Kota ini telah
ratusan tahun meretas jalan panjang masa ke masa riwayat Nusantara. Kota
Bengkulu menjadi sekeping emas di tengah rantai sejarah kerajaan, hingga
kolonialisme bercokol di wilayahnya. Bengkulu disebut-sebut kota yang berbeda
dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Kota yang berada di pantai barat Pulau
Sumatera ini memiliki panorama alam yang begitu eksotis. Mayoritas wilayah
induknya, Provinsi Bengkulu membujur sepanjang pantai sekitar 525 km. Garis
pantai yang sejajar dengan Bukit Barisan membuat wilayah yang langsung
berhadapan dengan Samudra Hindia itu mengundang kekaguman.
Semua
aktivitas dan denyut peradaban di daerah berhawa panas ini memang bersandar
pada eloknya garis pantai yang dikenal dengan nama Pantai Panjang tersebut. Kendati
begitu, lazimnya wilayah peninggalan kolonial, Begkulu menyajikan sisa pemetaan
kolonial yang begitu ciamik. Morfologi di pusat kota dibangun dalam berbagai
sentuhan terpisah, mulai dari peradaban Melayu, Bugis, Cina, Eropa, Arab hingga
India.
Bengkulu merupakan satu-satunya wilayah di Nusantara yang dijajah Inggris, hingga peninggalan Inggris masih bisa jelas terlihat di pusat Kota Bengkulu yang berluas 144,52 km persegi ini. Babak baru Bengkulu muncul pada 1685, saat Inggris datang. Sebelum itu, Bengkulu hanyalah wilayah yang memiliki beberapa titik pelabuhan milik kerajaan-kerajaan kecil.
Jauh sebelum kedatangan Inggris, Bengkulu merupakan simpul perdagangan yang dikuasai Kerajaan
Banten yang saat itu masih dipimpin Sultan Maulana Hasanuddin pada permulaan abad ke 16. Saat itu, titik perniagaan Bengkulu merupakan Pelabuhan Selebar yang berada di pesisir barat Bengkulu. Pada era Banten saat itu, Bengkulu dikuasai kerajaan bebagai suku, semisal Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Selebar, Kerajaan Pat Petulai, Kerajaan Balai Buntar, Kerajaan Sungai Lemau, Kerajaan Sekiris, Kerajaan Gedung Agung, dan Kerajaan Marau Riang. Semua kerajaan tersebut tercatat sebagai daerah taklukan Kesultanan Banten.
Sementara itu, Inggris resmi menggoreskan sejarah Bengkulu pada 1685 hingga 1825. Inggris yang saat itu dipimpin Kapten J Andrew datang dengan menggunakan tiga buah kapal : The Caesar, The Resolution, dan The Defence. Selang 44 tahun kemudian, Wakil Gubernur East India Company, Joseph Collet mendirikan Benteng Fort Marlborough sebagai pusat perdagangan Inggris sekaligus pusat pertahanan militer.
Benteng Marlborough merupakan sebuah bangunan benteng pertahanan yang terletak di pesisir Pantai Tapak Paderi, Kota Bengkulu. Konon, Benteng Marlborough adalah benteng terbesar yang pernah dibangun oleh Inggris semasa kolonialismenya di Asia Tenggara. Gubernur Inggris yang tersohor, Raffles, juga sempat menjejakkan kakinya di Fort Marlborough pada 19 Maret 1818. Dia bertugas sebagai gubernur jenderal kala itu. Namun, sebelum membangun Fort Marlborough, Inggris lebih dulu membangun benteng sederhana, yang bernama Fort York. Lokasi benteng pertama ini berada delapan mil dari benteng Fort Marlborough. Hanya saja kondisinya saat ini sudah tak berbekas lagi.
Beralihnya Bengkulu ke dalam cengkeraman Inggris, tidak terlepas dari upaya Banten yang saat itu coba menghalang-halangi Belanda turut campur dalam lumbung bisnisnya di Bengkulu. Itu adalah hal yang logis, mengingat saat itu Belanda yang telah menguasai Banten pada era Sultan Haji melakukan politik pecah belah yang kemudian meruntuhkan semangat perlawanan Kesultanan Banten.
FORT MARLBOROUGH
Bangunan di Pantai Tapak Paderi itu seperti terlontar dari masa lampau. Berdiri kokoh laksana menantang gelombang lautan. Temboknya yang hitam keabu-abuan berkilat tatkala matahari menerjang. Kita akan lebih gampang membayangkan bentuknya dengan mengingat kastil-kastil yang terdapat pada film King Arthur, Kingdom of Heaven, atau Hary Potter. Inilah Fort Marlborough. Benteng peninggalan Inggris. Saksi bisu penjajahan dan perjuangan di Bumi Rafflesia.
Fort Marlborough dibangun bertahap selama lima tahun (1714-1719) pada masa Gubernur Joseph Callet. Nama Fort Marlborugh diambil dari nama komandan militer Inggris yang terkenal “The First Duke Of Marlborough”. Benteng ini lahir dari rasa khawatir Pemerintah Inggris terhadap ancaman serangan pemerintah kolonial Hindia Belanda, Kesultanan Banten, dan pemberontakan rakyat Bengkulu.
Sejarah panjang kolonialisme Inggris dan Belanda di Tanah Bengkulu terekam oleh dinding-dinding Fort Marlborough. Lima langkah dari loket penjualan tiket, kita akan langsung disambut dengan tiga makam para pembesar Inggris. Mereka ialah Thomas Parr, Charles Murray, dan Robert Hamilton. Konon Parr dan Murray mati terbunuh oleh rakyat Bengkulu yang marah lantaran tidak terima dengan aturan tanam paksa. Thomas Parr diceritakan pernah membumi hanguskan kebun lada dan cengkih milik penduduk. Dia pun memaksa penduduk untuk menanam kopi.
Dari catatan yang tertera pada makam, jabatan terakhir Parr adalah kepala Residen Bengkulu. Sedangkan Murray merupakan asisten Parr. Keduanya tewas terbunuh pada 27 Desember 1807 di Mount Fellix (tempat peristirahatan kepala residen Inggris di luar Kota Bengkulu. Sekarang menjadi tempat peristirahatan Gubernur Bengkulu). Saat itu, Pemerintah Inggris sengaja memakamkan mereka di dalam benteng agar tak dibongkar rakyat. Sedangkan Robert Hamilton dikenal sebagai kepala keamanan benteng. Dia mati terbunuh pada 15 Desember 1793 dalam usia 38 tahun oleh rakyat Bengkulu.
Bagian menarik lain dari benteng ini adalah ruang sel militer khusus. Letaknya di sebelah kanan persis setelah kita memasuki gerbang utama benteng. Menurut sejarah ruangan ini dipercaya pernah digunakan pemerintah kolonial Belanda untuk menakan Soekarno. Namun, tak ada fakta sejarah yang bisa menguatkan. Soekarno pun dalam autobiografinya tak pernah menyebut Fort Marlborough sebagai tempat penahanannya. Satu-satunya kenangan Soekarno terhadap Fort Marlborough adalah ketika dipanggil pemerintah kolonial Belanda masuk ke dalam benteng. Saat itu mereka meminta Soekarno membuat tugu peringatan invasi Jerman ke Belanda pada 1940. Permintaan itu tentu saja membuat Soekarno heran. Baginya invasi Jerman ke Belanda tidak beda dengan invasi yang dilakukan Belanda kepada Rakyat Indonesia. Soekarno mengabulkan permintaan itu. Namun, yang ia perbuat hanyalah menumpukkan tiga buah batu, yang satu di atas yang lain.
Suasana dalam ruang tahanan militer Fort Marlborough tergambar lewat coretan yang ditulis seorang tawanan asal Belanda. Coretan ini tedapat pada sisi sebelah kiri bagian jendela pojok belakang ruang tahanan. Coretan itu tertulis, “Barangsiapa yang mengamati kompas ini janganlah memarahi yang membuat coretan ini. Ingatlah bahwa kesengsaraan dan waktulah yang membuat aya mencoret-coret di sini dan waktu saya menulis ini”. Namun lagi-lagi tidak ada keterangan mengenai nama tahanan Belanda itu dan alasan dia ditahan.
Berjalan sedikit ke depan terlihat lapangan segi empat yang dipenuhi rumput hijau tertata apik. Luasnya kurang lebih setengah lapangan sepak bola. Lapangan ini merupakan titik pusat bangunan. Ada delapan meriam yang ditaruh di lapangan untuk mempercantik dan menambah suasana sejarah di dalam benteng. Persis di ujung lapangan terdapat ruang-ruang kerja para pegawai East India Company. Pada bagian lain kita juga bisa menemukan dua terowongan yang ada di pojok depan dan sebelah kiri benteng. Selanjutnya, ada beberapa ruangan di dalam benteng yang menjadi tempat tinggal para perwira tinggi Inggris dan keluarga. Terdapat pula beberapa gudang penyimpanan mesiu.
Beranjak naik ke bagian atas benteng, suasana nyaman langsung terasa. Di atas kita bisa menikmati pemandangan laut, mendengar debur ombak, dan melihat aktivitas masyarakat Bengkulu yang lalu lalang di luar benteng. Angin pantai yang bertiup sepoi-sepoi juga terasa sejuk. Dari bagian atas ini, kita juga bisa melihat parit yang mengelilingi benteng. Parit ini memiliki kedalaman sekitar tiga meter dan lebar empat meter. Parit dibangun pada 1759 untuk menahan serangan musuh. Sisa tanah galian parit yang ditumpuk di antara dinding benteng lama dan baru masih terlihat sampai sekarang.
Dan benar saja, tak lama setelah parit dibuat, armada laut Perancis menyerang Fort Marlborough. Pasukan Inggris yang kalah amunisi dan perbekalan akhirnya menyerah. Tapi Perancis hanya betah delapan bulan di Bengkulu. Mereka rupanya tak tahan dengan serangan penyakit yang mewabah di Bengkulu. Benteng pun mereka kembalikan ke pasukan Inggris. Pada 1825 Inggris lalu menyerahkan Fort Marlborough kepada Belanda. Sebagai gantinya Belanda mesti menyerahkan Malaysia dan Singapura. Selanjutnya pada 1942 Belanda dipaksa hengkang serdadu Jepang yang menginvasi Sumatera Barat. Fort Marlborough baru jatuh ke tangan TNI seusai Jepang mengakui kemerdekaan RI.
SISA PEMETAAN INGGRIS DI BENGKULU
Pasca kekuasaan Inggris, wajah Bengkulu tak kemudian berubah bentuk dalam sekejap. Ada beberapa fase cukup panjang bagaimana kota ini pelan-pelan semakin ramai dan menjadi magnet bisnis dalam simpul ekonomi Asia dan Eropa. Butuh kurang lebih seratus tahun bagi Bengkulu untuk mempersolek diri, bertransformasi dari milik raja-raja menjadi wilayah monopoli Inggris untuk kebutuhan rempah Eropa.
Sepanjang pembangunan dan peradaban Inggris yang kemudian dibangun, Bengkulu, meski bukan episentrum, namun menjadi seruas medan magnet tersendiri untuk berbagai bangsa lain ikut serta dalam aktivitas perniagaan rempah-rempah yang selalu ramai. Ini yang kemudian membuat keragaman penduduk Bengkulu begitu terasa pada abad ke-18.
Pemukim Cina banyak mendiami wilayah sepanjang bibir pantai. Sampai sekarang masih terdapat daerah yang bernama Kampung Cina. Aktivitas perniagaan yang makin ramai tidak terlepas dari upaya Inggris menjamin keberlangsungan aktivitas dagang di kota ini. Dalam kurun waktu hampir 200 tahun (1685-1825), tidak ada catatan berdarah di sepanjang pantai Bengkulu.
Kampung Cina yang berada tak jauh dari Pantai Tapak Paderi, satu pantai di Bengkulu, memang menjadi pemukiman khusus orang-orang Tionghoa. Memasuki area pecinan, mata akan puas dibanjiri bangunan-bangunan bergaya arsitektur Asia Timur. Selain Kampung Cina, di Bengkulu sendiri juga terdapat Kampung Jawa, Bugis, Arab, dan beberapa kampung etnis lainnya yang lokasinya relatif tak jauh dari pusat kota. Berbeda denga pemukiman orang India dan Afrika. Mereka yang datang adalah budak yang sengaja didatangkan Inggris sebagai pekerja kasar dan buruh bangunan. Pemukim Afrika bermukim di lokasi yang saat ini bernama Kampung Kepiri di Bengkulu.
Hanya saja, meski masih ada Istana Raffles yang kini menjadi kantor gubernur Bengkulu, tidak banyak juga bangunan-bangunan perkantoran atau pemerintahan yang menandakan sentuhan kolonialisme Inggris di Bengkulu. Namun, dahaga akan sejarah kegemilangan Inggris di kota ini bisa ditengok di salah satu sudut Jalan Veteran, Kelurahan Jitra.
Lokasi inilah yang menjadi penanda elegannya Inggris membangun sebuah peradaban yang begitu glamour. Di lokasi ini masih bisa ditengok kompleks pemakaman orang-orang Inggris. Sering dikenal dengan The Christian Cemetery, kompleks ini merupakan kuburan Inggris terbesar di Asia Tenggara. Di pemakaman ini terbaring banyak orang-orang Inggris berbagai kalangan yang pernah berjasa untuk Inggris di Bengkulu. Mulai dari tentara, pejabat, hingga saudagar.
Lokasi yang kerap menjadi rujukan wisatawan ini memang memiliki daya tarik tersendiri. Kuburan, yang biasanya dikenal menyeramkan, tidak satupun tergambar dari pemakaman yang berada hanya 800 meter dari Benteng Marlborough tersebut. Kompleks pemahaman yang memenuhi lahan 4,5 hektare ini memiliki pemandangan yang menyajikan banyak corak Eropa. Mulai dari gapura masuk hingga goresan cerita dalam nisan sang penghuni petak makam. Kuburan ini pun juga menjadi kebanggan masyarakat Bengkulu.
Di pemakaman ini pula empat buah hati Raffles dimakamkam. Pada kisaran awal abad ke-19, lingkungan Bengkulu memiliki sanitasi yang begitu buruk. Anak-anak Raffles dari istri keduanya, Sophia Hull, tak kuat menahan wabah yang menyerang. Kematian tak bisa terhindar untuk Leopold Stamford (1819-1821), Stamford Marsden (1820-1822), Charlotte (1818-1822), dan Flora Nightingall (1823-1823). Sejak kedatangan Belanda pada 1825, sebagian lahan pemakaman Inggris difungsikan untuk pemakaman orang-orang Belanda.
MAMPIR KE RUMAH PENGASINGAN SOEKARNO
Syahdan, MH Thamrin marah besar kepada pemerintah kolonial Hindia Belanda. Kemarahan Thamrin dipicu kabar sakit malaria yang diderita Soekarno saat menjalani pengasingan di Pulau Endeh. Protes Thamrin terkabul. Medio 1938, Nirom (Nederlands Indische Radio Omrup) menyiarkan kabar kepindahan Soekarno dari Endeh ke Bengkulu. Kota Bengkulu sudah menjadi tempat favorit penjajah Belanda mengasingkan kaum bumiputera yang membangkang. Mereka yang pernah diasingkan ialah Sentot Alibasyah, Pangeran Kusuma Negara, dan Tumenggung Sura Jenggala. Menjelajah kota Bengkulu tak lengkap tanpa berkunjung ke rumah pengasingan Soekarno.
Rumah pengasingan Soekarno berada di Jalan Soekarno, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Ratu Sambang No 02 Kota Bengkulu. Dari Bandara Fatmawati kita bisa menggunakan mobil sewaan di sekitar bandara. Ongkosnya antara Rp 50 ribu da Rp 75 ribu. Hampir seluruh masyarakat Bengkulu mengetahui rumah ini. Rumah Soekarno berarsitektur campuran gaya Eropa, Cina, dan Bengkulu. Gaya Eropa terlihat dari bagian depan kanan rumah yang berbentuk oval setengah lingkaran. Arsitektur Cina terdapat di bagian ventilasi jendela dan daun pintu yang menggunakan simbol-simbol hongsui (keberuntungan). Ornamen Bengkulu teradaptasi pada bagian daun jendela, pagar beranda, dan resplang atap.
Mengunjungi rumah Soekarno ibarat berkenalan lebih dekat dengan sang proklamator. Dari rumah ini kita bisa tahu apa saja kebiasaan yang dilakukan Soekarno selama empat tahun menjalani masa pengasingan. Di dalam ruang kerja Soekarno, misalnya, kita bisa melihat ratusan koleksi buku milik Soekarno. Temanya beraneka ragam. Sayang, sebagian besar atau sekitar 60 persen koleksi sudah rapuh dimakan waktu. Total ada 320 judul buku milik Soekarno. Yang sudah direstorasi baru sekitar 43 judul.
Ada cerita
menarik di balik ratusan koleksi buku Soekarno. Suatu hari Hooijkas Jr, anak
residen Bengkulu masa itu, kagum dan heran dengan kebiasaan Soekarno mengoleksi
dan membaca buku. Ia bertanya, mengapa Soekarno selalu terlihat serius belajar ?
Jawab Soekarno, “Orang muda, Saya harus belajar giat sekali, Insya Allah, saya
akan menjadi presiden negeri ini”. Selain koleksi buku-buku berbahasa Inggris,
Belanda, dan Jerman di ruangan ini juga terdapat tiga desain rancang bangunan
hasil karya Soekarno. Bangunan rancangan Soekarno terdiri atas tiga rumah dan
satu buah masjid di Bengkulu.
Ruang kerja Soekarno terkoneksi langsung dengan kamar tidur utama. Di ruangan ini masih terdapat ranjang tidur yang pernah digunakan Soekarno dan istrinya, Inggit Ganarsih. Ada juga sebuah meja rias yang dirancang langsung oleh Soekarno. Persis di depan kamar tidur Soekarno dan Inggit, terdapat sebuah kamar tidur yang pernah digunakan Ratna Djuami dan Kartika. Keduanya adalah anak angkat Soekarno dan Inggit.
Rumah pengasingan Soekarno berdiri di atas tanah seluas empat hektare. Sebelum ditempati Soekarno, rumah ini dimiliki pengusaha Cina bernama Tan Eng Chiang. Pada bagian utama ruang tamu, ada kursi dan meja yang pernah digunakan Soekarno. Ada lemari yang berisi kostum sandiwara tonil “Monte Carlo” bentukan Soekarno. Di Bengkulu, Soekarno memang bukan hanya dikenal sebagai seorang arsitek saja, tapi juga penulis naskah sandiwara yang baik. Sayangnya, naskah-naskah sandiwara yang ditulis sebagian telah hilang. Hanya ada empat judul naskah yang masih tersisa : Dr Sjaitan, Chungking Djakarta, Koetkoetbi, dan Rainbow (Poetri Kentjana Boelan).
PANTAI PANJANG
Menjelajah kota Bengkulu tak akan lengkap tanpa ke Pantai Panjang. Nama pantai ini diambil dari panjang garis pantainya yang membentang hingga tujuh kilometer. Tak cuma itu, pantai itu juga unik karena tak punya pohon kelapa. Yang banyak tumbuh justru pohon pinus dan cemara udang. Padahal, biasanya pohon pinus dan cemara banyak tumbuh di dataran tinggi pegunungan.
Sebuah pemandangan pantai yang memanjakan mata tersaji di sana. Pasir pantai, ombak laut, dan perahu nelayan. Namun, di sisi lain mata juga disejukkan dengan teduhnya warna hijau dari deretan pohon pinus dan cemara yang tumbuh di sepanjang pantai. Bahkan, di malam hari, ada saja wisatawan yang berkemah di antara pohon pinus. Keindahan Pantai Panjang yang berhadapan dengan Samudera Indonesia ini juga muncul saat air laut bergerak surut. Jarak kesurutan air laut dari bibir pantai bisa mencapai 500 meter.
Menyeruput kopi khas Bengkulu atau teh hangat menjadi cara sederhana menikmati malam di Pantai Panjang. Kita bisa membeli kopi dan teh di warung-warung tenda yang ada di sekitar pantai. Pada malam hari, warung-warung tenda di Pantai Panjang terasa lebih meriah. Banyak pemilik warung yang sengaja menghias warung mereka dengan lampu aneka warna. Kuliner wajib di tempat ini biasanya ikan laut bakar bumbu kuning, gulai kepala ikan kakap, ikan bakar tanpa bumbu, serta oseng terong campur jengkol. Sementara, kudapannya es kelapa muda dan jagung bakar beraneka rasa.
Di kawasan Pantai Panjang juga terdapat toko-toko cendera mata khas Kota Bengkulu. Barang-barang yang dijual biasanya berupa kerajinan tas kulit kayu lantung, batu akik, kaus bergambar ciri khas Bengkulu, makanan khas seperti lempuk (dodol durian), coklat durian, dan makanan ringan dari bahan ikan laut.
Menuju Pantai Panjang tidak sulit. Lokasinya berada di sebelah barat kota Bengkulu, tepatnya di sepanjang Jalan Pariwisata Kota Bengkulu. Jarak tempuh dari pusat kota sekitar 1,5 kilometer. Dari Bandara Fatmawati membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit untuk sampai di lokasi. Akses kendaraan ke Pantai Panjang bisa menggunakan angkutan kota, mobil travel, atau ojek. Tarif angkot biasanya Rp 3000. Sedangkan, tarif mobil travel dan ojek berkisar antara Rp 70 ribu dan Rp 30 ribu.
Pemerintah Kota Bengkulu tidak memungut bayaran kepada para pengunjung Pantai Panjang. Pengunjung hanya dikenakan biaya parkir kendaraan pribadi. Untuk kendaraan bermotor, tarif parkirnya Rp 2000, sedangkan untuk kendaraan roda empat tarif parkirnya Rp 5000. Jika ingin bermalam, di kawasan Pantai Panjang juga terdapat penginapan hotel dan cottage. Harga sewanya variatif, mulai Rp 150 ribu hingga Rp 500 ribu. Fasilitas lain yang terdapat di kawasan ini adalah gedung olahraga dan jogging track.
MENIKMATI DURIAN TEMBAGA BENGKULU
Sejumlah pedagang durian terlihat di jalan lintas Kepahiang, Bengkulu. Mereka menjajakan duriannya di gubuk-gubuk sederhana. Orang-orang Bengkulu menyebut buah durian dari tanah mereka dengan istilah durian tembaga. Karakteristik durian tembaga berkulit tebal dengan buah berwarna kuning mentega. Rasa durian tembaga tidak kalah dengan durian medan apalagi durian montong.
Rasa manisnya berkarakter unik. Pada bagian luar, daging buah terasa manis dan sedikit kenyal. Namun, pada bagian dalam yang mendekati biji buah, rasa manis itu bercampur dengan rasa kepahit-pahitan. Aroma kopi muncul di antara aroma khas durian. Satu buah durian dijual dengan harga Rp 15.000. Kita tidak perlu khawatir jika durian yang dimakan rasanya kurang memuaskan. Hal ini karena pedagang akan menggantinya dengan buah baru tanpa dipungut biaya.
OLEH OLEH FAVORIT DARI BENGKULU
-
Lempuk durian adalah sejenis dodol namun berbeda bahan. Bila dodol terbuat dari campuran beberapa bahan, termasuk tepung ketan. Lempuk durian terbuat dari seratus persen daging buah durian yang ditambah gula pasir sebagai pengawetnya.
Lempuk durian adalah sejenis dodol namun berbeda bahan. Bila dodol terbuat dari campuran beberapa bahan, termasuk tepung ketan. Lempuk durian terbuat dari seratus persen daging buah durian yang ditambah gula pasir sebagai pengawetnya.
-
Batu akik atau batu cincin dari
Bengkulu utara, sangat digemari banyak orang karena ragam warnanya yang kaya
serta corak khas yang tergurat di dalamnya. Tak heran bila banyak orang tak
melewatkan kesempatan membeli batu akik saat berkunjung ke Bengkulu.
-
Kerajinan kain lantung. Kain
lantung adalah bahan pakaian pada masyarakat Bengkulu di masa sulit pada masa
penjajahan Jepang (1943). Kain lantung dibuat dari jenis pohon karet hutan,
pohon terap, dan pohon ibuh,-karena dianggap tak mudah rusak. Lantung yang
berkualitas baik biasanya berwarna cokelat berasal dari pohon karet hutan.
_________________
advetorial :
NIKMATI LEZATNYA BOLU KUSKUS KETAN ITEM, OLEH-OLEH KHAS JAKARTA DENGAN CITA RASA ASLI YANG MENGGUGAH SELERA. PEMESANAN KLIK DI SINI
NIKMATI LEZATNYA BOLU KUSKUS KETAN ITEM, OLEH-OLEH KHAS JAKARTA DENGAN CITA RASA ASLI YANG MENGGUGAH SELERA. PEMESANAN KLIK DI SINI