Siapa yang tak kenal dengan Candi Prambanan di Yogyakarta atau Candi Borobudur di Magelang ? Semua masyarakat Indonesia pasti sudah mengetahuinya bahkan sering mengunjunginya. Namun, sebetulanya di kawasan perbatasan timur Yogyakarta dan Jawa Tengah, masih terdapat candi-candi lain yang namanya memang tidak terlampau populer. Candi-candi 'marginal' tersebut berada di antara perbukitan Gunung Sewu dan perpanjangan Gunungkidul di sisi timur Kota Yogyakarta. Untuk mengunjunginya pun tidak sulit, bisa dengan memakai kendaraan pribadi atau sewaan. Berikut enam candi-candi marginal yang bisa dikunjungi hanya dalam waktu setengah hari :
CANDI KEDULAN
Candi Kedulan terdapat di Dusun Kedulan, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman. Kompleks candi yang diperkirakan berasal dari kebudayaan Hindu pada zaman Kerajaan Mataram Kuno abad 8 dan 10 M itu tampak berserakan. Candi Kedulan berada di bawah tanah sedalam delapan meter. Kesan pertama ketika melihat candi ini seperti dibangun di dalam sebuah kolam. Candi Kedulan yang sudah tertimbun pasir lava Gunung Merapi selama berabad-abad itu ditemukan pada 1993 oleh penambang pasir dalam keadaan runtuh.
Dari hasil rekonstruksi, Candi Kedulan merupakan candi induk berbentuk bujur sangkar dengan tiga buah candi perwara di sisi timurnya. Di sini bisa dijumpai arca mahakala, arca nandiswara, dan sebuah arca sapi tanpa kepala. Meskipun tubuh dan atap candi ini belum seluruhnya selesai disusun, Candi Kedulan tetap menarik untuk dikunjungi. Di sini kita bisa temui banyak relief bermotif batik dengan ukiran yang sangat rumit, halus, dan indah. Berdasarkan prasasti Pananggaran dan Sumudul yang berangka 791 Saka atau tahun 869 Masehi yang ditulis dalam huruf Palawa berbahasa Sansekerta, Candi Kedulan dibangun pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Kedua prasasti tersebut yang berisi kisah mengenai pembebasan pajak tanah pembuatan bendungan dan irigasi serta pendirian bangunan suci Tiwahayyan pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Bangunan suci Tiwahayyan itulah yang kemudian diperkirakan sebagai Candi Kedulan.
CANDI PLAOSAN
Candi Plaosan adalah candi 'kembar' yang berada di reruntuhan batu-batu, berlokasi di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan. Candi Plaosan yang dipisah oleh sebuah jalan desa ini kemudian lebih dikenal sebagan Candi Plaosan Lor (utara) dan Candi Plaosan Kidul (selatan). Lokasi kedua kompleks candi tersebut berada di antara hamparan sawah dan perkampungan. Candi Buddha ini dibangun oleh seorang putri raja bernama Pramodhawardhani atau Sri Kahulunan dari Dinasti Sailendra yang didampingi suaminya dari dinasti Hindu bernama Rakai Pikatan pada abad ke-9 M.
Untuk memasuki kompleks candi yang luas ini kita perlu membayar tiket masuk sebesar Rp 3000. Relief-relief yang terpahat di dinding candi terlihat sangat detail dan rapi, mengingatkan relief-relief di Candi Borobudur. Candi Plaosan memiliki dua bangunan induk berupa candi kembar bertingkat dua menghadap ke arah barat yang dikelilingi enam buah stupa besar. Selain stupa, Candi Plaosan juga dikelilingi pagar batu dan candi perwara kecil berjumlah 174 buah. Pada beberapa perwara dijumpai tulisan-tulisan yang mewartakan bahwa candi ini merupakan bentuk sumbangan dari bawahan raja.
Di dalam dua candi induk itu terdapat enam lorong ruangan. Di ruang tengah terdapat dua arca Buddha duduk berderet di atas Padadmasana menghadap pintu. Jika matahari sedang bersinar dari arah barat, secara otomatis sinarnya akan masuk dan menyinari arca Buddha. Sungguh suatu pemandangan yang eksotis. Di sebelah utara, terdapat selasar panggung batu berbentuk umpak-umpak batu yang menyimpan 22 arca dengan kondisi sebagian sudah hancur.
CANDI BANYUNIBO
Lokasi Candi Banyunibo berada di Dusun Cepit, Kelurahan Bokoharjo, Kecamatan Prambanan. Banyunibo dalan bahasa Jawa yang berarti "air yang menetes" ini merupakan candi Buddha yang dibangun pada abad ke-9. Situs candi ini berada di sebuah lembah sempit yang dikelilingi dusun dan persawahan. Suasana di sekitar candi sangat tenteram dan sejuk karena dikelilingi pepohonan rindang dan sebuah sungai kecil mengalir di depan candi. Saking terpencilnya keberadaan candi ini, sebutan lain untuk Candi Banyunibo adalah "Si Sebatang Kara Candi Banyunibo".
Dengan harga tiket masuk Rp 2000 saja pengunjung akan dimanjakan oleh keindahan bangunan candi berbentuk tambun dengan atap melengkung dengan stupa bertengger di atapnya. Ketika candi ini ditemukan pada 1940, kondisinya dalam keadaan runtuh hingga pada 1973 dilakukanlah pemugaran. Candi Banyunibo sendiri terdiri dari sebuah bangunan induk dan enam buah candi perwara. Tiga buah berada di selatan dan tiga buah lainnya berada di sebelah timur. Di setiap sisinya terdapat dua buah jendela dan pada bagian dinding sebelah selatan dan utara terdapat relief.
CANDI SOJIWAN
Candi Sojiwan berada di Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan. Candi ini berada di pinggir jalan desa dengan lingkungan yang asri dan menenangkan. Tiket masuk candi ini sebesar Rp 2000. Candi Sojiwan yang tinggi menjulang menghadap barat ini berdiri di atas lahan seluas 100 meter, dengan sebuah stupa besar dan dikelilingi stupa-stupa kecil di bawahnya, memberi kesan bahwa candi ini merupakan candi Buddha.
Nama "Sojiwan" ditafsirkan ada hubungannya dengan Rakyan Sanjiwana yang disebut-sebut dalam prasasti Rukam yang berangka tahun 829 Saka atau 907 Masehi. Prasasti itu mengabarkan bahwa Sanjiwana adalah nenek Raja Balitung pada zaman Mataram Kuno yang memerintah pada 896-930 M dengan gelar Watukumara. Adapun yang menarik pada Candi Sojiwan ini adalah relief-relief fabel yang sarat pesan moral terpahat di bawah selasar candi yang mengisahkan Kambing dan Gajah, Buaya dan Kera, Perkelahian Banteng dan Singa, Seekor Burung dengan Dua Kepala, Gajah dan Sebatang Kayu Pada Belalainya, Lembu Jantan dan Seekor Serigala, Manusia Berkepala Singa, dan lain-lain.
CANDI BARONG
Dari kejauhan, Candi Barong ini tampak menyeruak di atas bukit Batur Agung di Dusun Candisari, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, atau sekitar 300 meter ke arah timur dari Situs Kraton Boko. Jalan menuju Candi Barong tidak semulus menuju candi-candi lainnya, jalannya sempit, menanjak, dan agak rusak. Jika dilihat sepintas, Candi Barong memiliki bentuk yang agak aneh dan janggal. Keanehan itu bisa ditemukan saat kita memasuki candi, karena kita akan dibuat kebingungan mencari anak tangga untuk menuju puncak candi setingga 9,05 meter yang menghadap arah barat itu.
Candi Barong yang bisa dimasuki tanpa biaya ini merupakan sepasang candi suci tempat pemujaan Dewa Wisnu dan Dewi Sri yang dibangun pada abad 9-10 M. Lokasi candi ini berada di atas sebuah punden berundak yang tersusun dari tiga teras. Barangkali karena hiasan kalamakara yang menyerupai barong bercorak Hindu pada gapuranya, maka candi ini dinamai Candi Barong.
CANDI IJO
Candi Ijo berada di Dukuh Nglengkong, Dusun Groyokan, Desa Sambirejo. Untuk menuju ke sana, kita perlu melewati ruas jalan yang tanjakannya sangat curam dan berkelok-kelok, melewati perkampungan dan tebing Breksi. Letak Candi Ijo berada di atas bukit kapur berwarna hijau atau gumuk ijo. Letaknya yang berada di atas ketinggian 410 mdpl, membuat Candi Ijo dikenal sebagai kompleks candi tertinggi di Yogyakarta. Berada di kompleks candi ini, pemandangan Kota Yogyakarta yang berada di bawah sana terlihat sangat indah. Keindahan itu kian bertambah ketika dipadukan dengan langit merah kesumba seiring tenggelamnya matahari. Terlihat pula landasan terbang Bandara Udara Adisucipto terhampar di bawahnya, lengkap dengan seluruh kegiatan di sana.
Untuk memasuki Candi Ijo tidak dipungut bayaran. Candi ini sudah mulai dikenal luas, terbukti dengan banyaknya wisatawan lokal di pelataran candi dan beberapa turis asing. Candi Ijo yang dibangun pada zaman Mataram Kuno abad ke-9 ini memiliki 17 struktur bangunan yang terbagi dalam sebelas teras berundak. Ada empat bangunan dalam kompleks ini, satu candi utama yang diapit tiga candi perwara sebagai simbol Hindu Trimurti, yaitu penghormatan kepada Dewa Brahma, Shiwa, dan Whisnu. Bangunan candi utama dan tertinggi merupakan candi yang sakral, yaitu dengan adanya bak tempat pembakaran.
0 komentar:
Posting Komentar