Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), terus memikat pelancong. Mereka berdatangan untuk menikmati keanekaragaman potensi wisata yang terus berkembang. Lombok dikenal dengan julukan Pulau Seribu Masjid, karena nuansa religinya begitu terasa di pulau itu. Siapa pun yang menjejakkan kaki di Lombok akan langsung merasakan kehidupan spiritual di sana yang penuh kesantunan.
Tak jauh dari Bandara Internasional Lombok di Praya, Lombok Tengah, ada sebuah desa wisata yang harus dikunjungi. Namanya Desa Wisata Setanggor. Letaknya di Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah. Ini hanya berjarak sekitar lima kilometer dari Bandara Internasional Lombok. Ada 14 titik wisata yang ditawarkan bagi pegunjung di sini, mulai dari wisata budaya, pendidikan, agrobisnis, kuliner, dan tentunya wisata alam yang begitu mempesona. Namun yang menarik ialah wisata religi. Pengunjung bisa mengaji di tengah hamparan sawah yang begitu hijau di Dusun Setanggor Barat I.
Wisata mengaji di tengah sawah memberikan pengalaman baru bagi setiap wisatawan yang datang. Hal ini juga selaras dengan program 'Magrib Mengaji' yang digagas Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi. Mengaji di tengah sawah dilakukan usai shalat Ashar sampai Maghrib dengan didampingi ustaz, dan ditemani nyala api obor. Suasana mengaji di tengah sawah tentu semakin menambah keimanan. Membaca kalam Ilahi semakin nikmat, karena semakin menikmati keindahan ciptaan Allah. Pengunjung tidak hanya bahagia menikmati keindahan alam, tapi juga bersyukur, karena dapat melihat kebesaran Allah dalam bentuk keindahan alam.
Setanggor memang dikonsep sebagai desa wisata halal. Dulunya daerah ini dikenal dengan sebutan Texas, karena banyak yang menjual tuak. Namun, sekarang sudah tidak ada lagi yang menjual minuman keras. Masyarakat di sana mencari uang dengan cara yang halal. Perlahan, Setanggor pun berubah menjadi desa wisata yang berbasis halal dan ramah bagi setiap wisatawan yang datang. Penggagas Desa Wisata Setanggor, Ida Wahyuni, tak menampik jika usahanya mengubah wajah Setanggor kerap menemui hambatan. Namun, itikad baik dalam membangun masyarakat di desa asal ayahnya itu membuat ia optimistis untuk terus maju.
Komitmen membangun desa wisata yang berbasis religi ditunjukkan dengan tidak ada riba dalam setiap pembangunan desa wisata ini. Modal awal Rp 20 juta ia keluarkan dari kas pribadinya. Perempuan asli Lombok ini mulai merintis Desa Wisata Halal Setanggor pada September 2016. Masyarakat kemudian membantu perjuangannya membangun desa itu. Mereka mengubah cara hidup. Yang semula kerap mabuk-mabukan berubah menjadi mengikuti pengajian. Masyarakat juga fokus bercocok tanam. Mereka menyadari, lingkungan sekitar harus dibentuk dengan tatanan nilai untuk membentuk akhlak mulia. Tujuannya agar generasi penerus dapat berperangai terpuji. Akhlak terpuji adalah kunci untuk menjaga etika masyarakat dari keterpurukan.
0 komentar:
Posting Komentar