RSS

BERKUNJUNG KE KAWASAN KAMPUNG CINA BENGKULU.


Hampir pada beberapa kota di Indonesia ada yang namanya "kampung Cina". Salah satunya ada di Kota Bengkulu. Di ibu kota provinsi dengan julukan Bumi Rafflesia itu juga ada sebuah kawasan yang disebut Kampung Cina yang terletak di Kelurahan Malabero. Disebut Kampung Cina karena memang di kawasan yang terletak sepanjang Jalan DI Panjaitan dan Jalan Pendakian ini sejak dulu menjadi tempat bermukim masyarakat Cina. Mereka sudah turun temurun tinggal di kawasan yang masuk dalam wilayah Kecamatan Teluk Segara, Bengkulu.

Di sepanjang Jalan DI Panjaitan dan Jalan Pendakian masih terlihat sisa bangunan rumah atau toko yang menjadi ciri khas kebanyakan kampung Cina. Namun, bangunan-bangunan tersebut mulai tergerus usia. Banyak juga bangunan yang sudah berubah bentuk dan sentuhan arsitektur Tiongkok sudah berganti gaya seperti kebanyakan pertokoan modern di berbagai kota di negeri ini. Namun, di Jalan DI Panjaitan masih ada tersisa satu vihara tempat ibadah masyarakat Cina di daerah itu.


Kawasan kampung Cina pada masa tahun 1950-an merupakan pusat perniagaan Bengkulu, yang waktu itu masih menjadi salah satu keresidenan dari Provinsi Sumatera bagian Selatan (Sumbagsel). Penduduk Bengkulu pada waktu itu diperkirakan sekitar 30 ribu jiwa. Jumlah kendaraan beroda empat pun masih bisa dihitung dengan jari. Kawasan Kampung Cina menjadi ramai karena tidak jauh dari situ ada pelabuhan samudera tempat bersandar kapal yang datang membawa barang dari luar Bengkulu.

Layaknya kampung sejenis pada beberapa daerah lainnya, Kampung Cina yang terletak tidak jauh dari pantai Samudra Hindia tersebut pada masa lalu merupakan kawasan pecinan di Kota Bengkulu. Letaknya juga tak jauh dari Benteng Marlborough yang dibangun pemerintah kolonial Inggris. Untuk mencapai Kampung Cina dari Benteng Marlborough bisa dengan berjalan kaki. Sebagai pusat perniagaan Bengkulu pada masa lalu, Kampung Cina juga tidak jauh dari pelabuhan di Pantai Tapak Paderi. Pelabuhan tersebut kini sudah tidak ada, pindah ke pelabuhan Pulau Baai. Sebagai kawasan yang dekat dengan pelabuhan yang sibuk dan ramai, Kampung Cina juga selalu ramai setiap harinya.


Di sudut jalan menuju Kampung Cina dulu berdiri bangunan kantor pelabuhan yang kini berubah menjadi sebuah kafetaria. Dari pelabuhan dan Kampung Cina dulu terjadi transaksi penjualan hasil bumi dari Bengkulu, seperti kopi, cengkeh, sahang atau lada, dan karet yang dibawa oleh kapal-kapal yang berlayar antar pulau.

Berdasarkan sejarah, warga keturunan Tionghoa mulai bermukim di Bengkulu sejak 1689. Yakni setelah diizinkan oleh kongsi dagang Kerajaan Inggris, East India Company (EIC), yang menjalin kerja sama perdagangan lada dengan sejumlah kerajaan di Bengkulu. Pada 1714, telah banyak bangsa keturunan Cina yang menetap di Ujung Karang (Kota Bengkulu sekarang). Mereka umumnya bekerja sebagai buruh perkebunan dan sebagian kecil ada juga yang berdagang. Mereka diberi kedudukan istimewa oleh Wakil Gubernur Joseph Collet saat itu. Warga keturunan Cina tersebut dipimpin oleh seorang kapitan.


Masa itu di pelabuhan Ujung Karang merupakan jantung perekonomian Bengkulu. Sebagai pusat perekonomian, kawasan yang disebut Kampung Cina tersebut menjadi magnet bagi banyak orang untuk datang mengadu nasib, layaknya penduduk daerah yang datang ke Jakarta mencoba peruntungan. Seiring berputarnya waktu, Keresidenan Bengkulu yang kemudian menjadi provinsi Bengkulu lalu memacu pembangunan Kota Bengkulu. Pada masa Orde Baru sekitar tahun 1980-an, Kota Bengkulu pun diperluas. Bersamaan dengan itu pusat bisnis berkembang dan terpencar tidak lagi terpusat di Kampung Cina.

Kawasan Pecinan yang dulu ramai perlahan mulai sepi. Pedagang dan pembeli berpindah ke tempat bisnis yang baru. Dulu di kawasan Kampung Cina ada toko sentra penjualan hasil bumi dan sekarang sudah tutup. Begitu pula toko emas atau toko onderdil kendaraan yang sekarang juga sudah pindah. Namun, pasca pergantian gubernur Bengkulu, Ridwan Mukti, ada rencana untuk menghidupkan kembali Kampung Cina menjadi tempat berniaga. Rencananya, mantan Bupatu Kabupaten Musi Rawasa tersebut ingin menjadikan Kampung Cina sebagai pusat kawasan kuliner Bengkulu. Ridwan Mukti pun mencanangkan Visit to Bengkulu 2020 dengan mempersiapkan sejumlah destinasi wisata, salah satunya dengan melakukan revitalisasi kawasan Kampung Cina. Juga direncanakan mengadakan Festival Cina Town 2020.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar