penjuru, karena Pulau Anak Krakatau memang memiliki 22 jenis burung menetap dan 20 jenis burung migran.

Setelah melewati hutan, kita pun mulai memasuki jalur pendakian yang ternyata menjadi semakin terjal, berpasir, dan juga dipenuhi batu-batu hasil dari muntahan Gunung Anak Krakatau. Oleh karena itu, perlu waktu paling cepat sekitar 30 menit bagi pendaki awam untuk bisa mencapai puncak pertama dari Gunung Anak Krakatau. Ketika kita telah berhasil menginjakkan kaki di puncak pertama Gunung Anak Krakatau, indra penglihatan kita yang semula hanya melihat hamparan pasir hitam, bebatuan, dan batang-batang pohon, seketika dimanjakan oleh pemandangan luar biasa indah yang terlihat dari puncak atau pos pertama Gunung Anak Krakatau. Kita akan bisa melihat birunya hamparan Selat Sunda yang seakan mengepung keberadaan kita. Warna perairan yang biru seakan saling beradu dengan warna biru langit yang terlihat cerah. Pemandangan ini pun semakin menawan dengan pemandangan Gunung Rakata, Pulau Sertung hingga Pulau Panjang yang menjulang kokoh mengelilingi Gunung Anak Krakatau,


Tentu, perjalanan singkat menjejakkan kaki di Gunung Anak Krakatau tak sekedar menjadi pengalaman yang mendebarkan hati. Lebih dari itu, perjalanan singkat ini juga berhasil membuka mata kita untuk menyadari bahwa ada banyak 'warisan' alam yang perlu kita jaga dan lindungi dengan saling bergandengan tangan. Sehingga pada masanya nanti, anak-cucu kita tidak akan hanya menikmati keindahan 'warisan' alam yang menakjubkan tersebut melalui penuturan cerita belaka.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS