Kota Sorong terletak di Provinsi Papua Barat dan memiliki penduduk kurang lebih 255.100 jiwa pada tahun 2014. Sorong yang letaknya sangat strategis, juga merupakan kota industri, perdagangan dan jasa, karena dikelilingi oleh kabupaten lain yang mempunyai sumber daya alam yang sangat potensial, sehingga membuka peluang bagi investor dalam maupun luar negeri untuk menanamkan modalnya. Bila anda sempat berkunjung ke kota Sorong, jangan lupa membeli buah tangan. Ada berbagai oleh-oleh khas Sorong yang bisa menjadi pilihan, mulai makanan seperti abon gulung, sagu, sampai kain tenun Papua dan kerajinan kayu.
KAIN TENUN PAPUA
Di Sorong ada beberapa toko oleh-oleh yang menyediakan kain tenun Papua. Namun, bagi yang ingin mendapatkan langsung dari perajin sekaligus melihat cara pembuatannya, bisa berkunjung ke Sanggar Pelatihan Industri Tenun Papua dan Souvenir Papua milik Yakomina Isir, Sp.D yang berada tak jauh dari kawasan Puncak Arfak. Sanggar milik Jocke, panggilan akrab Yakomina, ini berada di bilangan Jalan Gunung Merapi, Distrik Sorong Barat, Sorong. Jocke bercerita, bagi masyarakat Papua, fungsi kain tenun tradisional sangat berperan penting dalam adat kehidupan mereka. Misalnya menjadi alat pembayaran dan mas kawin, serta alat pendamai untuk sengketa dan penyambung hubungan sosial. Maka tak heran bila sejak dini, kaum perempuan di wilayah ini diharuskan belajar menenun.
Jocke sendiri mengaku belajar menenun dari seseorang yang biasa ia panggil Suster Misy selama enam bulan. Ternyata, setiap habis diproduksi, kain tenunnya langsung terjual. Kini, selain masih aktif menenun, Jocke juga mengajarkan keterampilan menganyam bagi masyarakat lokal, membuat sanggul Papua, dan aksesori lain untuk upacara adat. Tak heran, jika di toko oleh-oleh yang ia kelola, tak hanya menyediakan tenun Papua saja, tetapi juga hasil kerajinan dan aksesori lainnya. Sebelum membuka pelatihan membuat kerajinan dan menenun kepada perempuan Papua, di tahun 2004, perempuan asal Maybart ini bergabung dengan Bapak Samsudin Ajam asal Ternate yang merupakan pimpinan Kopersada dan mengajukan program mempromosilan budaya Papua lewat tenun. Program yang diajukannya pun lantas disetujui hingga pelatihan yang ia selenggarakan itu dibiayai sepenuhnya.
Dalam menenun, Jocke tidak bisa sembarangan memilih motif. Ia harus meminta izin kepada kepala suku dan menyepakati hanya satu jenis kain saja yang boleh dijual secara bebas, yaitu Bohirim. Sebetulnya ada lima belas nama kain yag ada, tetapi memang hanya Bohirimlah yang dipilih agar tidak menghilangkan nilai budaya untuk kain yang lain. Tahun 2006 saat ditugaskan di Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Jocke makin giat mempromosikan kerajinan tenun Papua dan kerajinan lainnya. Sampai akhirya ia mengurus badan hukumnya di tahun 2013 dan membuat lembaga pelatihan dengan nama Sanggar Pelatihan Industri Papua dan Suvenir Papua yang sekarang ia kelola.
Lewat sanggar miliknya, Jocke bisa menghasilkan tak kurang dari 500 hingga 600 kain dalam setahun untuk dijual. Kainnya ada yang berukuran 2,5 meter, bisa dibuat untuk baju, jas, atau rok. Ada juga kain seukuran taplak meja ataupun selendang. Harga kainnya bervariasi, mulai dari Rp 300.000 hingga jutaan rupiah. Para anggota pelatihan dari sanggar miliknya pun terus mempromosikan kain tenun asal Papua ini. Jocke memang memiliki banyak pengrajin. Ia menerapkan sistem, setiap produk yang dibawa pengrajinnya ada nilai perhitungannya. Misalnya apakah hanya tenaganya saja yang dibayar, karena bahannya Jocke yang menyediakan, atau memang tenaga dan bahan dari pengrajin sendiri, baru setelah diserahkan kepada Jocke, ditentuan nilai harganya. Tidak hanya untuk kain, tetapi berlaku juga utuk kerajinan lain seperti manik, anyaman, dan topi. Dan upah kerja yang diberikan Jocke sudah sesuai dengam standar negara.
ROTI ABON GULUNG
Selain kain tenun Papua, roti abon gulung merupakan penganan khas Tanah Papua. Ada berbagai merek dagang abon gulung yang bisa menjadi pilihan. Untuk menemukan roti abon gulung ini, wisatawan bisa mencarinya di beberapa lokasi, mulai dari ruas jalan besar seperti Jalan Ahmad Yani hingga Bandara Domine Eduard Osok. Roti abon gulung mempunyai cita rasa yang unik, ukurannya juga besar dan berdiameter tebal. Roti abon gulung yang tebal tadi diisi penuh oleh gulungan abon yang juga tak kalah banyak. Ada beberapa jenis roti abon gulung yang ditawarkan, mulai dari roti abon gulung original, roti abon gulung tuna, dan lain-lain. Beberapa merek bahkan menawarkan roti abon gulung dengan sosis dan tambahan bahan lainnya,
Untuk harga, roti abon gulung dihargai mulai dari Rp 125.000 hingga Rp 135.000 per kotak berisi 10 buah, Ada pula ukuran mini yang dijual dengan harga Rp 85.000 hingga Rp 95.000 per kotak berisi 10 buah. Para penggemar roti abon gulung tak akan melewatkan kesempatan untuk menikmati roti nan empuk dan gurih ini. Tak hanya para pendatang dan pelancong saja, tetapi masyarakat setempat juga menggemari penganan ini,
KERAJINAN KAYU KHAS PAPUA
Kerajinan khas Papua dikenal karena menggunakan bahan kayu ataupun serat kayu dan rumput-rumput kering. Sebut saja koteka, hiasan dinding, tas, hingga aksesori lain yang menarik untuk dijadikan oleh-oleh. Jika anda memilih ingin membeli kerajinan kayu sebagai oleh-oleh, sebuah toko kerajinan di kawasan Puncak Arfak menjadi pilihan tepat untuk disambangi. Toko kerajinan yang sudah berdiri sejak tahun 90-an ini, menjual berbagai kerajinan dari berbagai daerah di Papua, misalnya Wamena dan lain-lain. Walaupun toko ini tidak memiliki nama, toko ini dikenal memiliki pilihan yang beragam atau komplet. Sebut saja toko kerajinan di Puncak Arfak, semua orang pasti mengenalnya.
Tak heran, saat memasuki toko ini, banyak kerajinan khas yang unik dan menggoda mata untuk dijadikan oleh-oleh. Harga yang dipatok bervariasi, ada yang harganya Rp 20.000 seperti gelang, sampai yang harganya jutaan seperti hiasan dinding dari kerajinan kayu dan bulu Cendrawasih. Untuk koteka, dijual dengan harga Rp 100.000 hingga Rp 150.000. Beberapa wisatawan juga keram memburu tas noken atau tas anyaman dari kertas kayu. Harganya bervariasi dari Rp 150.000 sampai Rp 450.000. Salah satu jenis kerajinan kayu yang banyak dicari wisatawan adalah hiasan dinding terbuat dari kayu asal suku Dani. Hiasan dinding ini memang bisa menjadi oleh-oleh khas yang menarik, walaupun hiasan dinding yang terbuat dari busur panah yang dihiasi bulu-bulu Cendrawasih ini harganya cukup tinggi, karena selain ukurannya besar, pembuatannya pun cukup rumit. Begitu pula hiasan dinding dari kaki buaya yang dijual dengan harga mulai dari Rp 250.000. Ada pula pajangan kayu berupa ukiran-ukiran dengan harga mulai Rp 500.000. Biasanya, wisatawan mancanegara yang menyukai hiasan dinding atau patung ukiran ini.
SAGU DAN IKAN ASAP CAKALANG
Masih belum puas dan ingin membawakan oleh-oleh khas Sorong lainnya ? Sebaiknya anda berkunjung ke Pasar Sentral. Pasar yang berada di pusat kota dan bisa dijangkau dengan mudah menggunakan transportasi umum ini menjadi salah satu pilihan untuk berburu oleh-oleh. Seperti pasar tradisional pada umumnya, banyak pedagang yang juga menjajakan bahan-bahan kebutuhan pokok. Tak heran, kondisi Pasar Sentral pun ramai dan penuh sesak. Pengunjung atau wisatawan akan menemukan buah tangan yang hanya bisa didapatkan di pasar ini, yaitu kue sagu dan ikan asap cakalang.
Di bagian belakang pasar, anda akan menemukan beberapa penjual camilan sagu yang terbuat dari berbagai bahan makanan seperti singkong dan ubi jalar. Harganya pun terhitung murah. Untuk satu bungkus camilan sagu, ditawarka mulai dari Rp 20.000. Biasanya pedagang akan menjelaskan keunikan masing-masing camilan ini. Sagu yang terbuat dari singkong memang lebih keras daripada sagu dari ubi jalar sehingga pedagang biasanya menyarankan mencelupkannya lebih lama dalam minuman hangat. Selain bisa menjadi camilan sehat, sagu yang terbuat dari ubi jalar juga bisa dijadikan bahan untuk membuat bubur yang lezat.
0 komentar:
Posting Komentar