RSS

MENIKMATI KEINDAHAN KAIN TENUN NTT


Ingin memiliki kerajinan asli dari daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) ? Datanglah ke Ina Ndao, pusat kerajinan kain tenun khas NTT yang terletak di Jalan Kebun Raja II, Naikoten I, Kupang, NTT. Galeri sekaligus workshop yang letaknya jauh dari jalan raya itu merupakan tempat pembuatan karajinan tenun sekaligus penjualan kerajinan khas NTT lainnya seperti alat musik sasando, tasbih cendana, dan topi khas NTT Ti’i Langga. Selain kain tenun, kerajinan tangan lainnya adalah titipan oleh para pengrajin di NTT. Bagian depan Ina Ndao digunakan sebagai galeri. Sedangkan di bagian belakang digunakan sebagai tempat produksi kain tenun. Di sana terdapat bahan baku seperti kain, benang, kayu, dan peralatan produksi lainnya yang masih tradisional karena pembuatannya tidak menggunakan mesin sama sekali. Untuk bahan baku dari kayu, yang diambil biasanya kayu jati dan kayu bayam. Kayu jati diambil dari Pulau Timor sedangkan kayu bayam diambil dari Sulawesi.



Di tempat produksi itu, ada sekitar lima orang pengrajin. Namun, sebenarnya Ina Ndao memiliki 24 pekerja lainnya yang tersebar di workshop yang letaknya terpencar-pencar. Semua produk tenun dan kerajinan khas NTT ada di Ina Ndao. Dan, semua hasil produk itu dikerjakan oleh tenaga kerja asal NTT juga, masyarakat dari berbagai daerah di NTT. Mulai dari Timor, Rote, Sabu, Flores, Pulau Sumba, Alor, dan Lembata. Semua kain tenun ikat dari 21 kabupaten/kota di NTT ada di sini. Motif dan coraknya pun bermacam-macam. Motif kain tenun yang dihasilkan tidak melulu dengan gaya lama. Tetapi, juga disesuaikan dengan perkembangan zaman. Namun, modifikasi motif itu tidak keluar dari ciri khas dan keunikan setiap daerah di NTT.

Proses pembuatan kain tenun ini dimulai dengan membuat bola benang. Kemudian, menghani, yaitu menyusun bola-bola benang di atas mesin tenun. Alur berikutnya adalah mengikat benang menjadi sebuah motif yang dilanjutkan pewarnaan. Setelah itu, benang yang sudah diikat, dibuka dan kemudian motif kembali diatur. Langkah terakhir adalah mulai menenun kain. Harga produk tenun yang dijual di toko bisa sangat bervariasi. Mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung dari tingkat kesulitan pembuatan dan kerumitan motif serta warnanya. Semakin rumit dan banyak warna, maka harganya akan makin mahal. Syal tenun dihargai mulai dari Rp 15 ribu dengan lebarnya 10 cm. Ada juga yang Rp 35-40 ribu. Yang membedakan harga adalah prosesnya. Tenun Sumba rata-rata Rp 2-3 juta karena prosesnya sulit dan bisa dikerjakan sampai dua atau tiga bulan. Paling mahal, Rp 5 juta untuk selembar kain tenun. Setiap bulan, rata-rata kain tenun yang dihasilkan mencapai 40 lembar. Semua kain tenun itu ada yang dijual di Kupang dan juga memenuhi permintaan dari luar NTT.


Menurut Dorce Luci, Pemilik Ina Ndao, kain tenun khas NTT sekarang sudah dikenal oleh masyarakat dunia. Selama ini kegiatan promosi berupa pameran dan festival sudah dilakukan meski belum sering. Orang mengenal tenun ikat khas NTT ini seperti orang mengenal batik dari Pulau Jawa. Saat SBY menjabat sebagai Presiden RI sempat ada kegiatan APEC di Bali, dan atas prakarsa Presiden SBY, seluruh peserta yang adalah kepala negara itu mengenakan tenun ikat khas NTT, termasuk Presiden AS, Barack Obama. Begitu pun dalam kegiatan Hari Pers Nasional 2016. Seluruh tamu dan wartawan yang menghadiri kegiatan mengenakan tenun ikat khas NTT. Dorce pun juga sudah membawa dan memperkenalkan berbagai motif tenun ikat khas NTT ini ke sejumlah daerah di luar NTT, termasuk di beberapa negara di dunia. Dengan kondisi ini, maka hal ini bisa menjadi peluang baginya untuk terus gencar memproduksi, mempromosikan dan mengembangkan tenun ikat khas NTT.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar