Selain Benteng
Van Der Wijck, Kebumen ternyata memiliki potensi eduwisata yang layak
dikunjungi. Di kota kecil di selatan Jawa Tengah ini, wisatawan bisa belajar
menanam bakau, mengenal ragam kupu-kupu, hingga bermain dan belajar budaya.
ALIAN BUTTERFLY
PARK (ABP)
Meski
tergolong baru, Alian Butterfly Park ternyata mampu menarik pengunjung dan
menjadi salah satu obyek wisata Kebumen yang wajib dikunjungi. Obyek wisata ini
menyimpan beragam koleksi kupu-kupu. Digagas dan dibangun oleh dr. Bambang
Gunawan Sp.OG, taman kupu-kupu yang baru diresmikan bulan Juli 2015 ini
berlokasi di Desa Krakal, Kecamatan Alian, Kebumen. Menurut Bambang, taman
kupu-kupu yang didirikannya bertujuan sebagai penangkaran dan pelestarian
populasi kupu-kupu yang ada di Kebumen. Pria asal Kebumen ini juga memilih
merenovasi situs bangunan bekas Belanda di tahun 1905 dan dijadikan obyek
wisata baru.
Taman wisata edukasi kupu-kupu yang dikelola secara profesional di bawah PT Alian Insekta Lestari (Altari) ini menyuguhkan banyak kegiatan. Mulai dari melihat asyiknya kupu-kupu cantik beterbangan di taman, mengamati proses metamorfosa kupu-kupu, hingga museum koleksi kupu-kupu yang sudah diawetkan. Hanya dengan membayar uang masuk sebesar Rp 20.000, pengunjung bisa menikmati taman ini dengan bantuan petugas pemandu yang siap memberikan informasi. Begitu masuk ke dalam taman berkonsep indoor ini, akan terlihat pemandangan kupu-kupu indah yang asyik beterbangan dan hinggap di beberapa bunga dan tanaman. Taman yang ditutup oleh jaring-jaring rapat supaya kupu-kupu tidak terbang keluar ini juga terlihat bersih. Bagi yang suka fotografi, taman ini biasanya juga menjadi pilihan untuk hunting foto kupu-kupu yang cantik. Beberapa spot yang asyik juga biasanya dimanfaatkan pengunjung untuk berfoto bersama ratusan kupu-kupu.
Terbagi dalam
beberapa ruangan, pengunjung bisa leluasa bergerak dan mencari beragam
informasi. Fasilitas museum kupu-kupu tak hanya menampilkan jenis kupu-kupu dan
asal daerahnya tetapi juga dilengkapi dengan film dokumenter yang menjadi
edukasi bagi pengunjung. Apabila ingin melihat dan belajar lebih dalam mengenai
peternakan kupu-kupu, pengunjung bisa meminta bantuan petugas untuk
mengantarkan ke lokasi penangkaran yang berlokasi tidak jauh dari ABP. Ada
sekitar 130 jenis kupu-kupu yang diternakkan di ABP, termasuk kupu-kupu yang
langka. Misalnya saja kupu-kupu gajah yang memiliki tubuh dan sayap besar.
Total ada 11 jenis kup-kupu andalan yang dikenalkan kepada masyarakat, yaitu Troides Helena, Papilio Polytes, Papilio
Memnon, Papilio Demoleus,
Pachliopta Aristolochiae, Losario Coon,
Hypolimnas Missipus, Hypolimnas Helena, Graphium Agamemnon, Danaus
Chrysippus, dan Acraea Violae.
Sementara koleksi kupu-kupu yang diawetkan di museum berjumlah 800 jenis, berasal
dari seluruh Nusantara.
Tak hanya belajar mengenal ragam kupu-kupu, pengunjung juga bisa melihat beberapa tanaman yang menjadi pakan ulat kupu-kupu di taman. Menurut Bambang, kupu-kupu yang ada di Indonesia dan taman miliknya tidak sulit untuk diternakkan. Kupu-kupu terus berkembang karena mudah bertelur. Oleh karena itu, di taman ini banyak pohon dan bunga, yang selain menjadi sumber makanan, juga menjadi tempat berkembangnya ulat kupu-kupu. Apabila pengunjung beruntung, mereka dapat melihat proses ulat yang tengah berusaha lepas dari kepompongnya sebelum menjadi kupu-kupu. Setelah puas belajar mengenal kupu-kupu dan melihat langsung bagaimana kupu-kupu diternakkan, pengunjung juga bisa mengunjungi dan membeli souvenir untuk dibawa pulang. Berbagai kerajinan tangan seperti bros berbentuk kpu-kupu hingga kaus menjadi oleh-oleh dan tanda mata khas eduwisata ABP.
PANTAI AYAH
Setelah berkunjung
ke Kecamatan Alian, wisatawan bisa meneruskan perjalanan menuju Gombong, salah
satu kecamatan yang dikenal memiliki obyek wisata menarik. Di antaranya adalah
Pantai Ayah yang berjarak 40 kilometer dari kota Gombong. Selain menikmati
keindahan pantai, di sana juga terdapat wisata edukasi yang tak kalah menarik,
yakni berkeliling hutan bakau. Ketua Komunitas Pecinta Lingkungan Pantai
Selatan (KPL Pansela), Sukamsi, yang biasa memandu wisatawan berkeliling hutan
bakau menjelaskan, sebelum menjadi obyek wisata seperti saat ini, bagian
Pesisir Selatan ini memang sempat porak poranda diterjang tsunami. Akibatnya,
menanam bakau menjadi salah satu solusi warga sekitar pantai.
Sukamsi sebagai penggagas komunitas pun kemudian mulai mengajak warga untuk melakukan penanaman bakau dan mengawasinya. Setidaknya, sejak tahun 2003, kegiatan tanam bakau ini sudah mencakup areal seluas 50 hektar dari 150 hektar lahan. KPL Pansela juga membuka pintu lebar-lebar bagi pengunjung yang ingin berpartisipasi ikut menanam bakau. Hasil kerja keras Sukamsi dan KP Pansela memang terlihat dengan rimbunnya hutan bakau di sepanjang Pantai Ayah. Melihat potensi keindahan sekaligus pentingnya edukasi menanam bakau, KPL Pansela lalu membuka trip berkeliling hutan bakau dengan perahu dan petugas KPL Pansela sebagai pemandu.
Selain bisa
mendapatkan banyak informasi mengenai tanaman bakau, pengunjung juga bisa
merasakan sensasi adventure
berkeliling hutan bakau di sepanjang Pantai Ayah. Wisata edukasi ini memang
tidak setiap hari bisa dijumpai karena kebanyakan pengunjung ramai datang di
penghujung minggu. Dengan biaya sebesar Rp 250.000, pengunjung yang terdiri
dari 8 hingga 10 orang dapat menaiki perahu dan mengikuti trip mengelilingi hutan bakau di Pantai Ayah. Bahkan apabila ingin
mencoba menanam bakau langsung di lokasi, petugas KPL Pansela dengan senang hati
akan menawarkan bibit bakau untuk ditanam.
Sayangnya,
wisata edukasi ini masih terbatas, karena selain minimnya kapal milik KPL
Pansela, pihak Dinas Pariwisata pun belum melirik dan mendukung. Padahal, jasa
membawa wisatawan mengelilingi hutan bakau dapat membantu ekonomi masyarakat
sekitar. Belum lagi soal sarana pendukung yang juga kurang memadai. Andai saja,
semuanya telah lengkap, maka wisata keliling hutan bakau ini pun bisa menjadi alternatif
bagi pengunjung untuk menikmati liburan yang berbeda. Tapi Sukamsi dan
komunitasnya tak pernah lelah untuk terus membangun dan mengenalkan eduwisata
ini. Mereka bahkan mengupayakan ada jembatan agar pengunjung dapat menjelajah
ke seluruh area hutan sehingga eduwisata dapat dinikmati dengan berbagai cara.
Baik menjelajah lewat transportasi air dengan perahu ataupun berjalan-jalan di
atas jembatan.
Agar eduwisata
juga tidak mengganggu ekosistem bakau yang ada, teman-teman dari KPL Pansela
selalu siap mendampingi dan memberikan informasi kepada pengunjung. Dengan
pendampingan, biota di habitat bakau seperti burung ataupun kepiting juga tidak
akan terganggu.
ROEMAH MARTHA
TILAAR
Selain Pantai
Ayah, eduwisata yang bisa dikunjungi di Kecamatan Gombong adalah Roemah Martha
Tilaar. Ya, ikon dan pendiri produk kecantikan sukses di Tanah Air ini
mendirikan rumah budaya yang penuh kegiatan positif di Jalan Sempor Lama, Desa
Wonokriyo, Gombong, Kebumen. Berawal dari niat memberikan kontribusi bagi kota
kelahirannya, sejak Desember 2014 lalu Martha Tilaar meresmikan rumah budaya
ini. Selain menyajikan informasi seputar perjalanan hidup Martha Tilaar, Roemah
Martha Tilaar juga mengadakan berbagai kegiatan sosial dan menyediakan wadah
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sekitar.
Bangunan bergaya arsitektur Belanda ini dulunya rumah milik Liem Siauw Lam, yang tak lain adalah kakek Martha. Rumah seluas 2000 meter persegi ini memiliki ruang-ruang dengan beberapa fungsi. Dengan halaman depan yang luas, pengunjung dapat duduk nyaman di bawah pohon yang rindang. Beberapa kursi taman juga disediakan tersebar dan bisa menjadi spot foto menawan dengan latar belakang bangunan rumah yang diperkirakan didirikan tahun 1920-an ini. Para pengunjung akan ditemani tour leader yang siap memberikan informasi mengenai sejarah rumah beserta isinya. Mulai dari teras rumah, atmosfir bangunan tua ini sungguh terasa. Memasuki ruang tamu, terpasang foto-foto lama pemilik rumah, silsilah keluarga dan foto masa kecil Martha Tilaar juga ikut menjadi pemandangan di ruang ini.
Empat ruang
tidur dengan beberapa furnitur tua menyimpan ceritanya masing-masing. Setelah
menyusuri lorong, pengunjung akan sampai di teras belakang yang difungsikan
sebagai ruang makan. Halaman belakang yang luas pun dijadikan tempat berbagai
aktivitas bagi para anggota komunitas. Berbagai pertunjukan seni juga sering
digelar di rumah ini. Terdapat dua paviliun mengapit rumah utama di tengah.
Paviliun sebelah kanan difungsikan sebagai museum karena menjadi tempat tinggal
dan tempat lahir Martha Tilaar selama sepuluh tahun. Sedangkan paviliun sebelah
kiri dikemas sebagai ruang pamer produk Martha Tilaar, galeri UMKM Kebumen,
serta sebagai aula untuk kegiatan indoor.
Menariknya, di rumah ini pengunjung juga bisa terlibat di berbagai kegiatan
budaya. Untuk bisa menikmati rumah budaya ini, pengunjung tidak dikenakan
biaya.
0 komentar:
Posting Komentar